![]() |
Foto : Dede Jalaludin |
SMP Negeri 2 Jangkang, Kabupaten
Sanggau
Sanggau
ABSTRAK
Penelitian ini
dilatarbelakangi oleh perolehan
nilai siswa pada semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017, belum memuaskan karena rata-rata nilai siswa di
bawah KKM, yakni 70, siswa yang belum mencapai KKM ada 25 siswa sedangkan yang sudah
mencapai KKM 8
siswa. Siswa dianggap berhasil dalam belajar secara klasikal jika telah
mencapai 75%,
dan mendapatkan nilai di atas KKM atau sama dengan KKM. Masalah utama
dalam penelitian ini yaitu, “ Bagaimanakah Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Teknik TPS di Kelas VIII A Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Jangkang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas
VIII A dengan menggunakan Teknik TPS pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia di
SMP Negeri 2
Jangkang. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan . Sedangkan bentuk
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilakukan di SMP
Negeri 2
Jangkang, penelitian semester ganjil
bulan November
tahun 2017. Sedangkan Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas VIII A dengan jumlah 33 siswa yang terdiri dari :
laki-laki 18
siswa dan perempuan 15 siswa. Peningkatan
hasil belajar siswa dapat dilihat dari naiknya rata-rata kelas dari pra siklus
sebesar 53,6%
kemudian siklus I sebesar 65,2%
dan pada siklus II terdapat peningkatan sebesar 77,4% dengan jumlah siswa mencapai KKM ≥
70 , pada pra siklus sebanyak 8
orang siswa, siklus I sebanyak 18
orang siswa dan siklus II sebanyak 27 orang siswa . Persentase ketuntasan pada pra siklus 24%, siklus I 54% dan sikus II 81%, terjadi peningkatan persentase
ketuntasan siswa dari pra tindakan ke siklus I yakni 30 % dan terjadi peningkatan
persentase ketuntasan dari siklus I ke siklus II yakni 27%.
dilatarbelakangi oleh perolehan
nilai siswa pada semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017, belum memuaskan karena rata-rata nilai siswa di
bawah KKM, yakni 70, siswa yang belum mencapai KKM ada 25 siswa sedangkan yang sudah
mencapai KKM 8
siswa. Siswa dianggap berhasil dalam belajar secara klasikal jika telah
mencapai 75%,
dan mendapatkan nilai di atas KKM atau sama dengan KKM. Masalah utama
dalam penelitian ini yaitu, “ Bagaimanakah Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Teknik TPS di Kelas VIII A Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Jangkang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas
VIII A dengan menggunakan Teknik TPS pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia di
SMP Negeri 2
Jangkang. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan . Sedangkan bentuk
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilakukan di SMP
Negeri 2
Jangkang, penelitian semester ganjil
bulan November
tahun 2017. Sedangkan Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas VIII A dengan jumlah 33 siswa yang terdiri dari :
laki-laki 18
siswa dan perempuan 15 siswa. Peningkatan
hasil belajar siswa dapat dilihat dari naiknya rata-rata kelas dari pra siklus
sebesar 53,6%
kemudian siklus I sebesar 65,2%
dan pada siklus II terdapat peningkatan sebesar 77,4% dengan jumlah siswa mencapai KKM ≥
70 , pada pra siklus sebanyak 8
orang siswa, siklus I sebanyak 18
orang siswa dan siklus II sebanyak 27 orang siswa . Persentase ketuntasan pada pra siklus 24%, siklus I 54% dan sikus II 81%, terjadi peningkatan persentase
ketuntasan siswa dari pra tindakan ke siklus I yakni 30 % dan terjadi peningkatan
persentase ketuntasan dari siklus I ke siklus II yakni 27%.
Kata Kunci: peningkatan hasil belajar, teknik TPS
PENDAHULUAN
Sebagai makhluk sosial manusia
tidak akan terlepas dari berbagai kebutuhan. Salah satu kebutuhan manusia
adalah pendidikan. Pendidikan
adalah usaha sadar dalam rangka menyiapkan siswa melalui bimbingan pengajaran,
dan latihan agar siswa dapat memainkan peranannya dimasa yang akan datang.
Pendidikan adalah kebutuhan batiniah yang memegang peranan penting dalam usaha
mengembangkan kualitas manusia. Pada saat ini pendidikan menjadi salah satu
kebutuhan bahkan suatu keharusan dalam kehidupannya. Peningkatan kualitas
pembelajaran merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam
suatu proses belajar mengajar untuk meningkatkan mutu pendidikan. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003, Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana dan proses pembelajaran agar siswa secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
tidak akan terlepas dari berbagai kebutuhan. Salah satu kebutuhan manusia
adalah pendidikan. Pendidikan
adalah usaha sadar dalam rangka menyiapkan siswa melalui bimbingan pengajaran,
dan latihan agar siswa dapat memainkan peranannya dimasa yang akan datang.
Pendidikan adalah kebutuhan batiniah yang memegang peranan penting dalam usaha
mengembangkan kualitas manusia. Pada saat ini pendidikan menjadi salah satu
kebutuhan bahkan suatu keharusan dalam kehidupannya. Peningkatan kualitas
pembelajaran merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam
suatu proses belajar mengajar untuk meningkatkan mutu pendidikan. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003, Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana dan proses pembelajaran agar siswa secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Salah satu komponen sumber daya
manusia dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam pembentukan
sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan adalah guru. Keberhasilan program pendidikan
tidak hanya tergantung pada konsep-konsep program yang disusun secara cermat
dan teliti, tetapi juga pada personil yang mempunyai kesanggupan dan keinginan
untuk berprestasi. Guru merupakan sumber daya manusia yang diharapkan mampu
mengerahkan dan mendayagunakan faktor-faktor lainnya sehingga tercipta proses
belajar mengajar yang bermutu, guru dianggap sebagai faktor utama yang
menentukan terhadap meningkatnya mutu pendidikan. Oleh karena itu guru harus
berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional,
sesuai dengan tuntutan masyarakat, khususnya bertangggungjawab untuk membawa
siswanya pada suatu kedewasaan.
manusia dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam pembentukan
sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan adalah guru. Keberhasilan program pendidikan
tidak hanya tergantung pada konsep-konsep program yang disusun secara cermat
dan teliti, tetapi juga pada personil yang mempunyai kesanggupan dan keinginan
untuk berprestasi. Guru merupakan sumber daya manusia yang diharapkan mampu
mengerahkan dan mendayagunakan faktor-faktor lainnya sehingga tercipta proses
belajar mengajar yang bermutu, guru dianggap sebagai faktor utama yang
menentukan terhadap meningkatnya mutu pendidikan. Oleh karena itu guru harus
berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional,
sesuai dengan tuntutan masyarakat, khususnya bertangggungjawab untuk membawa
siswanya pada suatu kedewasaan.
Suasana belajar yang menyenangkan,
kreatif dan inovatif dalam melakukan pembelajaran agar siswa lebih mudah
memahami materi yang disampaikan, merupakan salah satu tugas guru, sehingga siswa menjadi antusias dalam mengikuti proses
belajar mengajar.
Pembelajaran yang
dilaksanakan berkualitas dan berprestasi yang dicapai siswa memuaskan
merupakan keharusan dari proses pembelajaran. Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan
belajar siswa, yaitu dengan menggunakan pembelajaran aktif, siswa dapat
mengeluarkan gagasannya, memecahkan masalah dan dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
kreatif dan inovatif dalam melakukan pembelajaran agar siswa lebih mudah
memahami materi yang disampaikan, merupakan salah satu tugas guru, sehingga siswa menjadi antusias dalam mengikuti proses
belajar mengajar.
Pembelajaran yang
dilaksanakan berkualitas dan berprestasi yang dicapai siswa memuaskan
merupakan keharusan dari proses pembelajaran. Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan
belajar siswa, yaitu dengan menggunakan pembelajaran aktif, siswa dapat
mengeluarkan gagasannya, memecahkan masalah dan dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil perolehan nilai siswa di kelas VII semester genap tahun
pelajaran 2016/2017,
belum memuaskan,
karena rata-rata nilai siswa masih di bawah KKM, yakni 70, siswa yang belum
mencapai KKM ada 24
siswa sedangkan yang sudah mencapai KKM 9 siswa, siswa dianggap berhasil dalam belajar secara
klasikal apabila telah mencapai 75%,
dan telah mendapatkan nilai di atas KKM, hal ini di sebabkan pada semester
sebelumnya guru masih menggunakan metode pembelajaran yang masih bersifat
konvensional yaitu metode bercerita atau ceramah, yang mengharapkan siswa
duduk,diam, dengar, catat dan hafal, metode ini selalu digunakan dan menjadi
pilihan dalam penyampaian materi, dengan metode ini mengakibatkan menurunnya
motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran dengan baik dan berdampak pada hasil
belajar siswa yang kurang memuaskan. Motivasi
sangat penting dalam pembelajaran Bahasa Indonesia,
sehingga pada saat pembelajaran berlangsung siswa menjadi
kreatif.
pelajaran 2016/2017,
belum memuaskan,
karena rata-rata nilai siswa masih di bawah KKM, yakni 70, siswa yang belum
mencapai KKM ada 24
siswa sedangkan yang sudah mencapai KKM 9 siswa, siswa dianggap berhasil dalam belajar secara
klasikal apabila telah mencapai 75%,
dan telah mendapatkan nilai di atas KKM, hal ini di sebabkan pada semester
sebelumnya guru masih menggunakan metode pembelajaran yang masih bersifat
konvensional yaitu metode bercerita atau ceramah, yang mengharapkan siswa
duduk,diam, dengar, catat dan hafal, metode ini selalu digunakan dan menjadi
pilihan dalam penyampaian materi, dengan metode ini mengakibatkan menurunnya
motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran dengan baik dan berdampak pada hasil
belajar siswa yang kurang memuaskan. Motivasi
sangat penting dalam pembelajaran Bahasa Indonesia,
sehingga pada saat pembelajaran berlangsung siswa menjadi
kreatif.
Pembelajaran menggunakan metode
bercerita atau ceramah yang biasa diterapkan dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia, siswa
cenderung bosan, kurang aktif dalam bertanya. Menjawab pertanyaan yang ditanyakan
oleh guru secara lisan, kebanyakan siswa berpendapat bahwa pelajaran Bahasa
Indonesia sangat
membosankan, monoton, hal ini dapat dilihat masih kurangnya penguasaan materi
pelajaran oleh siswa. Guru kadang merasa kebingungan apakah siswa mengerti dan
menerima materi pelajaran yang di sampaikan guru atau tidak mengerti tentang
materi yang di sampaikan. Pada
saat guru mengulang materi dan menanyakan tentang materi yang sudah di
sampaikan,
siswa hanya duduk terdiam dan pura-pura berpikir padahal tidak tahu apa yang
dipikirkan. Siswa
bersikap acuh tak acuh dan kurang antusias untuk mengikuti proses belajar
mengajar, terkadang mereka malah berbicara dengan temannya yang lain ketika
guru sedang menjelaskan, sehingga pembelajaran di kelas tidak efektif..
bercerita atau ceramah yang biasa diterapkan dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia, siswa
cenderung bosan, kurang aktif dalam bertanya. Menjawab pertanyaan yang ditanyakan
oleh guru secara lisan, kebanyakan siswa berpendapat bahwa pelajaran Bahasa
Indonesia sangat
membosankan, monoton, hal ini dapat dilihat masih kurangnya penguasaan materi
pelajaran oleh siswa. Guru kadang merasa kebingungan apakah siswa mengerti dan
menerima materi pelajaran yang di sampaikan guru atau tidak mengerti tentang
materi yang di sampaikan. Pada
saat guru mengulang materi dan menanyakan tentang materi yang sudah di
sampaikan,
siswa hanya duduk terdiam dan pura-pura berpikir padahal tidak tahu apa yang
dipikirkan. Siswa
bersikap acuh tak acuh dan kurang antusias untuk mengikuti proses belajar
mengajar, terkadang mereka malah berbicara dengan temannya yang lain ketika
guru sedang menjelaskan, sehingga pembelajaran di kelas tidak efektif..
Hasil diskusi dengan rekan guru Bahasa
Indonesia di SMP
Negeri 2
Jangkang, maka rendahnya hasil belajar siswa kelas VIII A disebabkan oleh dua faktor yakni : dari guru yaitu, masih berperan dominan dalam PBM
karena masih menggunakan metode ceramah, guru belum melibatkan siswa dalam
pembelajaran, guru tidak menggunakan teknik lain yang digunakan dalam PBM,
siswa tidak pernah diberi tugas, dari pihak siswa disebabkan oleh : minat
belajar siswa masih rendah, kurangnya perhatian siswa terhadap materi
pelajaran, malas mengerjakan tugas.
Indonesia di SMP
Negeri 2
Jangkang, maka rendahnya hasil belajar siswa kelas VIII A disebabkan oleh dua faktor yakni : dari guru yaitu, masih berperan dominan dalam PBM
karena masih menggunakan metode ceramah, guru belum melibatkan siswa dalam
pembelajaran, guru tidak menggunakan teknik lain yang digunakan dalam PBM,
siswa tidak pernah diberi tugas, dari pihak siswa disebabkan oleh : minat
belajar siswa masih rendah, kurangnya perhatian siswa terhadap materi
pelajaran, malas mengerjakan tugas.
Berdasarkan fakta tersebut, maka perlu solusi
untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu cara untuk meningkatkan
hasil belajar siswa adalah melalui penerapan/ menggunakan strategi dalam pembelajaran.
Secara umum strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu upaya yang
dilakukan oleh seseorang atau organisasi unyuk sampai pada tujuan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan
untuk mencapai sasaran khusus ( yang diinginkan ). Menurut Joni,( Kodir, 2010 :
18) berpendapat bahwa yang dimaksud strategi adalah suatu prosedur yang
digunakan untuk memberikan suasana yang konduktif kepada siswa dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran.
untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu cara untuk meningkatkan
hasil belajar siswa adalah melalui penerapan/ menggunakan strategi dalam pembelajaran.
Secara umum strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu upaya yang
dilakukan oleh seseorang atau organisasi unyuk sampai pada tujuan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan
untuk mencapai sasaran khusus ( yang diinginkan ). Menurut Joni,( Kodir, 2010 :
18) berpendapat bahwa yang dimaksud strategi adalah suatu prosedur yang
digunakan untuk memberikan suasana yang konduktif kepada siswa dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk
meningkatkan hasil belajar, penulis
sekaligus guru mata pelajaran Bahasa Indonesia menganggap
perlu perubahan dalam teknik pembelajaran Bahasa
Indonesia, yakni
penggunaan teknik TPS, diharapkan dengan penggunaan teknik TPS ini bisa membuat
siswa lebih tertarik dan tidak jenuh karena dalam proses pembelajaran ini yang
sangat menarik.
Diharapkan dengan
menggunakan teknik ini proses belajar mengajar akan lebih hidup dan mengasyikkan. Siswa lebih aktif baik bertanya
ataupun dalam menjawab pertanyaan.
Dengan demikian, diharapkan meningkatnya hasil belajar siswa
menjadi lebih baik dan lebih efektif jika dibandingkan dengan semester sebelumnya.
meningkatkan hasil belajar, penulis
sekaligus guru mata pelajaran Bahasa Indonesia menganggap
perlu perubahan dalam teknik pembelajaran Bahasa
Indonesia, yakni
penggunaan teknik TPS, diharapkan dengan penggunaan teknik TPS ini bisa membuat
siswa lebih tertarik dan tidak jenuh karena dalam proses pembelajaran ini yang
sangat menarik.
Diharapkan dengan
menggunakan teknik ini proses belajar mengajar akan lebih hidup dan mengasyikkan. Siswa lebih aktif baik bertanya
ataupun dalam menjawab pertanyaan.
Dengan demikian, diharapkan meningkatnya hasil belajar siswa
menjadi lebih baik dan lebih efektif jika dibandingkan dengan semester sebelumnya.
Berdasarkan latarbelakang tersebut, penulis merumuskan masalah umum dalam penelitian ini yaitu, “
Bagaimanakah Upaya Peningkatan
Hasil Belajar Siswa kelas VIII
A Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Dengan Menggunakan Teknik TPS ( Think-Pair-Share
) di SMP Negeri 2 Jangkang ? Untuk mempermudah dalam penelitian ini, maka masalah umum tersebut dibahas secara khusus sebagai berikut: 1) Bagaimanakah penggunaan Teknik TPS
dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia di SMP Negeri 2 Jangkang? 2) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII A melalui penggunaan Teknik TPS pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia
di SMP Negeri 2
Jangkang?
Bagaimanakah Upaya Peningkatan
Hasil Belajar Siswa kelas VIII
A Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Dengan Menggunakan Teknik TPS ( Think-Pair-Share
) di SMP Negeri 2 Jangkang ? Untuk mempermudah dalam penelitian ini, maka masalah umum tersebut dibahas secara khusus sebagai berikut: 1) Bagaimanakah penggunaan Teknik TPS
dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia di SMP Negeri 2 Jangkang? 2) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII A melalui penggunaan Teknik TPS pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia
di SMP Negeri 2
Jangkang?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas
VIII A dengan
menggunakan Teknik TPS pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
di SMP Negeri 2
Jangkang.
Secara khusus
penelitian bertujuan: 1) Untuk mengetahui penggunaan Teknik
TPS dalam peningkatan
hasil belajar siswa kelas VIII A
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP
Negeri 2
Jangkang. 2) Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII A melalui penggunaan Teknik TPS pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia
di SMP Negeri 2
Jangkang.
VIII A dengan
menggunakan Teknik TPS pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
di SMP Negeri 2
Jangkang.
Secara khusus
penelitian bertujuan: 1) Untuk mengetahui penggunaan Teknik
TPS dalam peningkatan
hasil belajar siswa kelas VIII A
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP
Negeri 2
Jangkang. 2) Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII A melalui penggunaan Teknik TPS pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia
di SMP Negeri 2
Jangkang.
Manfaat dari penelitian tindakan
kelas melalui penggunaan Teknik TPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa
kelas VIII A pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia
di SMP Negeri 2
Jangkang, adalah : 1) Manfaat Teoritis,
yaitu hasil penelitian
ini diharapkan agar
bermanfaat dan
menambah ilmu pengetahuan, serta
dapat dijadikan alternatif strategi pembelajaran pada pelajaran Bahasa
Indonesia. 2) Manfaat Praktis yaitu
a) Bagi Siswa, diharapkan siswa dapat menambah
wawasan dan menambah ilmu pengetahuan yang luas khususnya pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia. b) Bagi Guru diharapkan penelitian ini dapat
menjadi motivasi bagi guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia sebagai
alternatif dalam pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. c) Bagi
Sekolah, penelitian
ini agar menjadi
pertimbangan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan dapat
memotivasi guru bidang studi yang lain untuk mempergnakan teknik TPS (Think-Pair-Share).
kelas melalui penggunaan Teknik TPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa
kelas VIII A pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia
di SMP Negeri 2
Jangkang, adalah : 1) Manfaat Teoritis,
yaitu hasil penelitian
ini diharapkan agar
bermanfaat dan
menambah ilmu pengetahuan, serta
dapat dijadikan alternatif strategi pembelajaran pada pelajaran Bahasa
Indonesia. 2) Manfaat Praktis yaitu
a) Bagi Siswa, diharapkan siswa dapat menambah
wawasan dan menambah ilmu pengetahuan yang luas khususnya pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia. b) Bagi Guru diharapkan penelitian ini dapat
menjadi motivasi bagi guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia sebagai
alternatif dalam pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. c) Bagi
Sekolah, penelitian
ini agar menjadi
pertimbangan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan dapat
memotivasi guru bidang studi yang lain untuk mempergnakan teknik TPS (Think-Pair-Share).
KAJIAN PUSTAKA
1. Hasil
Belajar
Belajar
Belajar pada dasarnya suatu proses yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interksi dengan lingkungannya. Prayitno (2009 : 203) menyatakan
bahwa belajar merupaka proses perubahan
tingkah laku individu yang diperoleh melalui pengalaman, melalui proses
stimulus respon, melalui pembiasaan,melalui peniruan, melalui pemahaman dan
penghayatan, melalui aktivitas individu untuk meraih sesuatu yang
dikehendakinya.
seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interksi dengan lingkungannya. Prayitno (2009 : 203) menyatakan
bahwa belajar merupaka proses perubahan
tingkah laku individu yang diperoleh melalui pengalaman, melalui proses
stimulus respon, melalui pembiasaan,melalui peniruan, melalui pemahaman dan
penghayatan, melalui aktivitas individu untuk meraih sesuatu yang
dikehendakinya.
Wardhana, Y (2010 : 3), belajar di
anggap sebagai perubahan perilaku yang merupakan akibat dari pengalaman dan
latihan. Belajar merupakan proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur
latihan, belajar bukan sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi merupakan
proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan perubahan
perilaku. Usman dan
Setiawati (2001 : 5) menyatakan belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya,
seseorang yang telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah
laku, baik aspek pengetahuan, keterampilan, maupun aspek sikap, misalnya dari
yang tidak bisa menjadi bisa, dari yang ragu menjadi yakin. Kriteria
keberhasilan dalam belajar diantaranya ditandai dengan terjadinya perubahan
tingkah laku pada diri individu yang belajar.
anggap sebagai perubahan perilaku yang merupakan akibat dari pengalaman dan
latihan. Belajar merupakan proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur
latihan, belajar bukan sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi merupakan
proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan perubahan
perilaku. Usman dan
Setiawati (2001 : 5) menyatakan belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya,
seseorang yang telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah
laku, baik aspek pengetahuan, keterampilan, maupun aspek sikap, misalnya dari
yang tidak bisa menjadi bisa, dari yang ragu menjadi yakin. Kriteria
keberhasilan dalam belajar diantaranya ditandai dengan terjadinya perubahan
tingkah laku pada diri individu yang belajar.
Penjelasan
hasil belajar dapat dipahami dengan
dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil
menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses
yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Sedangkan belajar
dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang
belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar.
Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa
jauh seseorang menguasai suatu bahan yang sudah diajarkan. Purwanto (Erthy,
2014 : 26) mengatakan, untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut
diperlukan sebagai serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik
dan memenuhi syarat.
hasil belajar dapat dipahami dengan
dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil
menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses
yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Sedangkan belajar
dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang
belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar.
Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa
jauh seseorang menguasai suatu bahan yang sudah diajarkan. Purwanto (Erthy,
2014 : 26) mengatakan, untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut
diperlukan sebagai serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik
dan memenuhi syarat.
Winarno Surakhmad (1980 : 25) hasil
belajar diartikan sebagi ulangan, ujian atau tes, maksud ulangan tersebut ialah
untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa, atau suatu
prestasi belajar siswa yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar
mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang.
Selanjutnya Udin
Syaefudin Saud, M.Ed. (2009 : 118) bahwa hasil suatu pembelajaran di samakan
dengan tujuan yang ingin dicapai dari suatu perbuatan. Keberhasilan suatu
proses pengajaran biasanya diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi
pelajaran yang disampaikan guru.
belajar diartikan sebagi ulangan, ujian atau tes, maksud ulangan tersebut ialah
untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa, atau suatu
prestasi belajar siswa yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar
mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang.
Selanjutnya Udin
Syaefudin Saud, M.Ed. (2009 : 118) bahwa hasil suatu pembelajaran di samakan
dengan tujuan yang ingin dicapai dari suatu perbuatan. Keberhasilan suatu
proses pengajaran biasanya diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi
pelajaran yang disampaikan guru.
Suprijono (2009 : 5) hasil belajar
adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi dan keterampilan. Merujuk Gagne (Suprijono, 2009 : 5) hasil belajar
berupa : 1) Informasi verbal
yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa,
baik lisan rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi symbol, pemecahan masalah maupun
penerapan atura, 2)
Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
Kemampuan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat
khas, 3) Strategi kognitif
yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah, 4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan
melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani, 5)
Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian objek
tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi
nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar
perilaku.
adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi dan keterampilan. Merujuk Gagne (Suprijono, 2009 : 5) hasil belajar
berupa : 1) Informasi verbal
yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa,
baik lisan rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi symbol, pemecahan masalah maupun
penerapan atura, 2)
Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
Kemampuan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat
khas, 3) Strategi kognitif
yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah, 4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan
melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani, 5)
Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian objek
tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi
nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar
perilaku.
Hasil belajar merupakan salah satu
bentuk penilaian dalam pelaksanaan kurikulum ada dua hal yang sangat penting
untuk dijadikan sasaran evaluasi dalam pelaksanaan kurikulum, yaitu hasil
belajar siswa tiap semester dan daya capai kurikulum pada tiap sekolah. Hasil
belajar adalah kemampuan yang dimiliki sisa setelah menerima pengalaman belajar
(Sudjana, 2010 : 22). Dimyati
dan Mudjiono (2009 : 3) hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya
kegatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha
sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif
yang kemudian disebut proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah
perolehan suatu hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut
merupakan hasil dari suatu interaksi
tindk belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri
dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
bentuk penilaian dalam pelaksanaan kurikulum ada dua hal yang sangat penting
untuk dijadikan sasaran evaluasi dalam pelaksanaan kurikulum, yaitu hasil
belajar siswa tiap semester dan daya capai kurikulum pada tiap sekolah. Hasil
belajar adalah kemampuan yang dimiliki sisa setelah menerima pengalaman belajar
(Sudjana, 2010 : 22). Dimyati
dan Mudjiono (2009 : 3) hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya
kegatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha
sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif
yang kemudian disebut proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah
perolehan suatu hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut
merupakan hasil dari suatu interaksi
tindk belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri
dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Gagne dalam Sudjana (2010 : 22)
mengembangkan hasil belajar menjadi lima
macam antara lain : 1) hasil belajar intelektual merupakan hasil belajar
terpenting dari sitem lingsikolastik, 2) strategi kognitif yaitu cara mengatur
belajar dan berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termasuk kemampuan
memecahkan masalah, 3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas
emosional yang dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan
bertingkah laku terhadap orang dan kejadian, 4) informasi verbal, pengertian
dalam arti informasi dan fakta, dan 5) keterampilan motorik yaitu kecakapan
yang berfungsi untuk lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan
lambang.
mengembangkan hasil belajar menjadi lima
macam antara lain : 1) hasil belajar intelektual merupakan hasil belajar
terpenting dari sitem lingsikolastik, 2) strategi kognitif yaitu cara mengatur
belajar dan berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termasuk kemampuan
memecahkan masalah, 3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas
emosional yang dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan
bertingkah laku terhadap orang dan kejadian, 4) informasi verbal, pengertian
dalam arti informasi dan fakta, dan 5) keterampilan motorik yaitu kecakapan
yang berfungsi untuk lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan
lambang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar adalah suatu pengajaran yang dilaksanakan dalam jangka waktu
tertentu hasilnya dilihat dari prestasi atau perubahan tingkah laku yang
terjadi pada diri siswa. Menurut Purwanto
(1990 : 103 ) dalam bukunya psikologi pendidikan hasil belajar akan
dipengaruhi oleh beberapa faktor
, yaitu (a) factor intern meliputi : (1)
kematangan, (2) kecerdasan dan intelegensi, (3) lstihsn atau ulangan, (4)
motivasi, (5) sifat pribadi, (b) factor ekteren meliputi : (1) tingkat social
ekonomi orang tua, (2) lingkungan, (3) fasilitas belajar, (4) faktor guru dan cara mengajar.
hasil belajar adalah suatu pengajaran yang dilaksanakan dalam jangka waktu
tertentu hasilnya dilihat dari prestasi atau perubahan tingkah laku yang
terjadi pada diri siswa. Menurut Purwanto
(1990 : 103 ) dalam bukunya psikologi pendidikan hasil belajar akan
dipengaruhi oleh beberapa faktor
, yaitu (a) factor intern meliputi : (1)
kematangan, (2) kecerdasan dan intelegensi, (3) lstihsn atau ulangan, (4)
motivasi, (5) sifat pribadi, (b) factor ekteren meliputi : (1) tingkat social
ekonomi orang tua, (2) lingkungan, (3) fasilitas belajar, (4) faktor guru dan cara mengajar.
Dari pendapat beberapa ahli yang telah
mengemukakan pendapatnya tentang hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan suatu hasil yang didapat siswa dalam periode tertentu melalui
suatu proses belajar mengajar dengan adanya suatu perubahan tingkah laku yang
lebih baik, dan dinyatakan dengan suatu angka-angka.
mengemukakan pendapatnya tentang hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan suatu hasil yang didapat siswa dalam periode tertentu melalui
suatu proses belajar mengajar dengan adanya suatu perubahan tingkah laku yang
lebih baik, dan dinyatakan dengan suatu angka-angka.
2. Teknik
Think-Pare-Share (TPS)
Think-Pare-Share (TPS)
Pembelajaran Teknik TPS adalah strategi pembelajaran untuk
mempersiapkan siswa dengan berbagai bahan pemikiran pada topik yang diberikan
sehingga memungkinkan siswa menyatakan ide secara individu dan berbagai ide
dengan siswa lainnya. Menutur Muslimin Ibrahim, dkk (2000: 26) menyatakan
pembelajaran model Think-Pair-Share (TPS)
adalah “Pembelajaran yang memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit
untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling
membantu satu sama lain”.
mempersiapkan siswa dengan berbagai bahan pemikiran pada topik yang diberikan
sehingga memungkinkan siswa menyatakan ide secara individu dan berbagai ide
dengan siswa lainnya. Menutur Muslimin Ibrahim, dkk (2000: 26) menyatakan
pembelajaran model Think-Pair-Share (TPS)
adalah “Pembelajaran yang memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit
untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling
membantu satu sama lain”.
Pembelajaran dengan
teknik TPS merupakan model pembelajaran
kooperatif dimana siswa belajar dalam diskusi kelompok yang terdiri dari 4
orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan positif dengan
menulis ide-ide dari pemikiran setiap individu kemudian berbagi bersama untuk
meningkatkan respon siswa pada pertanyaan/masalah. Pembelajaran Teknik TPS adalah
strategi pembelajaran untuk mempersiapkan siswa dengan berbagai bahan pemikiran
pada topik
yang diberikan sehingga memungkinkan siswa untuk menyatakan ide secara individu
dan berbagai ide dengan siswa lainnya.
teknik TPS merupakan model pembelajaran
kooperatif dimana siswa belajar dalam diskusi kelompok yang terdiri dari 4
orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan positif dengan
menulis ide-ide dari pemikiran setiap individu kemudian berbagi bersama untuk
meningkatkan respon siswa pada pertanyaan/masalah. Pembelajaran Teknik TPS adalah
strategi pembelajaran untuk mempersiapkan siswa dengan berbagai bahan pemikiran
pada topik
yang diberikan sehingga memungkinkan siswa untuk menyatakan ide secara individu
dan berbagai ide dengan siswa lainnya.
Pembelajaran teknik TPS merupakan model pembelajaran
kooperatif dimana siswa belajardalam diskusi kelompok yang terdiri dari 4 orang
siswa secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan positif dengan
menulis ide-ide dari pemikiran setiap individu kemudian berbagi bersama untuk
meningkatkan respon siswa pada pertanyaan/ masalah. Pembelajaran
teknik TPS untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran orang lain. Siswa
tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi harus mengembangkan pola
pikir dengan ide-ide baru dalam memahami meteri yang diberikan sehingga dapat
memotivasi siswa yang lainnya agar memiliki pola pikir yang baik.
kooperatif dimana siswa belajardalam diskusi kelompok yang terdiri dari 4 orang
siswa secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan positif dengan
menulis ide-ide dari pemikiran setiap individu kemudian berbagi bersama untuk
meningkatkan respon siswa pada pertanyaan/ masalah. Pembelajaran
teknik TPS untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran orang lain. Siswa
tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi harus mengembangkan pola
pikir dengan ide-ide baru dalam memahami meteri yang diberikan sehingga dapat
memotivasi siswa yang lainnya agar memiliki pola pikir yang baik.
Pembelajaran
teknik Think-Pair-Share (TPS) memiliki tahap-tahap sebagai
berikut (Muslimin Ibrahim, dkk : 2000:26) 1) Thinking (Berpikir) Guru mengajukan pertanyaan atau isu
yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta memikirkan pertanyaan
atau isu tersebut secara mandiri untuk
beberapa saat, 2) Pairing (Berpasangan) Guru meminta siswa berpasangan
dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap
pertama, interaksi pada tahap ini
diharapkan dapat berbagi jawaban
jika telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagai ide jika persoalan khusus
telah diidentifikasikan. Biasanya guru memberi waktu 5-10 menit untuk
berpasangan, 3) Sharing (Berbagi) Pada tahap akhir guru meminta
kepada pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas tentang apa yang telah
mereka bicarakan. Ini dilakukan dengan cara bergiliran berpasang-pasang dan
dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasang telah mendapat kesempatan untuk
melaporkan.
teknik Think-Pair-Share (TPS) memiliki tahap-tahap sebagai
berikut (Muslimin Ibrahim, dkk : 2000:26) 1) Thinking (Berpikir) Guru mengajukan pertanyaan atau isu
yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta memikirkan pertanyaan
atau isu tersebut secara mandiri untuk
beberapa saat, 2) Pairing (Berpasangan) Guru meminta siswa berpasangan
dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap
pertama, interaksi pada tahap ini
diharapkan dapat berbagi jawaban
jika telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagai ide jika persoalan khusus
telah diidentifikasikan. Biasanya guru memberi waktu 5-10 menit untuk
berpasangan, 3) Sharing (Berbagi) Pada tahap akhir guru meminta
kepada pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas tentang apa yang telah
mereka bicarakan. Ini dilakukan dengan cara bergiliran berpasang-pasang dan
dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasang telah mendapat kesempatan untuk
melaporkan.
Berdasarkan tahap-tahap pembelajaran
teknik TPS di atas langkah-langkah pembelajaran teknik TPS
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) guru menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa, (2) guru menyampaikan materi pelajaran dengan singkat, (3)
guru memberikan masalah atau pertanyaan yang berhubungan dengan materi, (4)
siswa diberi waktu berpikir dan bekerja secara mandiri atas masalah atau
pertanyaan yang diberikan untuk beberapa saat, (5) guru meminta kepada siswa
untuk berpasangan dengan siswa lainnya dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang
siswa, jadi terdiri dari 2 pasang, (6) setiap siswa memberi pendapat dalam
kelompok, (7) guru memantau kegiatan siswa yaitu dengan berkeliling dan mampir
di setiap kelompok, (8) guru menentukan jawaban dari hasil
diskusi, (9) guru menunjuk setiap pasangan untuk mempresentasikan jawaban dari
pertanyaan atau masalah yang diberikan. Ini dilakukan secara bergiliran
pasangan demi pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkannya, (10) guru mengevaluasi diskusi
kelompok, (11) guru memberikan penghargaan kepada kepada kelompok yang berhasil
dengan baik menjawab setiap pertanyaan.
teknik TPS di atas langkah-langkah pembelajaran teknik TPS
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) guru menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa, (2) guru menyampaikan materi pelajaran dengan singkat, (3)
guru memberikan masalah atau pertanyaan yang berhubungan dengan materi, (4)
siswa diberi waktu berpikir dan bekerja secara mandiri atas masalah atau
pertanyaan yang diberikan untuk beberapa saat, (5) guru meminta kepada siswa
untuk berpasangan dengan siswa lainnya dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang
siswa, jadi terdiri dari 2 pasang, (6) setiap siswa memberi pendapat dalam
kelompok, (7) guru memantau kegiatan siswa yaitu dengan berkeliling dan mampir
di setiap kelompok, (8) guru menentukan jawaban dari hasil
diskusi, (9) guru menunjuk setiap pasangan untuk mempresentasikan jawaban dari
pertanyaan atau masalah yang diberikan. Ini dilakukan secara bergiliran
pasangan demi pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkannya, (10) guru mengevaluasi diskusi
kelompok, (11) guru memberikan penghargaan kepada kepada kelompok yang berhasil
dengan baik menjawab setiap pertanyaan.
Menurut
Anita Lie (2004: 46) Teknik
Think-Pair-Share
(TPS) memiliki
kebaikan sebagai berikut : 1)Mudah
dibagi secara berpasangan, 2)Lebih
banyak ide yang muncul, 3)Lebih banyak tugas yang bisa dilakukan, 4) Guru mudah memonitor, 5) Meningkatkan partisipasi siswa
dalam berdiskusi. Menurut
Anita Lie (2004: 460) Teknik
Think-Pair-Share
(TPS) memiliki
kelemahan sebagai berikut : 1) Memerlukan
waktu yang lebih lama, 2) Memerlukan
sosialisasi yang lebih baik, 3) Jumlah
genap menyulitkan dalam proses
pengambilan suara, 4) Kurang
kesempatan untuk konstribusi individu, 5) Siswa mudah melepaskan diri dari
keterlibatan dan tidak memperhatikan.
Anita Lie (2004: 46) Teknik
Think-Pair-Share
(TPS) memiliki
kebaikan sebagai berikut : 1)Mudah
dibagi secara berpasangan, 2)Lebih
banyak ide yang muncul, 3)Lebih banyak tugas yang bisa dilakukan, 4) Guru mudah memonitor, 5) Meningkatkan partisipasi siswa
dalam berdiskusi. Menurut
Anita Lie (2004: 460) Teknik
Think-Pair-Share
(TPS) memiliki
kelemahan sebagai berikut : 1) Memerlukan
waktu yang lebih lama, 2) Memerlukan
sosialisasi yang lebih baik, 3) Jumlah
genap menyulitkan dalam proses
pengambilan suara, 4) Kurang
kesempatan untuk konstribusi individu, 5) Siswa mudah melepaskan diri dari
keterlibatan dan tidak memperhatikan.
Jadi model pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil untuk sampai pada keberhasilan
belajar yang optimal baik secara kelompok maupun individu. Muslimin Ibrahim. dkk adalah
“Pembelajaran yang memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk
memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling membantu
satu sama lain”.
kooperatif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil untuk sampai pada keberhasilan
belajar yang optimal baik secara kelompok maupun individu. Muslimin Ibrahim. dkk adalah
“Pembelajaran yang memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk
memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling membantu
satu sama lain”.
Pembelajaran teknik
TPS untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran orang lain. Siswa
tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi siswa harus mengembangkan
pola pikir dengan ide-ide baru dalam memahami materi yang diberikan sehingga
dapat memotivasi siswa yang lainnya agar memiliki pola pikir yang baik pula. Selain itu, pembelajaran TPS adalah
pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta
bekerjasama dengan orang lain. Keunggulan lain Think-Pair-Share (TPS) adalah optimalisasi partisipasi siswa (Anita
Lie, 2004: 57). Oleh karena itu penulis berupaya untuk menggunakan Teknik
TPS dalam proses belajar mengajar di kelas VIII A SMP Negeri 2 Jangkang, dengan tujuan agar siswa
bisa lebih mudah menerima materi pelajaran kalau siswa bisa memecahkan masalah
yang disampaikan oleh guru, dengan cara kerja kelompok atau berpasangan, yang
akhirnya akan bisa meningkatkan hasil belajarnya.
TPS untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran orang lain. Siswa
tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi siswa harus mengembangkan
pola pikir dengan ide-ide baru dalam memahami materi yang diberikan sehingga
dapat memotivasi siswa yang lainnya agar memiliki pola pikir yang baik pula. Selain itu, pembelajaran TPS adalah
pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta
bekerjasama dengan orang lain. Keunggulan lain Think-Pair-Share (TPS) adalah optimalisasi partisipasi siswa (Anita
Lie, 2004: 57). Oleh karena itu penulis berupaya untuk menggunakan Teknik
TPS dalam proses belajar mengajar di kelas VIII A SMP Negeri 2 Jangkang, dengan tujuan agar siswa
bisa lebih mudah menerima materi pelajaran kalau siswa bisa memecahkan masalah
yang disampaikan oleh guru, dengan cara kerja kelompok atau berpasangan, yang
akhirnya akan bisa meningkatkan hasil belajarnya.
Kerangka berpikir
di dalam penelitian ini adalah bahwa si penulis bagaimana melakukan penelitian.
Penelitian ini berawal dari kondisi si peneliti/guru belum menggunakan model
pembelajaran, sehingga siswa hasil belajar masih rendah. Oleh karena itu, si penulis melakukan tindakan dengan
menggunakan model pembelajaran yang digunakan yang dilakukan melalui dua
siklus. Setelah dilakukan tindakan oleh si penulis, maka pada kondisi akhir hasil
belajar dapat meningkat. Dengan demikian, penelitian tentang meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan teknik TPS
pada pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VIII A SMP Negeri 2 Jangkang dapat
dikatakan berhasil sesuai yang diharapkan.
di dalam penelitian ini adalah bahwa si penulis bagaimana melakukan penelitian.
Penelitian ini berawal dari kondisi si peneliti/guru belum menggunakan model
pembelajaran, sehingga siswa hasil belajar masih rendah. Oleh karena itu, si penulis melakukan tindakan dengan
menggunakan model pembelajaran yang digunakan yang dilakukan melalui dua
siklus. Setelah dilakukan tindakan oleh si penulis, maka pada kondisi akhir hasil
belajar dapat meningkat. Dengan demikian, penelitian tentang meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan teknik TPS
pada pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VIII A SMP Negeri 2 Jangkang dapat
dikatakan berhasil sesuai yang diharapkan.
Berdasarkan pada kajian teori dan
kerangka berpikir, maka penulis
yang sekaligus sebagai guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia di SMP
Negeri 2
Jangkang yang semula dalam pelaksaan pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas VIII A, masih menggunakan cara/system
konvensional/ tradisional dalam hal ini masih menggunakan cara ceramah dan
bercerita, sehingga anak belum bisa menerima pelajaran dengan baik sehingga
nilai akhir pada semester genap tahun 2016/2017 belum memuaskan karena masih dibawah KKM. Oleh karena itu, pada semester ganjil
tahun pelajaran 2017/2018
berupaya untuk mengubah cara/system yang diterapkannya dengan mengunakan Teknik
TPS, dan diharapkan agar setelah penerapan Teknik TPS ini hasil akhir pada
semester ganjil
tahun pelajaran
2017/2018 akan
meningkat, dan akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
kerangka berpikir, maka penulis
yang sekaligus sebagai guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia di SMP
Negeri 2
Jangkang yang semula dalam pelaksaan pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas VIII A, masih menggunakan cara/system
konvensional/ tradisional dalam hal ini masih menggunakan cara ceramah dan
bercerita, sehingga anak belum bisa menerima pelajaran dengan baik sehingga
nilai akhir pada semester genap tahun 2016/2017 belum memuaskan karena masih dibawah KKM. Oleh karena itu, pada semester ganjil
tahun pelajaran 2017/2018
berupaya untuk mengubah cara/system yang diterapkannya dengan mengunakan Teknik
TPS, dan diharapkan agar setelah penerapan Teknik TPS ini hasil akhir pada
semester ganjil
tahun pelajaran
2017/2018 akan
meningkat, dan akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi adalah ilmu mengenai cara-cara mencapai tujuan (Eka Prihatin,
2008:59). Sedangkan metode berarti cara yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan (Hadari Nawawi, 2005 : 62). Karena penelitian ini bermaksud untuk mengetahui
hasil dari proses pembelajaran, maka penelitian ini berbentuk Penelitian
Tindakan.
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan. Metode ini merupakan prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek/objek
penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana
adanya (Hadari Nawawi, 2005:63). Sejalan dengan Sugiyono
(2012 :2) mengemukakan bahwa Metode
Penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan
dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu
sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan
mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan. Sedangkan bentuk
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Menurut Urai Husna Hasmara (2007:62) Penelitian Tindakan Kelas
didefinisikan “sebagai sutu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan-tindakan tertentu dengan tujuan memperbaiki atau
meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih professional. Hopkin (dalam Indrawati 2008:6)
mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah tindakan yang diambil guru
untuk meningkatkan dirinya atau teman sejawatnya untuk menguji asumsi-asumsi
teori pendidikan didalam praktik, atau mempunyai makna aebagai evaluasi dan
implementasi keseluruhan prioritas sekolah. Peneliti
memilih bentuk penelitian PTK karena peneliti ingin mengungkapkan keadaan yang
sebenarnya tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A menggunakan Teknik TPS di SMP
Negeri 2
Jangkang.
penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan. Metode ini merupakan prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek/objek
penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana
adanya (Hadari Nawawi, 2005:63). Sejalan dengan Sugiyono
(2012 :2) mengemukakan bahwa Metode
Penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan
dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu
sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan
mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan. Sedangkan bentuk
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Menurut Urai Husna Hasmara (2007:62) Penelitian Tindakan Kelas
didefinisikan “sebagai sutu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan-tindakan tertentu dengan tujuan memperbaiki atau
meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih professional. Hopkin (dalam Indrawati 2008:6)
mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah tindakan yang diambil guru
untuk meningkatkan dirinya atau teman sejawatnya untuk menguji asumsi-asumsi
teori pendidikan didalam praktik, atau mempunyai makna aebagai evaluasi dan
implementasi keseluruhan prioritas sekolah. Peneliti
memilih bentuk penelitian PTK karena peneliti ingin mengungkapkan keadaan yang
sebenarnya tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A menggunakan Teknik TPS di SMP
Negeri 2
Jangkang.
Penelitian ini akan dilakukan
pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 2
Jangkang Kecamatan Jangkang Kabupaten Sanggau. Hal
ini dilakukan karena untuk
mempermudah penelitian sehubungan dengan si penulis
sebagai guru di kelas tersebut sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran di
kelas. Sedangkan penelitian ini dilaksanakan bulan November 2017
Semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018. Ditinjau
dari segi waktu serta perubahan sistem dan iklim belajar dipandang tepat pada
bulan November.
pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 2
Jangkang Kecamatan Jangkang Kabupaten Sanggau. Hal
ini dilakukan karena untuk
mempermudah penelitian sehubungan dengan si penulis
sebagai guru di kelas tersebut sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran di
kelas. Sedangkan penelitian ini dilaksanakan bulan November 2017
Semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018. Ditinjau
dari segi waktu serta perubahan sistem dan iklim belajar dipandang tepat pada
bulan November.
Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP
Negeri 2 Jangkang Kecamatan Jangkang Kabupaten
Sanggau karena
berdasarkan latar belakang bahwa jarak siswa ke sekolah cukup jauh sehingga hasil
belajar rendah. Hal ini terlihat selama proses belajar mengajar yaitu pada
semester genap tahun pelajaran 2016/2017.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia subjek diartikan sebagai pokok bahasan. Oleh
karena itu, subjek penelitian ini berjumlah 33 siswa dengan rincian 18
siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.
penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP
Negeri 2 Jangkang Kecamatan Jangkang Kabupaten
Sanggau karena
berdasarkan latar belakang bahwa jarak siswa ke sekolah cukup jauh sehingga hasil
belajar rendah. Hal ini terlihat selama proses belajar mengajar yaitu pada
semester genap tahun pelajaran 2016/2017.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia subjek diartikan sebagai pokok bahasan. Oleh
karena itu, subjek penelitian ini berjumlah 33 siswa dengan rincian 18
siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2001:899) yang dimaksud prosedur adalah “tahap kegiatan untuk
menyelesaikan suatu aktivits”. Penelitian ini dilakukan bersama-sama
atau berkolaborasi antara guru kelas VIII
dan guru kelas IX SMP Negeri 2
Jangkang, Kecamatan Jangkang
Kabupaten Sanggau dan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research)
dengan dua siklus
dilaksanakan dalam empat kali pertemuan. Pada setiap siklus
dilakukan 4 tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan
tindakan, obsevasi, dan refleksi.
Indonesia (2001:899) yang dimaksud prosedur adalah “tahap kegiatan untuk
menyelesaikan suatu aktivits”. Penelitian ini dilakukan bersama-sama
atau berkolaborasi antara guru kelas VIII
dan guru kelas IX SMP Negeri 2
Jangkang, Kecamatan Jangkang
Kabupaten Sanggau dan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research)
dengan dua siklus
dilaksanakan dalam empat kali pertemuan. Pada setiap siklus
dilakukan 4 tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan
tindakan, obsevasi, dan refleksi.
Teknik
pengumpulan data sangat diperlukan dalam setiap penelitian agar nantinya data
benar-benar valid dan reliabel. Selain itu kecermatan dalam memilih dan
menyusun teknik pengumpulan data juga sangat berpengaruh terhadap kelengkapan
objektifivitas dari hasil penelitian. Sehubungan dengan itu menurut Zuldafrial
(2012 : 38) beberapa teknik dan alat pengumpul data adalah : a) Teknik observasi langsung, b) Teknik observasi tidak langsung, c) Teknik komunikasi langsung, d) Teknik komunikasi tidak langsung, e) Teknik studi documenter, f) Teknik pengukuran
pengumpulan data sangat diperlukan dalam setiap penelitian agar nantinya data
benar-benar valid dan reliabel. Selain itu kecermatan dalam memilih dan
menyusun teknik pengumpulan data juga sangat berpengaruh terhadap kelengkapan
objektifivitas dari hasil penelitian. Sehubungan dengan itu menurut Zuldafrial
(2012 : 38) beberapa teknik dan alat pengumpul data adalah : a) Teknik observasi langsung, b) Teknik observasi tidak langsung, c) Teknik komunikasi langsung, d) Teknik komunikasi tidak langsung, e) Teknik studi documenter, f) Teknik pengukuran
Dari
berbagai macam teknik yang sudah disebutkan, maka peneliti menggunakan beberapa
teknik pengumpul data, yaitu sebagai berikut : a.Teknik Observasi Langsung, Menurut Zuldafrial (2012 : 39) , yang
dimaksud dengan teknik
observasi langsung adalah suatu metode pengumpulan data secara langsung dimana
peneliti ataupun observer mengamati gejala-gejala yang diteliti dari suatu
objek penelitian menggunakan atau tanpa menggunakan instrument penelitian yang
sudah dirancang. Gejala-gejala yang dilihat langsung dicatat dalam instrument
atau lembar catatan. b.
Teknik Pengukuran. Menurut
Suharsimi (dalam Nurhasan, 2001 : 3-4) mengemukakan bahwa pengukuran adalah pengumpulan data atau informasi dari suatu
objek tertentu dan dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur.
Sedangkan menurut Iqbal Hasan (2004 : 14) pengukuran adalah usaha untuk
memberikan nomor pada benda-benda atau peristiwa-peristiwa menurut suatu aturan
tertentu.
berbagai macam teknik yang sudah disebutkan, maka peneliti menggunakan beberapa
teknik pengumpul data, yaitu sebagai berikut : a.Teknik Observasi Langsung, Menurut Zuldafrial (2012 : 39) , yang
dimaksud dengan teknik
observasi langsung adalah suatu metode pengumpulan data secara langsung dimana
peneliti ataupun observer mengamati gejala-gejala yang diteliti dari suatu
objek penelitian menggunakan atau tanpa menggunakan instrument penelitian yang
sudah dirancang. Gejala-gejala yang dilihat langsung dicatat dalam instrument
atau lembar catatan. b.
Teknik Pengukuran. Menurut
Suharsimi (dalam Nurhasan, 2001 : 3-4) mengemukakan bahwa pengukuran adalah pengumpulan data atau informasi dari suatu
objek tertentu dan dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur.
Sedangkan menurut Iqbal Hasan (2004 : 14) pengukuran adalah usaha untuk
memberikan nomor pada benda-benda atau peristiwa-peristiwa menurut suatu aturan
tertentu.
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan tes hasil belajar. Proses pengumpulan data didalam suatu penelitian dapat
dilakukan dengan mempergunakan satu atau lebih alat pengumpul data. Adapun alat
pengumpulan data yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah dengan lembar
observasi dan tes hasil belajar. a. Lembar observasi. Lembar observasi digunakan bila
penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam
dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar ( Sugiyono, 2013 : 203).
Observasi dalam penelitian ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengamati secara langsung objek penelitian yaitu guru dan siswa yang
melaksankan pembelajaran. Dalam observasi ini digunakan lembar pengamatan
proses pembelajaran untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas belajar siswa
dan guru dengan menggunakan teknik TPS. b.
Soal tes tertulis. Bentuk
tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dalam bentuk uraian. Bentuk tes
urain ini dipilih untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami pelajaran yang
telah disampaikan pada saat proses belajar mengajar.
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan tes hasil belajar. Proses pengumpulan data didalam suatu penelitian dapat
dilakukan dengan mempergunakan satu atau lebih alat pengumpul data. Adapun alat
pengumpulan data yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah dengan lembar
observasi dan tes hasil belajar. a. Lembar observasi. Lembar observasi digunakan bila
penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam
dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar ( Sugiyono, 2013 : 203).
Observasi dalam penelitian ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengamati secara langsung objek penelitian yaitu guru dan siswa yang
melaksankan pembelajaran. Dalam observasi ini digunakan lembar pengamatan
proses pembelajaran untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas belajar siswa
dan guru dengan menggunakan teknik TPS. b.
Soal tes tertulis. Bentuk
tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dalam bentuk uraian. Bentuk tes
urain ini dipilih untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami pelajaran yang
telah disampaikan pada saat proses belajar mengajar.
Dalam
penelitian ini akan dilakukan analisis data dengan membandingkan antara
keberhasilan belajar siswa pada siklus I dan siklus II, sesuai dengan standar
KKM, untuk memperjelas analisis data akan ditampilkan dalam bentuk tabel atau
grafik. Melalui Penelitian ini
diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VIII A di SMP Negeri 2 Jangkang. Hal ini
ditandai dengan adanya peningkatan presentase ketuntasan
belajar siswa setelah tindakan jika dibandingkan dengan sebelum
tindakan. Untuk
mengukur keberhasilan pelaksanaan
tindakan kelas menggunakan 2 siklus, yakni siklus I dan siklus II, dengan
indikator penelitian ini
yaitu :1) Kesesuaian strategi
pembelajaran minimal 70% dengan
penyajian yang dilakukan selama proses pembelajaran. 2) Terjadinya perubahan dalam kegiatan
pembelajaran minimal 70% yang terlihat
dari sikap siswa, misalnya antusias dalam belajar, aktif dan paham terhadap
materi yang sedang dipelajari. 3) Siswa
memperoleh nilai rata-rata sebesar 70 di atas KKM dan tingkat daya serap siswa
mencapai 75%.
penelitian ini akan dilakukan analisis data dengan membandingkan antara
keberhasilan belajar siswa pada siklus I dan siklus II, sesuai dengan standar
KKM, untuk memperjelas analisis data akan ditampilkan dalam bentuk tabel atau
grafik. Melalui Penelitian ini
diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VIII A di SMP Negeri 2 Jangkang. Hal ini
ditandai dengan adanya peningkatan presentase ketuntasan
belajar siswa setelah tindakan jika dibandingkan dengan sebelum
tindakan. Untuk
mengukur keberhasilan pelaksanaan
tindakan kelas menggunakan 2 siklus, yakni siklus I dan siklus II, dengan
indikator penelitian ini
yaitu :1) Kesesuaian strategi
pembelajaran minimal 70% dengan
penyajian yang dilakukan selama proses pembelajaran. 2) Terjadinya perubahan dalam kegiatan
pembelajaran minimal 70% yang terlihat
dari sikap siswa, misalnya antusias dalam belajar, aktif dan paham terhadap
materi yang sedang dipelajari. 3) Siswa
memperoleh nilai rata-rata sebesar 70 di atas KKM dan tingkat daya serap siswa
mencapai 75%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
PENELITIAN
PENELITIAN
Penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (Classroom Action Reseach).
Penelitian dilakukan dalam dua siklus yang berkolaboratif dengan teman sejawat,
yaitu guru Bahasa
Indonesia lainnya yang
juga mengajar di SMP
Negeri 2
Jangkang, sebagai observer. Untuk masing-masing siklus akan dilaksanakan dalam
tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi. Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan alokasi
waktu 2×40 menit. Dalam penelitian ini penulis berkolaborasi dalam penyusunan
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan teman sejawat sebagai observer,
menyusun skenario langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
Teknik TPS pada pokok bahasan memahami teks drama dan novel remaja.
Tindakan Kelas (Classroom Action Reseach).
Penelitian dilakukan dalam dua siklus yang berkolaboratif dengan teman sejawat,
yaitu guru Bahasa
Indonesia lainnya yang
juga mengajar di SMP
Negeri 2
Jangkang, sebagai observer. Untuk masing-masing siklus akan dilaksanakan dalam
tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi. Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan alokasi
waktu 2×40 menit. Dalam penelitian ini penulis berkolaborasi dalam penyusunan
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan teman sejawat sebagai observer,
menyusun skenario langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
Teknik TPS pada pokok bahasan memahami teks drama dan novel remaja.
A. Deskripsi Pra Tindakan
Penelitian Tindakan Kelas ini
dilakukan di SMP Negeri 2
Jangkang yang beralamat di Jalan Merakai,
Kecamatan
Jangkang, Kabupaten
Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat, letak SMP
Negeri 2
Jangkang ini cukup strategis karena berada di Ibu Kota
Kecamatan dan mudah
dijangkau oleh siswa. Siswa yang masuk di SMP Negeri 2 Jangkang berasal dari
kampung-kampung sekitar wilayah kecamatan Jangkang, ada juga yang berasal dari
luar kecamatan Jangkang bahkan ada yang dari luar kabupaten Sanggau. Orang tua
siswa sebagian besar bekerja sebagai petani ladang berpindah dan juga berkebun
karet, ada yang PNS dan berwiraswasta, sehingga mempengaruhi kondisi ekonomi
keluarga siswa.
dilakukan di SMP Negeri 2
Jangkang yang beralamat di Jalan Merakai,
Kecamatan
Jangkang, Kabupaten
Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat, letak SMP
Negeri 2
Jangkang ini cukup strategis karena berada di Ibu Kota
Kecamatan dan mudah
dijangkau oleh siswa. Siswa yang masuk di SMP Negeri 2 Jangkang berasal dari
kampung-kampung sekitar wilayah kecamatan Jangkang, ada juga yang berasal dari
luar kecamatan Jangkang bahkan ada yang dari luar kabupaten Sanggau. Orang tua
siswa sebagian besar bekerja sebagai petani ladang berpindah dan juga berkebun
karet, ada yang PNS dan berwiraswasta, sehingga mempengaruhi kondisi ekonomi
keluarga siswa.
SMP Negeri 2 Jangkang terdiri dari 9 rombongan
belajar, kelas VII ada
3 rombongan belajar
yaitu A, B dan C, kelas VIII ada 3 rombongan
belajar yaitu A, B dan C serta kelas IX juga ada 3 rombongan
belajar yaitu A, B dan C, selain itu juga ruang
Kepala Sekolah, ruang TU, ruang Guru, ruang perpustakaan, ruang UKS,
laboratorium IPA, laboratorium computer, gudang, dapur ,WC dan lapangan
olahraga. SMP Negeri 2 Jangkang memiliki 8 guru PNS termasuk Kepala Sekolah
yang sekaligus mengajar guru Bahasa Indonesia, guru
matematika, guru IPS,
guru agama Katolik, guru Bahasa Inggris, dan guru Olahraga. Selain guru
PNS di SMP Negeri 2 Jangkang memiliki 2 guru honor daerah, 5 orang guru honor
sekolah (BOS), dan
sebagian besar guru yang ada sudah menempuh pendidikan S1, guru tersebut ada
yang berasal dari kecamatan Jangkang, ada yang dari luar kecamatan, bahkan ada yang berasal dari luar
Pulau Kalimantan ( Pulau Jawa).
belajar, kelas VII ada
3 rombongan belajar
yaitu A, B dan C, kelas VIII ada 3 rombongan
belajar yaitu A, B dan C serta kelas IX juga ada 3 rombongan
belajar yaitu A, B dan C, selain itu juga ruang
Kepala Sekolah, ruang TU, ruang Guru, ruang perpustakaan, ruang UKS,
laboratorium IPA, laboratorium computer, gudang, dapur ,WC dan lapangan
olahraga. SMP Negeri 2 Jangkang memiliki 8 guru PNS termasuk Kepala Sekolah
yang sekaligus mengajar guru Bahasa Indonesia, guru
matematika, guru IPS,
guru agama Katolik, guru Bahasa Inggris, dan guru Olahraga. Selain guru
PNS di SMP Negeri 2 Jangkang memiliki 2 guru honor daerah, 5 orang guru honor
sekolah (BOS), dan
sebagian besar guru yang ada sudah menempuh pendidikan S1, guru tersebut ada
yang berasal dari kecamatan Jangkang, ada yang dari luar kecamatan, bahkan ada yang berasal dari luar
Pulau Kalimantan ( Pulau Jawa).
Sebelum melakukan Penelitian
Tindakan Kelas siklus I, penulis
melakukan kegiatan pra tindakan pada hari Jumat tanggal 10 November 2017 pada pukul 09.15 sampai 10.35 atau jam ke 4 dan ke 5 di kelas VIII A, kegiatan ini dilakukan untuk
mengetahui bagaimana keadaan siswa sebelum pelaksanaan siklus terutama mengenai
hasil belajarnya sebelum penerapan teknik TPS, pada kegiatan pra tindakan ini
penulis masih menggunakan
metode ceramah dan Tanya jawab. Kegiatan
pra tindakan ini merupakan kegiatan untuk mengawali Penelitian Tindakan Kelas
atau sebelum digunakannya teknik TPS pada
pembelajaran Bahasa Indonesia.
Pada pelaksanaan pra tindakan ini melalui tiga tahap, yakni perencanaan,
pelaksanaan, dan hasil. Perencanaan yaitu dengan menyususn RPP dan dilaksanakan
pada tanggal 9 November
2017.
Tindakan Kelas siklus I, penulis
melakukan kegiatan pra tindakan pada hari Jumat tanggal 10 November 2017 pada pukul 09.15 sampai 10.35 atau jam ke 4 dan ke 5 di kelas VIII A, kegiatan ini dilakukan untuk
mengetahui bagaimana keadaan siswa sebelum pelaksanaan siklus terutama mengenai
hasil belajarnya sebelum penerapan teknik TPS, pada kegiatan pra tindakan ini
penulis masih menggunakan
metode ceramah dan Tanya jawab. Kegiatan
pra tindakan ini merupakan kegiatan untuk mengawali Penelitian Tindakan Kelas
atau sebelum digunakannya teknik TPS pada
pembelajaran Bahasa Indonesia.
Pada pelaksanaan pra tindakan ini melalui tiga tahap, yakni perencanaan,
pelaksanaan, dan hasil. Perencanaan yaitu dengan menyususn RPP dan dilaksanakan
pada tanggal 9 November
2017.
Langkah-langkah pelaksanaan
Pembelajaran Bahasa Indonesia
pada tahap pra tindakan adalah sebagai berikut : 1) Guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam. 2) Guru
mengecek kehadiran siswa dan kesiapan siswa untuk pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar. 3) Guru
melakukan apersepsi untuk memotivasi minat belajar siswa. 4) Guru menjelaskan materi pelajaran
dengan menggunakan metode yang biasa digunakan oleh guru yakni ceramah
bervariasi. 5) Guru
memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal latihan pra tindakan.
Pembelajaran Bahasa Indonesia
pada tahap pra tindakan adalah sebagai berikut : 1) Guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam. 2) Guru
mengecek kehadiran siswa dan kesiapan siswa untuk pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar. 3) Guru
melakukan apersepsi untuk memotivasi minat belajar siswa. 4) Guru menjelaskan materi pelajaran
dengan menggunakan metode yang biasa digunakan oleh guru yakni ceramah
bervariasi. 5) Guru
memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal latihan pra tindakan.
Berdasarkan hasil pengamatan pada pra
tindakan yang masih menggunakan metode
ceramah, pengorganisasian dan alokasi
waktu belum maksimal,
belum terlaksana dengan baik.
Hal ini karena
metode ceramah ini sangat membosankan bagi siswa, siswa belum memahami pelaksanaan pembelajarannya,
penjelasan tentang indikator pembelajaran yang ingin
dicapai kurang jelas. Guru
kurang mampu mengembangkan bahan ajar sehingga materi yang disampaikan kurang
diserap oleh sisiwa.
tindakan yang masih menggunakan metode
ceramah, pengorganisasian dan alokasi
waktu belum maksimal,
belum terlaksana dengan baik.
Hal ini karena
metode ceramah ini sangat membosankan bagi siswa, siswa belum memahami pelaksanaan pembelajarannya,
penjelasan tentang indikator pembelajaran yang ingin
dicapai kurang jelas. Guru
kurang mampu mengembangkan bahan ajar sehingga materi yang disampaikan kurang
diserap oleh sisiwa.
Berdasarkan hasil ulangan pada pra
tindakan diperoleh data sebagai berikut :
tindakan diperoleh data sebagai berikut :
Tabel
4.1 Ketuntasan belajar Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Jangkang
4.1 Ketuntasan belajar Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Jangkang

Grafik
4.1 Ketuntasan belajar Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Jangkang
4.1 Ketuntasan belajar Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Jangkang

Dari
tabel 4.1 nilai akhir hasil belajar siswa pra tindakan
tersebut dapat dijelaskan bahwa, melalui metode ceramah dan tanya jawab
diperoleh jumlah siswa yang tuntas ada 8 siswa dan yang belum tuntas ada
25 siswa dari 33 siswa yang menjawab soal atau yang
mengikuti tes pada pra tindakan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara
klasikal nilai yang dicapai siswa belum tuntas dan masih dikategorikan kurang atau
belum mencapai persentasi ketuntasan yang ditentukan, karena siswa yang
memperoleh nilai 70 atau lebih hanya sebanyak 8 siswa atau 24% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang
dikehendaki yaitu sebesar 75%.
tabel 4.1 nilai akhir hasil belajar siswa pra tindakan
tersebut dapat dijelaskan bahwa, melalui metode ceramah dan tanya jawab
diperoleh jumlah siswa yang tuntas ada 8 siswa dan yang belum tuntas ada
25 siswa dari 33 siswa yang menjawab soal atau yang
mengikuti tes pada pra tindakan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara
klasikal nilai yang dicapai siswa belum tuntas dan masih dikategorikan kurang atau
belum mencapai persentasi ketuntasan yang ditentukan, karena siswa yang
memperoleh nilai 70 atau lebih hanya sebanyak 8 siswa atau 24% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang
dikehendaki yaitu sebesar 75%.
B. Prosedur Tindakan pada Siklus I
Tabel berikut merupakan waktu
pelaksanaan dan pokok bahasan yang diajarkan pada siklus I.
pelaksanaan dan pokok bahasan yang diajarkan pada siklus I.
Tabel
4.2 waktu
pelaksanaan dan pokok bahasan siklus I
4.2 waktu
pelaksanaan dan pokok bahasan siklus I

Pada tindakan siklus I penulis melaksanakan tindakan dengan
berkolaborasi dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Jangkang yakni Bapak Sacekavianus
Kavia. Prosedur yang
digunakan dalam penelitian
siklus I ini dilakukan dalam empat tahap, yakni perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (Observing), dan refleksi (reflecting). Selanjutnya
penelitian tindakan kelas di kelas VIII A SMP Negeri 2 Jangkang pada siklus I sebagai berikut :
berkolaborasi dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Jangkang yakni Bapak Sacekavianus
Kavia. Prosedur yang
digunakan dalam penelitian
siklus I ini dilakukan dalam empat tahap, yakni perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (Observing), dan refleksi (reflecting). Selanjutnya
penelitian tindakan kelas di kelas VIII A SMP Negeri 2 Jangkang pada siklus I sebagai berikut :
a. Perencanaan (Planning).
Tahap
perencanaan dilakukan untuk
memecahkan
permasalahan pada pra tindakan terkait hasil belajar siswa belum mencapai
ketuntasan secara klasikal. Ini
disebabkan guru terus-menerus ceramah memaparkan materi pembelajaran yang
cenderung satu arah dan lebih mendominasi dalam proses pembelajaran. Akibatnya
siswa cenderung malas mendengarkan penjelasan guru. Perencanaan siklus I dilaksanakan
hari Senin,
tanggal 13 November
2017. Sebelum membuat
perencanaan , penulis
melakukan diskusi
dengan guru Bahasa Indonesia
sebagai observer mengenai pembelajaran Bahasa Indonesia yang akan menggunakan teknik TPS. Setelah sepakat maka peneliti dan
guru bersama-sama membuat rencana pembelajaran (RPP), menyususun bahan ajar/
materi, mempersiapkan media atlas, dan menyusun instrument penilaian. Selain rencana pembelajaran, penulis dan observer menyiapkan pedoman
observasi yang akan digunakan dalam mengamati kegiatan pembelajaran pada saat
melaksanakan pembelajaran menggunakan teknik TPS. Pedoman-pedoman observasi
yang dipersiapkan sebagai berikut : 1) Pedoman observasi kemampuan guru
dalam melaksanakan pembelajaran. 2) Pedoman
observasi keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran terutama dengan
menggunakan teknik TPS.
perencanaan dilakukan untuk
memecahkan
permasalahan pada pra tindakan terkait hasil belajar siswa belum mencapai
ketuntasan secara klasikal. Ini
disebabkan guru terus-menerus ceramah memaparkan materi pembelajaran yang
cenderung satu arah dan lebih mendominasi dalam proses pembelajaran. Akibatnya
siswa cenderung malas mendengarkan penjelasan guru. Perencanaan siklus I dilaksanakan
hari Senin,
tanggal 13 November
2017. Sebelum membuat
perencanaan , penulis
melakukan diskusi
dengan guru Bahasa Indonesia
sebagai observer mengenai pembelajaran Bahasa Indonesia yang akan menggunakan teknik TPS. Setelah sepakat maka peneliti dan
guru bersama-sama membuat rencana pembelajaran (RPP), menyususun bahan ajar/
materi, mempersiapkan media atlas, dan menyusun instrument penilaian. Selain rencana pembelajaran, penulis dan observer menyiapkan pedoman
observasi yang akan digunakan dalam mengamati kegiatan pembelajaran pada saat
melaksanakan pembelajaran menggunakan teknik TPS. Pedoman-pedoman observasi
yang dipersiapkan sebagai berikut : 1) Pedoman observasi kemampuan guru
dalam melaksanakan pembelajaran. 2) Pedoman
observasi keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran terutama dengan
menggunakan teknik TPS.
b. Pelaksanaan (Acting)
Tindakan
siklus I dilaksanakan pada hari Selasa
tanggal 14
November 2017 pada pukul 09.15
sampai 10.35
WIB dengan alokasi waktu yang digunakan 2 x 40 menit. Tindakan ini merupakan
pelaksanaan perencanaan pembelajaran yang sudah direncanakan. Tindakan pelaksanaan yang dilakukan
secara garis besar adalah pembelajaran dengan menerapkan/menggunakan teknik TPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pada
tahap ini, dilakukan dalam tiga tahap proses belajar mengajar, yaitu apersepsi,
pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi. Pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan
sebagai berikut : a) Kegiatan
Pembelajaran I. Kegiatan
Pembelajaran yang I membahas tentang teks
drama dan novel (unsur intrinsik teks drama), yang dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 14 November
2017 pukul 09.15 sampai 10.35 WIB. b) Kegiatan Pembelajaran II. Kegiatan pembelajaran pada
pertemuan II ini membahas tentang Pengidentifikasian
unsur intrinsik teks drama.
Pertemuan II ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 17 November 2017, mulai pukul 09.15 sampai 10.35
WIB.
siklus I dilaksanakan pada hari Selasa
tanggal 14
November 2017 pada pukul 09.15
sampai 10.35
WIB dengan alokasi waktu yang digunakan 2 x 40 menit. Tindakan ini merupakan
pelaksanaan perencanaan pembelajaran yang sudah direncanakan. Tindakan pelaksanaan yang dilakukan
secara garis besar adalah pembelajaran dengan menerapkan/menggunakan teknik TPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pada
tahap ini, dilakukan dalam tiga tahap proses belajar mengajar, yaitu apersepsi,
pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi. Pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan
sebagai berikut : a) Kegiatan
Pembelajaran I. Kegiatan
Pembelajaran yang I membahas tentang teks
drama dan novel (unsur intrinsik teks drama), yang dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 14 November
2017 pukul 09.15 sampai 10.35 WIB. b) Kegiatan Pembelajaran II. Kegiatan pembelajaran pada
pertemuan II ini membahas tentang Pengidentifikasian
unsur intrinsik teks drama.
Pertemuan II ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 17 November 2017, mulai pukul 09.15 sampai 10.35
WIB.
c.
Pengamatan
(Observing).
Pengamatan
(Observing).
Pengamatan
hasil siklus I, dalam
proses pengamatan yang dilakukan oleh
penulis dan observer,
yang mengamati kejadian-kejadian selama proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan dengan panduan obsevarsi
yang telah disiapkan baik untuk siswa maupun untuk guru. Pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran,
bahwa pengorganisasian materi ajar ( keruntutan, sistematika materi dan
kesesuaian dengan alokasi waktu) sudah menunjukkan perubahan ke yang lebih
baik, karena pelaksanaannya lebih baik daripada pra tindakan, tapi
langkah-langkah pembelajaran masih membingungkan siswa sehingga siswa belum
memahami pelaksanaan pembelajarannya. Pengamatan terhadap kegiatan belajar siswa, bahwa siswa sudah mulai memperhatikan
penjelasan guru walaupun ada beberapa siswa yang masih sibuk mengerjakan hal-hal di luar
pembelajaran sehingga kurang memperhatikan dan mengamati penjelasan guru.
Selain itu respon siswa
terhadap proses pembelajaran sudah mulai aktif , sudah mulai timbul
keingintahuan lebih dalam terhadap materi yang disampaikan oleh guru.
hasil siklus I, dalam
proses pengamatan yang dilakukan oleh
penulis dan observer,
yang mengamati kejadian-kejadian selama proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan dengan panduan obsevarsi
yang telah disiapkan baik untuk siswa maupun untuk guru. Pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran,
bahwa pengorganisasian materi ajar ( keruntutan, sistematika materi dan
kesesuaian dengan alokasi waktu) sudah menunjukkan perubahan ke yang lebih
baik, karena pelaksanaannya lebih baik daripada pra tindakan, tapi
langkah-langkah pembelajaran masih membingungkan siswa sehingga siswa belum
memahami pelaksanaan pembelajarannya. Pengamatan terhadap kegiatan belajar siswa, bahwa siswa sudah mulai memperhatikan
penjelasan guru walaupun ada beberapa siswa yang masih sibuk mengerjakan hal-hal di luar
pembelajaran sehingga kurang memperhatikan dan mengamati penjelasan guru.
Selain itu respon siswa
terhadap proses pembelajaran sudah mulai aktif , sudah mulai timbul
keingintahuan lebih dalam terhadap materi yang disampaikan oleh guru.
Pengamatan terhadap hasil belajar,
berdasarkan hasil tes pada siklus I diperoleh data sebagai berikut:
berdasarkan hasil tes pada siklus I diperoleh data sebagai berikut:
Tabel
4.3 Ketuntasan
belajar Siswa Kelas VIII
A SMP Negeri 2
Jangkang
4.3 Ketuntasan
belajar Siswa Kelas VIII
A SMP Negeri 2
Jangkang

Grafik 4.2 Ketuntasan belajar Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Jangkang

Berdasarkan perolehan nilai siswa pada siklus
I dapat diketahui bahwa telah terdapat peningkatan perolehan hasil belajar
siswa kalau dibandingkan dengan perolehan nilai pada pra tindakan, walaupun
hanya 54% yang tuntas, dari tabel perolehan
nilai pra tindakan yang tuntas hanya 8 siswa, sedangkan pada siklus I
dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan yang tuntas sebanyak 18 siswa. Ini membuktikan dengan penerapan
teknik TPS dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
dapat meningkatkan hasil belajar siswa, jika dibandingkan dengan penerapan
metode konvensional ataupun ceramah, karena hal ini siswa ikut aktif mencari
dan menemukan sendiri masalah
yang diberikan
oleh guru, walaupun
peningkatan hasil belajar siswa belum maksimal sesuai yang diharapkan, masih banyak siswa yang memperoleh
nilai di bawah KKM.
I dapat diketahui bahwa telah terdapat peningkatan perolehan hasil belajar
siswa kalau dibandingkan dengan perolehan nilai pada pra tindakan, walaupun
hanya 54% yang tuntas, dari tabel perolehan
nilai pra tindakan yang tuntas hanya 8 siswa, sedangkan pada siklus I
dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan yang tuntas sebanyak 18 siswa. Ini membuktikan dengan penerapan
teknik TPS dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
dapat meningkatkan hasil belajar siswa, jika dibandingkan dengan penerapan
metode konvensional ataupun ceramah, karena hal ini siswa ikut aktif mencari
dan menemukan sendiri masalah
yang diberikan
oleh guru, walaupun
peningkatan hasil belajar siswa belum maksimal sesuai yang diharapkan, masih banyak siswa yang memperoleh
nilai di bawah KKM.
d. Refleksi (Reflecting)
Kegiatan refleksi dilakukan hari Sabtu, 18 November 2017. Pada kegiatan refleksi penulis dan observer menilai hasil
pekerjaan siswa pada siklus I. Peneliti dan obsever melaksanakan kegiatan
refleksi dengan cara menganalisis hasil pengamatan pada saat penulis melaksanakan tindakan. Adapun
hasil refleksi peneliti dan observer sebagai berikut: 1) Sebelum
melakukan kegiatan refleksi, penulis
dan observer menilai keaktifan siswa
saat diskusi kelompok pada pembelajaran sebelumnya berdasarkan pedoman
penilaian pada tanggal 15 November 2016.
Hasil penilaian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran
menggunakan teknik TPS pada siklus I adalah
54%
tuntas. 2) Pelaksanaan pembelajaran belum sesuai dengan alokasi waktu, ketidaksesuaian alokasi waktu tersebut
disebabkan adanya gangguan yaitu ada dua kelompok siswa masih
kebingungan. 3)
Siswa yang tidak aktif dalam kelompoknya ada 15 siswa (tiga kelompok pasangan),
sedangkan 18 siswa aktif mengikuti pembelajaran
mendiskusikan soal pada lembar kerja siswa.
pekerjaan siswa pada siklus I. Peneliti dan obsever melaksanakan kegiatan
refleksi dengan cara menganalisis hasil pengamatan pada saat penulis melaksanakan tindakan. Adapun
hasil refleksi peneliti dan observer sebagai berikut: 1) Sebelum
melakukan kegiatan refleksi, penulis
dan observer menilai keaktifan siswa
saat diskusi kelompok pada pembelajaran sebelumnya berdasarkan pedoman
penilaian pada tanggal 15 November 2016.
Hasil penilaian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran
menggunakan teknik TPS pada siklus I adalah
54%
tuntas. 2) Pelaksanaan pembelajaran belum sesuai dengan alokasi waktu, ketidaksesuaian alokasi waktu tersebut
disebabkan adanya gangguan yaitu ada dua kelompok siswa masih
kebingungan. 3)
Siswa yang tidak aktif dalam kelompoknya ada 15 siswa (tiga kelompok pasangan),
sedangkan 18 siswa aktif mengikuti pembelajaran
mendiskusikan soal pada lembar kerja siswa.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut
penulis dan observer
dapat menyimpulkan bahwa indikator kinerja siklus I belum tercapai. Oleh karena
itu, penulis
dan observer sepakat untuk melaksanakan siklus II. Pada siklus II diharapkan
dapat memperoleh hasil yang baik. Masalah-masalah pada siklus I dicari
pemecahnya, sedangkan kelebihan-kelebihannya dipertahankan dan ditingkatkan.
penulis dan observer
dapat menyimpulkan bahwa indikator kinerja siklus I belum tercapai. Oleh karena
itu, penulis
dan observer sepakat untuk melaksanakan siklus II. Pada siklus II diharapkan
dapat memperoleh hasil yang baik. Masalah-masalah pada siklus I dicari
pemecahnya, sedangkan kelebihan-kelebihannya dipertahankan dan ditingkatkan.
C. Prosedur Tindakan pada Siklus II
Tabel berikut merupakan waktu
pelaksanaan dan pokok bahasan yang akan
diajarkan pada siklus II.
pelaksanaan dan pokok bahasan yang akan
diajarkan pada siklus II.
Tabel 4.4 waktu pelaksanaan dan pokok bahasan siklus II

Hasil refleksi, observasi dan penilaian siklus I,
siklus II ini kelanjutan dari siklus I, metode yang diterapkan pada siklus II
ini sama dengan siklus I yakni masih menggunakan teknik TPS materi yang
diajarkan masih kelanjutan dari siklus I, tentang Memahmi teks drama dan novel remaja. Kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada siklus I akan diperbaiki pada pelaksanaan siklus II, dengan
langkah-langkah yang sama dengan siklus I yakni perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observing), dan refleksi (reflection).
siklus II ini kelanjutan dari siklus I, metode yang diterapkan pada siklus II
ini sama dengan siklus I yakni masih menggunakan teknik TPS materi yang
diajarkan masih kelanjutan dari siklus I, tentang Memahmi teks drama dan novel remaja. Kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada siklus I akan diperbaiki pada pelaksanaan siklus II, dengan
langkah-langkah yang sama dengan siklus I yakni perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observing), dan refleksi (reflection).
a. Perencanaan (planning).
Pelaksanaan siklus II ini juga penulis
masih berkolaborasi dengan guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia
yang mengajar di SMP Negeri 2
Jangkang, yakni bapak Sacekavianus Kavia. Perencanaan pada siklus II ini
dilaksanakan pada hari Senin,
tanggal 20 November 2017, setelah ada kata sepakat, penulis dan guru kolaborator bersama-sama
membicarakan bagaimana teknis pelaksanaan proses belajar mengajar. Tahap perencanaan dilakukan upaya
memecahkan permasalahan pada refleksi
siklus I terkait hasil belajar siswa yang belum mencapai indikator keberhasilan. Selain itu juga
proses pembelajaran yang dilaksanakan belum dikatakan berhasil, maka dilakukan
perencanaan tindakan siklus II dengan memperhatikan kekurangan pada tindakan
siklus I. Setelah sepakat penulis
dan guru bersama-sama membuat rencana pembelajaran (RPP), menyususun bahan
ajar/ materi, mempersiapkan media dan menyusun instrument penilaian.
masih berkolaborasi dengan guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia
yang mengajar di SMP Negeri 2
Jangkang, yakni bapak Sacekavianus Kavia. Perencanaan pada siklus II ini
dilaksanakan pada hari Senin,
tanggal 20 November 2017, setelah ada kata sepakat, penulis dan guru kolaborator bersama-sama
membicarakan bagaimana teknis pelaksanaan proses belajar mengajar. Tahap perencanaan dilakukan upaya
memecahkan permasalahan pada refleksi
siklus I terkait hasil belajar siswa yang belum mencapai indikator keberhasilan. Selain itu juga
proses pembelajaran yang dilaksanakan belum dikatakan berhasil, maka dilakukan
perencanaan tindakan siklus II dengan memperhatikan kekurangan pada tindakan
siklus I. Setelah sepakat penulis
dan guru bersama-sama membuat rencana pembelajaran (RPP), menyususun bahan
ajar/ materi, mempersiapkan media dan menyusun instrument penilaian.
Penulis dan observer menyiapkan pedoman
observasi yang akan digunakan dalam mengamati kegiatan pembelajaran pada saat
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan teknik TPS. Pedoman-pedoman
observasi yang dipersiapkan sebagai berikut : 1) Pedoman observasi kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran. 2)
Pedoman observasi keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
observasi yang akan digunakan dalam mengamati kegiatan pembelajaran pada saat
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan teknik TPS. Pedoman-pedoman
observasi yang dipersiapkan sebagai berikut : 1) Pedoman observasi kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran. 2)
Pedoman observasi keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
b. Pelaksanaan tindakan (action).
Pelaksanaan tindakan yang
dilaksanakan sebagai berikut :a) Kegiatan
Pembelajaran I. Pada
kegiatan pembelajaran yang I ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 21 November 20176, pada pukul 09.15 sampai 10.35 WIB yang akan membahas materi
tentang membuat sinopsis novel remaja Indonesia. B) Kegiatan Pembelajaran II. Pada
kegiatan pembelajaran
II ini dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 23
November 2017, pada pukul 07.00 sampai 08.20 WIB
yang membahas materi tentang membuat sinopsis novel remaja.
dilaksanakan sebagai berikut :a) Kegiatan
Pembelajaran I. Pada
kegiatan pembelajaran yang I ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 21 November 20176, pada pukul 09.15 sampai 10.35 WIB yang akan membahas materi
tentang membuat sinopsis novel remaja Indonesia. B) Kegiatan Pembelajaran II. Pada
kegiatan pembelajaran
II ini dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 23
November 2017, pada pukul 07.00 sampai 08.20 WIB
yang membahas materi tentang membuat sinopsis novel remaja.
c. Pengamatan (Observing)
Dalam pengamatan pada siklus II penulis sekaligus guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia mengamati
proses pembelajaran bersama guru observer, mengamati kejadian selama proses
pembelajaran yang dilaksanakan dengan panduan observasi yang disiapkan untuk
siswa maupun guru. Dari
pengamatan observer (kolaborator), bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus
II sudah meningkat, guru selaku penulis telah memperbaiki kekurangan yang
terjadi pada siklus I, pengorganisasian materi ajar sudah baik, kejelasan
skenario pembelajaran sudah
baik. Penjelasan guru mengenai indikator pembelajaran yang ingin dicapai sudah dijelaskan
secara maksimal dan
sudah baik dalam mengembangkan materi ajar sehingga materi yang
disampaikan tersebut mudah dipahami oleh
siswa. Siswa
tidak kebingungan karena sudah dua kali diterapkan teknik TPS kondisi kelas
sudah kondusif. Siswa sudah memanfaatkan sumber belajar lainnya seperti buku mata pelajaran Bahasa
Indonesia yang lainnya
yang berkaitan dengan materi yang dipelajari yang ada di perpustakaan..
Indonesia mengamati
proses pembelajaran bersama guru observer, mengamati kejadian selama proses
pembelajaran yang dilaksanakan dengan panduan observasi yang disiapkan untuk
siswa maupun guru. Dari
pengamatan observer (kolaborator), bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus
II sudah meningkat, guru selaku penulis telah memperbaiki kekurangan yang
terjadi pada siklus I, pengorganisasian materi ajar sudah baik, kejelasan
skenario pembelajaran sudah
baik. Penjelasan guru mengenai indikator pembelajaran yang ingin dicapai sudah dijelaskan
secara maksimal dan
sudah baik dalam mengembangkan materi ajar sehingga materi yang
disampaikan tersebut mudah dipahami oleh
siswa. Siswa
tidak kebingungan karena sudah dua kali diterapkan teknik TPS kondisi kelas
sudah kondusif. Siswa sudah memanfaatkan sumber belajar lainnya seperti buku mata pelajaran Bahasa
Indonesia yang lainnya
yang berkaitan dengan materi yang dipelajari yang ada di perpustakaan..
Memperhatikan hasil siklus II menunjukkan
keberhasilan penelitian tindakan kelas yang di lakukan di kelas VIII A SMP Negeri 2 Jangkang seperti pada data
berikut:
keberhasilan penelitian tindakan kelas yang di lakukan di kelas VIII A SMP Negeri 2 Jangkang seperti pada data
berikut:
Tabel
4.3 Ketuntasan belajar Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Jangkang
4.3 Ketuntasan belajar Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Jangkang

Grafik
4.3 Ketuntasan belajar Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Jangkang
4.3 Ketuntasan belajar Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Jangkang

d. Refleksi
( Reflecting)
( Reflecting)
Refleksi merupakan suatu bentuk
perenungan yang mendalam dan lengkap atas apa yang telah terjadi. Refleksi
akhir siklus merupakan pengungkapan atau mencari jalan keluar dari permasalahan
yang terdapat dalam proses pembelajaran. Pada pengamatan terhadap rencana pelaksanaan
pembelajaran dimana pengorganisasian materi ajar, skenario pembelajaran, indikator pembelajaran dan pengembangan
materi ajar terlaksana dengan baik, selain itu aktifitas siswa dalam proses
pembelajaran di kelas sudah mengalami peningkatan, serta nilai tes menunjukkan
persentase pencapaian hasil yang sudah
maksimal,
serta indikator keberhasilan dalam penelitian. Berdasarkan hasil refleksi di siklus II
menunjukkan tercapainya indikator
keberhasilan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas VIII A SMP Negeri 2 Jangkang terutama mengenai ketuntasan hasil belajar. Memperhatikan seluruh aspek
pengamatan dan hasil refleksi siklus II, peneliti sekaligus guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia dan
guru kolaborator/observer menyimpulkan bahwa indikator pelaksanaan penelitian yang
sudah tercapai.
perenungan yang mendalam dan lengkap atas apa yang telah terjadi. Refleksi
akhir siklus merupakan pengungkapan atau mencari jalan keluar dari permasalahan
yang terdapat dalam proses pembelajaran. Pada pengamatan terhadap rencana pelaksanaan
pembelajaran dimana pengorganisasian materi ajar, skenario pembelajaran, indikator pembelajaran dan pengembangan
materi ajar terlaksana dengan baik, selain itu aktifitas siswa dalam proses
pembelajaran di kelas sudah mengalami peningkatan, serta nilai tes menunjukkan
persentase pencapaian hasil yang sudah
maksimal,
serta indikator keberhasilan dalam penelitian. Berdasarkan hasil refleksi di siklus II
menunjukkan tercapainya indikator
keberhasilan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas VIII A SMP Negeri 2 Jangkang terutama mengenai ketuntasan hasil belajar. Memperhatikan seluruh aspek
pengamatan dan hasil refleksi siklus II, peneliti sekaligus guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia dan
guru kolaborator/observer menyimpulkan bahwa indikator pelaksanaan penelitian yang
sudah tercapai.
D. Pembahasan
1. Pra Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran awal pra tindakan belum sesuai
dengan rencana, disebabkan sebagian
siswa mengalami tingkat kebosanan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, diketahui bahwa pelajaran Bahasa
Indonesia merupakan
pelajaran yang banyak pemahaman sehingga
membuat mereka bosan sehingga tujuan pembelajaran pun belum tercapai, yang
berdampak pada hasil belajar . Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang
telah dicapai setelah mengikuti pelajaran dengan tujuan yang telah ditetapkan. Purwanto ( 2011 : 25 ) mengemukakan
bahwa yang dimaksud
dngan hasil belajar adalah sesuatu yang telah dicapai dari apa yang telah
dilakukan. Sejalan
dengan pendapat Lunandi, (1984 : 57) mengemukakan bahwa hasil belajar di sekolah
formal dapat diadakan melalui ulangan-ulangan, ujian-ujian. Sedangkan menurut
Roestyah (2003 : 89) mengemukakan
bahwa hasil belajar adalah merupakan nilai keberhasilan siswa dalam kelas
setelah mengalami evaluasi. Dengan demikian hasil belajar dapat di ukur melalui nilai berupa angka yang
didapat dari soal tes, dalam penelitian ini soal tes untuk mengukur berhasil
tidaknya proses pembelajaran menggunakan tes uraian, yang terdiri dari 3 soal pada siklus I
dan 2 soal pada siklus II.
dengan rencana, disebabkan sebagian
siswa mengalami tingkat kebosanan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, diketahui bahwa pelajaran Bahasa
Indonesia merupakan
pelajaran yang banyak pemahaman sehingga
membuat mereka bosan sehingga tujuan pembelajaran pun belum tercapai, yang
berdampak pada hasil belajar . Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang
telah dicapai setelah mengikuti pelajaran dengan tujuan yang telah ditetapkan. Purwanto ( 2011 : 25 ) mengemukakan
bahwa yang dimaksud
dngan hasil belajar adalah sesuatu yang telah dicapai dari apa yang telah
dilakukan. Sejalan
dengan pendapat Lunandi, (1984 : 57) mengemukakan bahwa hasil belajar di sekolah
formal dapat diadakan melalui ulangan-ulangan, ujian-ujian. Sedangkan menurut
Roestyah (2003 : 89) mengemukakan
bahwa hasil belajar adalah merupakan nilai keberhasilan siswa dalam kelas
setelah mengalami evaluasi. Dengan demikian hasil belajar dapat di ukur melalui nilai berupa angka yang
didapat dari soal tes, dalam penelitian ini soal tes untuk mengukur berhasil
tidaknya proses pembelajaran menggunakan tes uraian, yang terdiri dari 3 soal pada siklus I
dan 2 soal pada siklus II.
Pada pra tindakan guru memperoleh kesimpulan bahwa
siswa dalam pembelajaran menggunakan metode ceramah membuat suasana
pembelajaran yang monoton, siswa bosan, dan perhatian siswa terhadap penjelasan
guru kurang diserap,
karena beberapa siswa sibuk dengan kegiatannya di kelas, seperti melamun dan
mencoret-coret kertas dan lain-lain.
Kondisi seperti tersebut
berdampak pada hasil belajar yang diperoleh,
dapat kita lihat pada hasil evaluasi pra
tindakan yang berkaitan dengan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran
masih dikategorikan kurang.
siswa dalam pembelajaran menggunakan metode ceramah membuat suasana
pembelajaran yang monoton, siswa bosan, dan perhatian siswa terhadap penjelasan
guru kurang diserap,
karena beberapa siswa sibuk dengan kegiatannya di kelas, seperti melamun dan
mencoret-coret kertas dan lain-lain.
Kondisi seperti tersebut
berdampak pada hasil belajar yang diperoleh,
dapat kita lihat pada hasil evaluasi pra
tindakan yang berkaitan dengan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran
masih dikategorikan kurang.
2. Hasil Penelitian Siklus I
Pelaksanaan pembelajaran siklus I
belum sesuai dengan rencana, hal ini
dikarenakan sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan teknik TPS. Suasana yang baru membuat mereka
perlu perhatian khusus.
Dalam proses
pembelajaran masih ada siswa yang belum mengerti arti pembelajaran yang
disampaikan, karena
perhatian yang kurang fokus
terhadap informasi yang didapat. Pada
siklus I ini penguasaan materi oleh siswa sudah mencapai kategori cukup dengan
perolehan rata-rata nilai pada saat tes ulangan tertulis adalah 65,2%. Siswa yang mengalami ketuntasan/
sesuai dengan KKM sebanyak 18
siswa, sedangkan 15
siswa belum mencapai ketuntasan. Siklus I ini terdapat
beberapa kekurangan-kekurangan yang akan diperbaiki pada saat pelaksanaan
siklus II, baik tentang proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti ataupun belajar siswa.
belum sesuai dengan rencana, hal ini
dikarenakan sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan teknik TPS. Suasana yang baru membuat mereka
perlu perhatian khusus.
Dalam proses
pembelajaran masih ada siswa yang belum mengerti arti pembelajaran yang
disampaikan, karena
perhatian yang kurang fokus
terhadap informasi yang didapat. Pada
siklus I ini penguasaan materi oleh siswa sudah mencapai kategori cukup dengan
perolehan rata-rata nilai pada saat tes ulangan tertulis adalah 65,2%. Siswa yang mengalami ketuntasan/
sesuai dengan KKM sebanyak 18
siswa, sedangkan 15
siswa belum mencapai ketuntasan. Siklus I ini terdapat
beberapa kekurangan-kekurangan yang akan diperbaiki pada saat pelaksanaan
siklus II, baik tentang proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti ataupun belajar siswa.
3. Hasil Penelitian Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran siklus II sudah sesuai dengan
rencana, kekurangan-kekurangan yang dialami pada siklus I sudah diperbaiki,
pada siklus II ini penguasaan materi oleh siswa sudah dikategorikan baik dengan
perolehan nilai rata-rata 77,4%,
siswa yang mengalami ketuntasan mencapai 27 siswa, sedangkan 6 orang siswa akan dilakukan
remedial. Pada
pembahasan ini diuraikan hasil penelitian tentang peningkatan hasil belajar siswa menggunakan teknik TPS di kelas VIII A SMP Negeri 2 Jangkang. Setelah menggunakan teknik TPS pada tindakan siklus I dan siklus II terdapat
peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII A, hal ini dikarenakan dengan menggunakan teknik TPS lebih memudahkan siswa dalam memahami materi
yang diajarkan oleh guru. Penggunaan teknik TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa , ini
terbukti dengan peningkatan persentase hasil belajar, keaktifan siswa dalam
pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Peningkatan hasil belajar siswa dapat
dilihat dari naiknya rata-rata kelas dari pra siklus sebesar 53,6% kemudian siklus I sebesar 65,2% dan pada siklus II terdapat
peningkatan sebesar 77,4%
dengan jumlah siswa mencapai KKM ≥ 70 , pada pra siklus sebanyak 8 orang siswa, siklus I sebanyak 18 orang siswa dan siklus II sebanyak
27 orang siswa .
Persentase ketuntasan pada pra siklus 24%, siklus I 54% dan sikus II 81%, sehingga pada akhir siklus II sudah mencapai kriteria ketuntasan 75% dan mencapai
lebih dari KKM ≥ 70 dan yang belum mencapai KKM ada 6 orang siswa akan diberikan
remedial lagi supaya bisa
mencapai ketuntasan KKM seperti apa yang diharapkan.
rencana, kekurangan-kekurangan yang dialami pada siklus I sudah diperbaiki,
pada siklus II ini penguasaan materi oleh siswa sudah dikategorikan baik dengan
perolehan nilai rata-rata 77,4%,
siswa yang mengalami ketuntasan mencapai 27 siswa, sedangkan 6 orang siswa akan dilakukan
remedial. Pada
pembahasan ini diuraikan hasil penelitian tentang peningkatan hasil belajar siswa menggunakan teknik TPS di kelas VIII A SMP Negeri 2 Jangkang. Setelah menggunakan teknik TPS pada tindakan siklus I dan siklus II terdapat
peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII A, hal ini dikarenakan dengan menggunakan teknik TPS lebih memudahkan siswa dalam memahami materi
yang diajarkan oleh guru. Penggunaan teknik TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa , ini
terbukti dengan peningkatan persentase hasil belajar, keaktifan siswa dalam
pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Peningkatan hasil belajar siswa dapat
dilihat dari naiknya rata-rata kelas dari pra siklus sebesar 53,6% kemudian siklus I sebesar 65,2% dan pada siklus II terdapat
peningkatan sebesar 77,4%
dengan jumlah siswa mencapai KKM ≥ 70 , pada pra siklus sebanyak 8 orang siswa, siklus I sebanyak 18 orang siswa dan siklus II sebanyak
27 orang siswa .
Persentase ketuntasan pada pra siklus 24%, siklus I 54% dan sikus II 81%, sehingga pada akhir siklus II sudah mencapai kriteria ketuntasan 75% dan mencapai
lebih dari KKM ≥ 70 dan yang belum mencapai KKM ada 6 orang siswa akan diberikan
remedial lagi supaya bisa
mencapai ketuntasan KKM seperti apa yang diharapkan.
Grafik
4.4: Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa
4.4: Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa

Grafik
4.5 : Hasil Ketuntasan Belajar Siswa
4.5 : Hasil Ketuntasan Belajar Siswa

Berdasarkan hasil pengamatan
kegiatan siswa pada pra tindakan, siswa masih kurang aktif. Keaktifan siswa belum Nampak, hal ini disebabkan karena proses
pembelajaran masih didominasi oleh guru, sehingga banyak siswa yang merasa bosan, guru belum
menggunakan metode/teknik
yang menarik siswa untuk
lebih aktif, namun
setelah pelaksanaan siklus I, guru telah menggunakan teknik TPS, siswa mulai kelihatan
aktif dalam pembelajaran walupun masih canggung dan kaku karena belum terbiasa. Siswa sudah mulai mau bertanya
ataupun mulai mau menjawab pertanyaan walaupun belum sempurna/ tepat.
kegiatan siswa pada pra tindakan, siswa masih kurang aktif. Keaktifan siswa belum Nampak, hal ini disebabkan karena proses
pembelajaran masih didominasi oleh guru, sehingga banyak siswa yang merasa bosan, guru belum
menggunakan metode/teknik
yang menarik siswa untuk
lebih aktif, namun
setelah pelaksanaan siklus I, guru telah menggunakan teknik TPS, siswa mulai kelihatan
aktif dalam pembelajaran walupun masih canggung dan kaku karena belum terbiasa. Siswa sudah mulai mau bertanya
ataupun mulai mau menjawab pertanyaan walaupun belum sempurna/ tepat.
Didasarkan
atas hasil yang
diperoleh dari pra tindakan, siklus I dan siklus II baik dalam proses
pembelajaran ataupun keaktifan siswa dan dalam hasil belajar siswa, bahwa
dengan menggunakan teknik
TPS dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat
peningkatan hasil yang sesuai
dengan harapan. Oleh
karena itu, dengan
menggunakan teknik
TPS dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia sangat cocok untuk digunakan.
atas hasil yang
diperoleh dari pra tindakan, siklus I dan siklus II baik dalam proses
pembelajaran ataupun keaktifan siswa dan dalam hasil belajar siswa, bahwa
dengan menggunakan teknik
TPS dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat
peningkatan hasil yang sesuai
dengan harapan. Oleh
karena itu, dengan
menggunakan teknik
TPS dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia sangat cocok untuk digunakan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan serta paparan pada hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan bahwa penelitian tentang upaya
peningkatan hasil belajar dengan
menggunakan
teknik TPS dalam proses pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas VIII A SMP Negeri 2 Jangkang meningkat. Teknik TPS ini
digunakan setiap kali pertemuan dalam siklus I ataupun siklus II, dan dari
siklus I dan siklus II masing-masing siklus dilakukan sebanyak dua kali
pertemuan telah menunjukkan hasil yang memuaskan. Diketahui bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa
kelas VIII
A SMP Negeri 2
Jangkang, dari persentase perolehan hasil belajar siswa, pra tindakan 24% , yaitu 8 siswa memperoleh nilai sesuai atau
lebih dari KKM, sedang
76%, yaitu 25
siswa memperoleh nilai di bawah KKM.
telah dilakukan serta paparan pada hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan bahwa penelitian tentang upaya
peningkatan hasil belajar dengan
menggunakan
teknik TPS dalam proses pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas VIII A SMP Negeri 2 Jangkang meningkat. Teknik TPS ini
digunakan setiap kali pertemuan dalam siklus I ataupun siklus II, dan dari
siklus I dan siklus II masing-masing siklus dilakukan sebanyak dua kali
pertemuan telah menunjukkan hasil yang memuaskan. Diketahui bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa
kelas VIII
A SMP Negeri 2
Jangkang, dari persentase perolehan hasil belajar siswa, pra tindakan 24% , yaitu 8 siswa memperoleh nilai sesuai atau
lebih dari KKM, sedang
76%, yaitu 25
siswa memperoleh nilai di bawah KKM.
Secara
khusus disimpukan sebagai berikut:
khusus disimpukan sebagai berikut:
1.
Pada
siklus I terdapat peningkatan nilai hasil belajar yaitu 18 siswa atau 54% yang memperoleh nilai di atas atau
sama dengan KKM,
sedang 15
siswa atau 46%
, nilainya masih dibawah KKM.
Pada
siklus I terdapat peningkatan nilai hasil belajar yaitu 18 siswa atau 54% yang memperoleh nilai di atas atau
sama dengan KKM,
sedang 15
siswa atau 46%
, nilainya masih dibawah KKM.
2.
Sedangkan pada
siklus II diperoleh nilai belajar siswa lebih meningkat yaitu 27 siswa atau 81% memperoleh nilai di atas atau sama
dengan KKM, sedangkan 6 siswa atau 19% memperoleh nilai masih dibawah
KKM. Jadi peningkatan hasil
belajar siswa dari pra
tindakan kemudian pelaksanaan siklus I terdapat peningkatan 30%, dan setelah pelaksanaan siklus
II terdapat peningkatan 27%.
Sedangkan pada
siklus II diperoleh nilai belajar siswa lebih meningkat yaitu 27 siswa atau 81% memperoleh nilai di atas atau sama
dengan KKM, sedangkan 6 siswa atau 19% memperoleh nilai masih dibawah
KKM. Jadi peningkatan hasil
belajar siswa dari pra
tindakan kemudian pelaksanaan siklus I terdapat peningkatan 30%, dan setelah pelaksanaan siklus
II terdapat peningkatan 27%.
DAFTAR
PUSTAKA
PUSTAKA
Asmara, Urai Husna.
(2007). Penulisan Karya Ilmiah.
Pontianak: Fahruna Bahagia.
(2007). Penulisan Karya Ilmiah.
Pontianak: Fahruna Bahagia.
Erthy,
Margaretha. (2014) Penerapan Model
Pembelajaran Inkuiri Pada Materi Limas Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 1 Tayan Hulu. IKIP –PGRI Pontianak : Tidak
diterbitkan.
Margaretha. (2014) Penerapan Model
Pembelajaran Inkuiri Pada Materi Limas Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 1 Tayan Hulu. IKIP –PGRI Pontianak : Tidak
diterbitkan.
Departemen Pendidikan Nasioanal, (2001): Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dimyati dan
Mudjiono. (2009). Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Mudjiono. (2009). Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Hasan,Iqbal
(2004). Analisis Data Penelitian Dengan
Ststistik. Jakarta : Bumi Aksara
(2004). Analisis Data Penelitian Dengan
Ststistik. Jakarta : Bumi Aksara
Ibrahim, Muslimin, dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya :
University Press.
University Press.
Kodir,Abdul.
(2010). Strategi Belajar Mengajar. Bandung :
Pustaka Setia.
(2010). Strategi Belajar Mengajar. Bandung :
Pustaka Setia.
Lie, Anita. (2004). Cooperative Learning : PT . Gramedia Widiasarana Indonesia.
Lunandi,
A.G. (1984). Evaluasi Pembelajaran.
Jakarta: Media Pustaka.
A.G. (1984). Evaluasi Pembelajaran.
Jakarta: Media Pustaka.
Moh. User
Usman dan Lilis Setiawati, (2001). Upaya
Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Usman dan Lilis Setiawati, (2001). Upaya
Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Nawawi, Hadari. (2005). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajahmada University
Press.
Press.
Nurhasan.
(2001). Tes Dan Pengukuran Dalam
Pendidikan Jasmani. DepDikBud : Jakarta.
(2001). Tes Dan Pengukuran Dalam
Pendidikan Jasmani. DepDikBud : Jakarta.
Prayitno.
(2009). Dasar Teori dan Praktis Pendidikan.
Bandung : Grasindo.
(2009). Dasar Teori dan Praktis Pendidikan.
Bandung : Grasindo.
Prihatin, Eka. (2008). Guru Sebagai Fasilitator. Bandung: PT Karsa Mandiri Persada.
Purwanto,
(1990). Psikologi Pendidikan. Bandung
: PT. Remaja Rosdakarya.
(1990). Psikologi Pendidikan. Bandung
: PT. Remaja Rosdakarya.
…………, (2011). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Roestyah, N.K. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Rafika Aditama.
Saud, U.S
dan Makmus A.S (2009). Perencanaan
Pendidikan. (cet. IV). Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
dan Makmus A.S (2009). Perencanaan
Pendidikan. (cet. IV). Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sudjana, Nana. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (cet.XV). Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya
Remaja Rosdakarya
Sugiyono. (2013). Metode
Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung Alfabeta.
Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung Alfabeta.
Suprijono, Agus. (2009). Cooperative
Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta
: Pustaka Belajar.
Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta
: Pustaka Belajar.
Surakhmad, Winarno (1980). Interaksi Belajar Mengajar. Bandung : Jemmars.
Trianto
(2007), Model-model Pembelajaran Inovatif
berorientasi konsturktivikasi, Jakarta : Prestasi Pustaka Raya.
(2007), Model-model Pembelajaran Inovatif
berorientasi konsturktivikasi, Jakarta : Prestasi Pustaka Raya.
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20. (2003). Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.
Republik Indonesia Nomor 20. (2003). Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.
Yana
Wardana. (2010). Teori Belajar dan
Mengajar. Bandung : PT Pribumi Mekar.
Wardana. (2010). Teori Belajar dan
Mengajar. Bandung : PT Pribumi Mekar.
Zuldafrial.(2012). Penelitian Kuantitatif Yogyakarta :
Melia Perkasa.
Melia Perkasa.