*Malapetaka yang terus terjadi pada NKRI tidak lebih dari "state organized crime" sejak dua periode kepemimpinan nasional sebelumnya, termasuk hasil pilpres 2024. Indonesia punya segalanya, hanya satu yang tak ada yakni keadaban pemimpinnya*
Figur Anies Baswedan memang tak pernah selesai dibicarakan dalam perjalanan politik kontemporer Indonesia selama beberapa tahun ini. Banyak yang simpati, empati dan mendukungnya sebagai pemimpin nasional, namun ada juga yang terus membangun pandangan stereotif, kebencian dan sikap permusuhan, bahkan dalam diam, pergaulan sosial dan kehidupan pribadinya sekalipun.
Memiiki karakter yang kuat dan kemampuan personal yang polimatik, membuat seorang Anies Baswedan akan selalu menjadi magnit sekaligus figur publik yang menjadi bahan perdebatan. Multitalenta dan serba-bisa yang kental dalam dirinya, senantiasa linear dengan premis sebagai ancaman dan berbahaya bagi kalangan tertentu. Anies Baswedan diharapkan sebagian besar rakyat di satu sisi, Anies Baswedan berusaha dienyahkan oleh segelintir orang di lain sisi. Sebuah realitas yang menempatkan Anies Baswedan selalu berada dalam pusaran politik yang dinamis,
Begitulah pandangan makro dan majemuk dari figur Anies Baswedan dalam persfektif politik, pemimpin dan negara. Secara umum ada arus utama mewujud ekspektasi sebagian besar rakyat yang menginginkan Anies Baswedan menahkodai kapal besar bernama Indonesia. Namun tak terelakan ada yang ingin menggagalkan dan menjegal karir politik dan kepemimpinan nasional Anies Baswedan, untuk meraih puncak pengabdian pada rakyat, negara dan bangsa.
Terlepas menjadi pro dan kontra atau polemik pada Anies Baswedan dalam politik kekuasaan. Seperti yang pernah dituangkan dalam buku Dicerca Tak Tumbang, Dipuja Tak Terbang, Anies Baswedan dan Kerja-Kerja Terukurnya, karya Budayawan Ady Amar.
Sepertinya, Anies Baswedan akan sering melewati fase pergolakan dan pergumulan batin yang akan menuntutnya pada prinsip-prinsip hitam putih sekaligus kelenturan politik.
Sejauh ini Anies Baswedan telah menjadi bagian penting dan utama dari fenomena pemimpin yang dimenangkan dan dikalahkan oleh keadaan, skenario dan tujuan-tujuan tertentu. Dengan kata lain, merujuk pada proses dan hasil pilpres 2024 yang absurd. Mayoritas pemilih telah menjadikan Anies Baswedan sebagai pemenang, apapun hasilnya baik dalam statistik maupun kalkulasi perhitungan suara. Hanya distorsi dan manipulasi pilpres 2024 oleh kekuasaan tertentu yang merubahnya.
Anies Baswedan hingga saat ini dan mungkin kelak dalam konstelasi politik mendatang, tetap dianggap presiden yang sesungguhnya, baik dalam kerangka kemenangan dan kekalahan kontestasi pilpres 2024 yang ditenggarai sarat rekayasa, konspiratif dan manipulatif. Selain itu ditengah karnaval pemimpin hipokrit dan sakit jiwa, Anies menjadi sedikit pemimpin yang dianggap idola dan rasional.
Ada yang menarik dan terus menelisik suasana batin rakyat yakni betapa hasil dari pilpres 2024 itu, jauh dari harapan dan keinginan ideal terutama terkait presiden terpilih itu. Bahwa hasil pilpres 2024 yang beraroma kecurangan dan kejahatan konstitusi dan demokrasi, seiring waktu membuka tabir sesungguhnya. Awal yang benar dan baik akan berakhir benar baik juga, begitupun sebaliknya awal yang buruk dan salah akan berakhir buruk dan salah juga. Bahkan awal kebohongan dan kejahatan akan terus melahirkan kebohongan dan kejahatan dalam jangka panjang.
Tidak ada Struktur dan kerangka kebenaran yang bisa dibangun di atas pondasi kejahatan. Akibat pilpres 2024 yang berlumur nista, Kepemimpinan, kinerja dan dampaknya terhadap kondisi rakyat, bangsa dan negara dipelbagai bidang kehidupan, yang juga berujung pada maraknya kesengsaraan dan kertindasan rakyat. Bahkan rakyat kini sedang dikepung kepasrahan, lemas dan tak berdaya diselimuti udara sesak dan beracun dari fenomena "state organized crime".
Maraknya kejahatan yang difasilitasi oleh pejabat dengan mengatas-namakan negara, semakin membawa kehidupan yang tragis buat rakyat. Terlebih ketika musibah dan bencana datang akibat perusakan alam karena ulah segelintir pejabat dan korporasi. Korupsi dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif. Sementara musibah dan bencana yang dialami rakyat, penanganannya dibiarkan lambat dan berlama-lama, begitulah respon penguasa durjana.
*Pandangan Politis Subyektif dan Obyektif*
Anies Baswedan tidak hanya sekedar memiliki Kemampuan teknis dan administratif sebagai pemimpin. Akademisi sekaligus birokrat itupun juga bukan sekedar tuntas menunjukkan makna kapasitas, akuntabilitas dan integritas yang sebenarnya.
Semua kelebihan dan keistimewaan seorang Anies Baswedan terbangun dari pengalaman dan pengakuan yang dirasakan dan dinilai rakyat. Bukan dari rekayasa pencitraan apalagi persekongkolan sindikat aparat dan memanfaatkan institusi negara demi syahwat kekuasaan. Kepemimpinan Anies lahir karena perasaan dan kepuasan rakyat, bukan dari buzzer bayaran dengan serbuan kebohongan yang nista.
Saat negara sudah mulai terkoyak akibat luka kronis yang meneteskan air mata dan darah rakyat, akibat korupsi dan bencana yang sebabnya dilakukan penyelenggara negara. Alih-Alih turun-tangan dengan respon cepat yang terarah dan terukur, para pejabat dan penguasa malah menampilkan kebodohan, kepongahan dan kekejian sebagai aparat negara khususnya yang terkait.
Adu bacot, sibuk berkilah, diksi penuh tipu sana-sini di tengah iba dan kepedihan akibat bencana. Semakin membuktikan Aparatur negara lebih banyak yang bekerja tanpa kompetensi, nurani dan kebersihan hati.
Negara terus menyembunyikan korupsi dan tata-kelola pemerintahan penuh distorsi dan manipulasi, seiring lenyapnya simpati, empati dan solusi buat negeri.
Situasi dan kondisi yang demikian, menyadarkan rakyat sepenuhnya bahwasanya negara tidak cukup membutuhkan orang pintar dan cerdas semata. Lebih dari itu rakyat membutuhkan pemimpin dengan kekuatan hati dan energi yang berkarakter manusiawi dan bersandar pada kesadaran Ilahi.
Anies Baswedan dalam terjangan badai intrik, isu dan fitnah tetap tegar berdiri dan menghadirkan kepemimpinan sejati.
Lucunya, ditengah porak-poranda penyelenggaraan negara, ada orkestrasi buzzer dan politisu yang menyalahkan dan seolah-olah Anies Baswedan yang bertanggungjawab. Padahal rusak dan bobrokya pemerintahan equivalen dengan ketidak hadiran Anies Baswedan dalam struktur kekuasaan negara.
"Grand desain" kekuasaan yang tidak menginginkan sekaligus menjegal Anies Baswedan mengabdi dan memberikan yang terbaik untuk rakyat dan NKRI. Tidak serta-merta dapat membuat Anies Baswedan patah arang dan frustasi. Anies Baswedan tetaplah pemimpin dalam lintasan kultural maupun struktural. Alam dan kebesaran Ilahi selalu menuntun seorang Anies Baswedan pada jalan kepemimpinan sejati.
Kesabaran tak berbatas dan memiliki kesadaran spiritual yang tinggi, Anies Baswedan menempatkan dirinya dalam tugas pengabdian tanpa titik akhir. Sepanjang negera menyimpan rakyat yang teraniaya dan tertindas, sepanjang itulah kepemimpinan Anies Baswedan diharapkan dan dibutuhkan.
NKRI memang membutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi, memang menbutuhkan keahlian birokratis berbasis meritokrasi dan teknokratis. Namun tiada negara yang besar dan maju kehidupan rakyatnya tanpa kesolehan sosial para pemimpinnya. Anies Baswedan menjadi manusia dari sedikit yang memiliki kesadaran makna dan kesadaran krisis dalam memaknai kehidupan rakyat, negara dan bangsa.
Menjadi pemimpin Indonesia yang sesungguhnya merupakan figur dengan kekuatan kemanusiaan dan Ketuhanan yang melekat dalam dirinya. Tanpa pemimpin dengan akal yang tercerahkan, tanpa nurani yang bersih dan tanpa jiwa dengan energi pembebasan dalam dirinya, tak ada negara yang sehat dan kuat lahir batinnya dan mental fisiknya.
Oleh karena itu, rakyat dan negara bangsa Indonesia mendesak membutuhkan Anies Baswedan, pemimpin yang memberi jalan kesetaraan dan keselarasan, pemimpin yang membawa jalan keselamatan Pancasila, UUD 1945 dan NKRI.
Teruji dan terbukti figur kepemimpinannya, menjadi keniscayaan bagi rakyat dan bangsa Indonesia, bersama Anies Baswedan menuju negara keadaban.
Bekasi Kota Patriot.
25 Jumadil Akhir 1447 H/16 Desember 2025.

