Syirik Sistemik: Puncak Kezaliman dan Kerusakan

Redaksi
Jumat, Juli 18, 2025 | Jumat, Juli 18, 2025 WIB Last Updated 2025-07-18T14:14:57Z
Jakarta,detiksatu.com || Syirik (Arab: syirk) secara harfiah bermakna mempersekutukan, merupakan lawan dari kata tauhid (mengesakan) atau ikhlaash (memurnikan).

Pelaku syirk disebut musyrik yang dalam terminologi Al-Qur’an merujuk kepada orang yang beribadah (memberikan pengabdian).

Di antara perilaku syirik adalah menjadikan al-alihah (QS 19:15), al-andaad (tandingan-tandingan, QS 2:165) dan al-arbaab (QS 3:54) selain Allah


Arbaab adalah kata bentuk jamak, yang kata tunggal (mufrad)-nya adalah rabb. Dalam Ensiklopedia Makna Al-Qur’an (Terjemah dari Syarah Alfaazhul Qur’an, 2012, Dhuha Abdul Jabbar, Burhanuddin) kata Al-Robb dapat bermakna tuan atau pembimbing yang patut ditaati perintahnya dan dijauhi larangannya (as-sayyidu wa al-murabbiy).

Dalam konteks QS 3: 54 yang dimaksud arbaab adalah orang-orang yang memiliki otoritas untuk membuat hukum baik haram maupun halal namun bertentangan dengan Kitabullah.

Dalam Surah Luqmaan ayat 13 ditegaskan bahwa perbuatan syirk merupakan kezhaliman yang besar (zhulm ‘azhiim).

وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ

(Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat dia menasihatinya, “Wahai anakku, janganlah mempersekutukan Allah! Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar kezaliman yang besar. (QS 31: 13)

Umumnya perbuatan syirk yang dilakukan secara individu oleh manusia (al-insaan) akan berakibat pada dirinya sendiri dan mungkin juga pada lingkungannya secara terbatas. Misalnya dalam beribadah secara ‘ubudiyah kepada Allah maupun amalan sosial tidak didasarkan pada keikhlasan (lillahi ta’ala = mengharapkan ridha Allah semata) namun mengharapkan pujian, kedudukan ataupun keuntungan materi (duniawi).

Bahkan bisa juga disertai dengan keyakinan terhadap kekuatan atau pertolongan dari selain Allah dengan menjalankan suatu ritual ibadah. Maka kerusakannya terbatas pada dirinya sendiri, yaitu tertolak amalan/ibadahnya (QS 39: 65).

Namun kemusyrikan yang dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif (TSM) atau syirik-sistemik mengakibatkan kerusakan (fasaad) yang lebih luas dampaknya pada suatu masyarakat/bangsa (QS 30: 41-42).

Kemusyrikan yang sistemik ini terjadi karena adanya pengaruh kekuasaan ataupun relasi kuasa (bersifat hierarkis, terdapat ketergantungan status sosial, budaya, pendidikan dan/atau ekonomi yang menimbulkan kekuasaan pada suatu pihak terhadap pihak lainnya sehingga merugikan pihak yang statusnya lebih rendah) (QS 14: 28, juga pada QS 6:136-139 beserta tafsir historisnya bagaimana tokoh Amr bin Luhay merusak millah tauhid warisan Rasul Ibrahim as dan Ismail as di Makkah dan sekitarnya).

Kekuasaan dimanfaatkan untuk menciptakan, mengarahkan, menyebarkan, mempropagandakan dan/atau melestarikan kemusyrikan dalam kehidupan sosial, budaya, politik, ekonomi suatu masyarakat/bangsa (QS 34: 33).

Dalam Ensiklopedia Makna Al-Qur’an, kata Al-fasaad diartikan sebagai sesuatu yang melewati batas kewajaran. Lawan katanya shalaah (kebajikan, terkait dengan kata al-ishlaah = perbaikan). Lebih lanjut dalam konteks ayat di atas, al-fasaad fi al-ardhi, dapat berarti berkembangnya fitnah yang mengakibatkan merosotnya kehidupan dan timbulnya dekadensi akhlak, tersiarnya kebodohan, dan tidak adanya pemikiran yang benar.

Kata al-fasaad ini juga berkaitan dengan kata faasid yang berarti korup (corrupt), sehingga kata al-fasaad ini juga mencakup makna korupsi (corruption).

Kata korupsi sendiri berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus. Corruptio memiliki arti beragam yakni tindakan merusak atau menghancurkan. Corruptio juga diartikan kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian.

Al-Qur’an telah memberikan solusi atas permasalahan tersebut pada ayat berikutnya (43) dari surah Ar-Ruum, yang merupakan solusi yang sistemik, karena permasalahan yang sitemik haruslah diatasi dengan solusi yang sistemik pula.

Solusinya adalah dengan menegakkan (aqimu) sistem-yang-tegak-lurus (ad-dien al-qayyim):

فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ الْقَيِّمِ مِنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ يَوْمٌ لَّا مَرَدَّ لَهٗ مِنَ اللّٰهِ يَوْمَىِٕذٍ يَّصَّدَّعُوْنَ

Oleh karena itu, tegakkanlah wajah-mu kepada ad-dien al-qayyim (al-Islam) sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak. Pada hari itu mereka terpisah-pisah. (QS 30: 43)

شَرَعَ لَكُمْ مِّنَ الدِّيْنِ مَا وَصّٰى بِهٖ نُوْحًا وَّالَّذِيْٓ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهٖٓ اِبْرٰهِيْمَ وَمُوْسٰى وَعِيْسٰٓى اَنْ اَقِيْمُوا الدِّيْنَ وَلَا تَتَفَرَّقُوْا فِيْهِۗ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِيْنَ مَا تَدْعُوْهُمْ اِلَيْهِۗ اَللّٰهُ يَجْتَبِيْٓ اِلَيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَهْدِيْٓ اِلَيْهِ مَنْ يُّنِيْبُۗ

Dia (Allah) telah mensyariatkan bagi kamu ad-dien yang Dia wasiatkan kepada Nuh, yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), dan yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu: tegakkanlah ad-dien dan janganlah kamu berpecah-belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik terhadap apa yang kamu serukan kepada mereka. Allah memilih orang yang Dia kehendaki pada (ad-dien)-Nya dan memberi petunjuk pada (ad-dien)-Nya bagi orang yang kembali (kepada ketaatan pada-Nya). (QS 42: 13)


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Syirik Sistemik: Puncak Kezaliman dan Kerusakan

Trending Now