“Ada pegawai yang sudah honor sejak 2012, SK-nya habis Desember 2024, dia lamar formasi sesuai jalur P3K, tapi justru dibatalkan sepihak. Ini anak perempuan, staf saya sendiri di ruang inti rektorat.” ungkap sang mantan rektor.
Ia menjelaskan bahwa beberapa pegawai lama, termasuk dosen non-PNS dan staf pramuwakti yang bekerja full-time dari pagi hingga sore, telah mengabdi bertahun-tahun namun diperlakukan tidak adil. Salah satu kasus yang menjadi sorotan adalah pembatalan keikutsertaan seorang pegawai dalam seleksi ASN hanya karena alasan sakit yang tidak mendapat respons dari pimpinan kampus saat itu.
“Dia sudah melengkapi berkas, tapi rektor saat itu tidak melayani permohonannya. Padahal sakitnya disertai surat keterangan resmi, tapi tetap tidak diakomodir. Ini yang menurut saya tidak manusiawi.” tegasnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa pegawai tersebut sempat mengajukan permohonan ulang, bahkan datang kembali saat rekrutmen tahap kedua. Namun tetap ditolak dengan alasan yang menurutnya tidak masuk akal.
“Dia putus asa, mengundurkan diri, lalu ketika ada tahap dua, dia kembali mencoba. Tapi tetap ditolak. Sementara formasinya diduga sudah ‘digeser’ ke orang lain. Ini yang perlu diinvestigasi.” katanya dengan nada kecewa.
Mantan rektor itu juga menyindir adanya ketimpangan perlakuan antara pegawai yang benar-benar bekerja penuh waktu dengan mereka yang hanya hadir sebentar.
“Ada yang cuma datang ngajar lalu pulang, tapi ada juga yang bekerja dari pagi sampai sore. Tapi yang betul-betul mengabdi justru dipinggirkan.”
Ia menyatakan bahwa dirinya tidak memiliki kepentingan apapun selain mencari keadilan untuk para pegawai lama yang telah loyal bekerja untuk kampus.
“Saya tidak punya kepentingan apa-apa, tapi kalau anak ini – anak yatim, perempuan – yang sudah 12 tahun kerja, tiba-tiba dibatalkan hanya sebulan setelah rektor baru datang, tentu publik bertanya-tanya.”
Di akhir pernyataannya, ia mendesak agar dilakukan audit dan investigasi terhadap proses rekrutmen ASN di IAKN Kupang.
“Saya bicara ini bukan untuk menjatuhkan siapa-siapa, tapi demi keadilan. Ini bukan soal siapa dekat dengan siapa, ini soal nurani dan tanggung jawab moral.”
Pernyataan mantan rektor ini menambah panas isu rekrutmen ASN di IAKN Kupang yang selama ini menjadi bisik-bisik internal. Kini, publik menanti tanggapan resmi dari pihak kampus dan pemerintah atas desakan audit dan transparansi tersebut.*
Reporter: DJOHANES BENTAH