-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Bukan Organisasi Biasa: FMN Kupang Tunjukkan Wajah Perlawanan Sejati!"

Mei 19, 2025 | Mei 19, 2025 WIB Last Updated 2025-05-19T01:35:56Z
Kupang, DetikSatu.com ||  Sorak sorai dan semangat juang menggema dari Taman Nostalgia, Kupang, ketika ratusan massa dari berbagai kalangan—mahasiswa, buruh, petani, hingga organisasi rakyat—berkumpul dalam peringatan 22 tahun Front Mahasiswa Nasional (FMN). Dengan mengusung tema besar “Menempa Militansi, Memperluas Barisan, dan Menyatukan Gerakan untuk Kemenangan Rakyat,” acara ini menjadi lebih dari sekadar seremoni: ia menjelma menjadi mimbar perlawanan rakyat.pada (18/5/25)

Panggung rakyat dibuka dengan penampilan monolog, pembacaan puisi, hingga teater jalanan yang menyuarakan jeritan kaum tertindas. Di sela-sela itu, orasi-orasi politik berkumandang lantang, disambut yel-yel penuh semangat. Seluruh rangkaian acara menegaskan bahwa FMN bukan organisasi biasa—ia adalah alat perjuangan rakyat, bukan alat kekuasaan.

“Perjuangan adalah karya,” ujar Ketua FMN, Bung Vino, dalam pidato sambutannya yang membakar semangat. “Kita harus terus berdiri bersama kaum tani, buruh, nelayan, perempuan tertindas, dan suku bangsa minoritas. Melawan rezim bukan sekadar keberanian—ini soal keberpihakan!”

Vino menekankan bahwa FMN hadir sebagai gerakan yang berdiri di tengah rakyat, menolak tunduk pada jalur politik formal yang dianggapnya hanya mempermainkan nasib rakyat kecil. “Kami tidak percaya pada partai politik sebagai jalan perubahan. Hanya rakyat tertindas yang bisa menjadi motor perjuangan sejati,” tegasnya.

Dalam refleksi perjalanan panjang organisasi yang berdiri sejak 2003 ini, FMN disebut sebagai satu-satunya organisasi mahasiswa yang secara terang-terangan mengidentifikasi dan melawan tiga musuh utama rakyat: kapitalisme, imperialisme, dan feodalisme. Dengan kegiatan seperti demonstrasi, diskusi publik, hingga investigasi lapangan, FMN terus membuktikan konsistensinya sebagai wadah pembelajaran politik rakyat.

Sambutan juga datang dari Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA) NTT. Ketua AGRA menegaskan pentingnya FMN sebagai sekolah kader rakyat, tempat lahirnya aktivis massa yang militan dan demokratis. “FMN harus tetap teguh. Mahasiswa harus belajar dari rakyat, dan teori harus berpijak pada realitas penderitaan mereka.”

Tak kalah lantang, perwakilan kaum petani menyerukan pentingnya kedaulatan pangan. Mereka menyoroti ketergantungan pada impor dan minimnya dukungan pemerintah terhadap alat produksi. “Kami bisa produksi, asal diberi ruang dan alat. Petani bukan objek kasihan—kami subjek perjuangan.”

Di tengah sorotan tajam terhadap relokasi paksa, penggusuran, dan eksploitasi tenaga kerja, peringatan ini memperkuat satu hal: perjuangan belum selesai. FMN menyerukan pentingnya pengorganisasian rakyat oleh mahasiswa. Solidaritas bukan sekadar slogan, tapi kerja politik yang konkret dan kolektif.

Dengan semangat militansi yang terus ditempa dan solidaritas yang diperluas, FMN menegaskan keberadaannya sebagai pelopor perjuangan rakyat Indonesia. Dari Taman Nostalgia, suara rakyat kembali bergema—bukan untuk didengar, tapi untuk mengguncang.

Penulis: Djohanes Bentah
Editor: Redaksi DetikSatu.News

Trending Now

×
Berita Terbaru Update