DINKES SEKADAU AJAK ORANGTUA BERSAMA BERANTAS STUNTING

SEKADAU, Detiksatu.com – Tingginya angka penderita stunting dikabupaten sekadau yang mencapai 31 persen  pada tahun 2018 dan 27 persen secara nasional membuat Dinas kesehatan kabupaten sekadau kian gencar melaksanakan program pengentasan stunting diantaranya program seribu hari kelahiran yang juga merupakan salah satu program prioritas Pemkab Sekadau bidang kesehatan pada tahun 2020.

Seperti yang diungkapkan Plt Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Sekadau, Henry Alpius mengatakan para orangtua wajib mengetahui gejala, dampak dan pola pencegahan stunting.

Menurut Henry, gejala stunting akan terlihat jika anak sudah berusia dua tahun dan salah satu ciri sunting yang paling mudah dikenali yakni tinggi badan anak yang tidak ideal (pendek). Selain itu, kondisi kesehatan tersebut menyebabkan tubuh gampang terserang penyakit seperti hipertensi, stroke, diabetes dan penyakit lain.

“Stunting disebabkan kurangnya asupan gizi pada janin sejak dalam kandungan, hingga usia 1000 hari atau usia dua tahun. Usia ini rentan terkenda stunting “.  Ulas Henry, senin 24/2/20 kemarin.

Bukan hanya itu, Stunting juga dapat menyebabkan fungsi tubuh tidak seimbang. Mudah sakit, kemampuan penalaran berpikir berkurang. Sehingga berdampak pada produktivitas penderitanya karena rentan sakit.

Henry menjelaskan, penanganan stunting oleh Dinkes dibagi dalam dua metode.

Yang pertama intervensi spesifik. Contohnya promosi kesehatan, pemberian makan tambahan bayi dan anak, promosi ibu menyusui minimal enam bulan, peningkatan pelayanan kesehatan mulai ibu hamil sampai menyusui.

“Kita anjurkan ibu hamil wajib memeriksakan diri di posyandu. Karena stunting bisa menyerang sejak janin masih di dalam kandungan. Program tahun ini kita akan beri bendera ibu hamil. Tiap rumah ibu hamil diberi tanda. Ini supaya setiap ibu hamil dapat diberikan asupan gizi yang tepat “. terang Henry.

Selain itu, pemberian imunisasi juga sangat penting bagi anak. Faktor lain seperti cacingan juga bisa menyebabkan stunting.

“Yang penting bagi kami adalah bagaimana mencegah agar jangan menikah dini. Sebab, tubuh ibu rentan mengalami masalah seperti pendarahan dan lain-lain saat melahirkan. Secara mental, ibu yang menikah usia muda juga kurang siap “. lanjut Henry.

Metode kedua yakni intervensi sensitif. Pola ini memerlukan koordinasi lintas sektoral.

Beberapa contoh intervensi sensitif seperti ketersediaan sumber pangan, sanitasi dan air bersih, pemberdayaan masyarakat melalui posyandu dan polindes, peningkatan pengasuhan di tingkat keluarga dan masyarakat, hingga peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak mampu.

“Sebab faktor lingkungan yang tidak sehat juga berpengaruh memicu munculnya stunting. Makanya perlu kerjasama lintas sektoral dari instansi terkait, hingga pihak desa. Kita ingin stunting ditangani secara komprehensif agar tujuan kita tercapai “.ucap Henry.

Dinkes Sekadau juga akan mengkampanyekan gerakan masyarakat sehat dan pelayanan kesehatan gratis ke daerah-daerah, khususnya daerah terpencil.

“Program pelayanan kesehatan daerah terpencil ini sedang berjalan. Kita fokus mengunjungi daerah-daerah yang jauh dari pusat pelayanan kesehatan “. timpal Henry.

Khusus untuk anak yang sudah terlanjur terkena stunting, Henry mengatakan cukup sulit untuk ditanggulangi. Namun, bisa dikurangi dampaknya dengan pola hidup sehat.

“Caranya bisa dengan olahraga rutin, makan bergizi, perilaku hidup bersih dan sehat “. ujar mantan Plt direktur RSUD Sekadau ini.

Henry juga mengajak para orangtua untuk meningkatkan kesadaran kesehatan dan menjaga pola hidup sehat.

“Yang utama adalah pemahaman dari keluarga. Penting untuk menjaga kesehatan anak sejak dini. Sebab di masa emas inilah karakter dan tumbuh kembang anak terbentuk,” imbaunya. ( R. Hermanto )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *