Pidato Nadiem Makarim dan Pendidikan di Batas Negeri

oleh

Detiksatu.com
Desa Temajok berada di ujung borneo Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas. Desa Temajok begitu indah dengan pantai dan alamnya. Desa ini berbatasan langsung dengan Telok Melano, Malaysia. Warga Temajok, Indonesia dan Telok Melano, Malaysia bisa berinteraksi langsung melakukan perdagangan.

Tak sedikit beberapa kebutuhan masyarakat Temajok seperti beras dan gula yang dibeli di Malaysia. Harga yang lebih murah jadi alasan. Wajar saja karena akses menuju Desa Temajok yang begitu jauh dengan jalan yang rusak membuat beberapa kebutuhan pokok  sulit didatangkan dari kota.

Dalam infrastruktur antara Indonesia dan Malaysia terdapat perbedaan yang begitu kontras. Malaysia megah dengan jalan yang lebar dan mulus sedangkan Indonesia sedang membangun. Melano 24 jam dialiri listrik dan memiliki jaringan internet yang baik sedangkan Temajok hanya mendapatkan listrik dari jam lima sore hingga jam enam pagi dengan jaringan internet yang begitu buruk.

Masalah infrastruktur ini berdampak kesalah satunya kemasalah pendidikan.Terutama di fasilitas dan tenaga pengajar. Bangunan sekolah-sekolah di Temajok sangat sederhana terlebih dibandingkan sekolah-sekolah di Telok Melano yang megah tinggi  dan bertingkat. Siswa-siswa harus belajar dengan fasilitas seadanya.

Tak ada buku  terbaru atau belajar sambil menggunakan internet. Buku bantuan dari pemerintah hanya beberapa dan harus berbagi dengan siswa lainnya. Perpustakaan yang tak terawat dengan koleksi buku jadul dan sepi pengunjung. Fasilitas-fasilitas penujang pembelajaran seadanya. Ada beberapa computer bantuan dari pemerintah, namun tak bisa digunakan karena tidak adanya aliran listrik.

Pidato Nadiem Makarim di Hari Guru Nasional yang sempat viral sesuai dengan keadaan kondisi pendidikan di Temajok.
“Anda (guru) ditugasi untuk membentuk masa depan bangsa, tetapi lebih sering diberi aturan dibandingkan dengan pertolongan, Anda (guru) ingin membantu murid  yang mengalami ketertinggalan di kelas, tetapi waktu Anda (guru) habis untuk mengerjakan tugas administrasi tanpa manfaat yang jelas.”

Sedikit potongan pidato dari Nadiem Makarim yang begitu jelas menggambarkan masalah yang dialami tenaga pendidik di Desa Temajok. Tak jarang, guru harus pergi kekota melewati jalan rusak menempuh waktu berjam-jam untuk mengurus hal adminstratif. Yang menjadi korban atas permasalahan ini tak hanya guru tapi juga murid karena ditinggal oleh guru. Guru-guru yang mengajar pun jumlahnya tak sebanding dengan jumlah murid. Desa Temajok kekurangan tenaga pengajar.

Pidato itupun sesuai dengan kondisi guru yang harus mengajar dengan caranya sendiri untuk mengakali fasilitas yang kurang. Guru-guru harus memutar otak untuk menyampaikan materi pelajaran. Ketika di kota siswa-siswa bisa belajar dengan mendapatkan informasi lebih dari internet, siswa-siswa Temajok hanya berhara informasi dari guru.

Guru-guru pun punya tugas lebih untuk membuat siswanya yakin menyelesaikan pendidikan karena Pernikahan dini menjadi masalah di Desa Temajok. Tak jarang siswa-siswa harus berhenti sekolah karena pernikahan. Guru-guru harus menjadi seorang inspirator di kelas.

Sesuai dengan amanat Nadiem Makarim, guru-guru di desa Temajok adalah guru-guru penggerak demi membuat siswa-siswa desa Temajok  Merdeka untuk Belajar.

Penulis :  Rizki Shalsabilla

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.