Wamena,detiksatu.com || Kami ingin tahu, masyarakat Jayawijaya tidak buta, dan tidak tuli. Kami melihat dan mendengar semua.
Kami tahu bahwa slogan “Naiwerek / Nyaiwerek” yang Bapak banggakan ke mana-mana, kini hanya menjadi hiasan palsu yang tidak berpijak pada realita. Katanya cinta kasih dan keberpihakan, tapi yang kami lihat hanyalah penghianatan terhadap harapan rakyat JYWJY.
Fakta paling menyakitkan adalah penerimaan CPNS. Bukan soal tidak ada anak Jayawijaya yang diterima tapi karena seharusnya 100% yang diterima adalah anak Jayawijaya! Ini bukan ambisi. Tapi ini hak!
Namun nyatanya, pemerintah memakai konsep kuota 80/20, yang tidak pernah berlaku di provinsi atau kabupaten lain di seluruh Indonesia selain Papua. Di mana keadilannya?
Mengapa hanya di tanah Papua anak daerah dianggap tidak pantas mendapatkan 100% haknya sendiri?
Jayawijaya punya 40 distrik. Semua tahu betapa luas, berat, dan tertinggalnya wilayah-wilayah ini.
Maka CPNS seharusnya menjadi alat untuk memperkuat struktur lokal dan memberdayakan anak negeri, bukan justru membukakan pintu lebar-lebar bagi kepentingan dari luar yang tidak kenal medan, tidak kenal budaya, dan tidak kenal hati masyarakat kami.
Lebih parah lagi, jabatan Plt di beberapa distrik dibagikan tanpa mempertimbangkan kapasitas, kinerja, maupun dedikasi. Apakah distrik ini ladang percobaan politik? Apakah masyarakat hanya objek eksperimen demi kepentingan segelintir orang?
Dan kini muncul juga wacana penggantian kepala desa tanpa prosedur yang adil, transparan, dan menghargai hak masyarakat. Ini adalah bom waktu konflik horizontal yang bisa meledak kapan saja.
Pak Bupati,
Pemimpin sejati dinilai dari kerja dan keputusan yang berpihak pada rakyat, bukan dari pidato dan janji kosong. Siapa pun bisa bicara bahkan orang gila pun bisa bicara. Tapi hanya pemimpin yang waras yang bekerja dengan hati dan akal sehat.
Jika Bapak tidak bisa membela orang asli Jayawijaya, lalu siapa lagi? Jangan jadikan “Naiwerek / Nyaiwerek” sebagai tameng politik dan alat tipu daya. Karena kalau begitu, Bapak bukan sedang membangun Jayawijaya, tapi sedang menghancurkan kepercayaan rakyat.
Cukup sudah kebohongan. Kami tidak butuh slogan. Kami butuh keadilan dan keberpihakan nyata.
Sumber: E.K