London,detiksatu.com – Polisi di London telah menangkap ratusan orang dalam aksi mendukung kelompok Palestine Action, yang bulan lalu diklasifikasikan sebagai “organisasi teroris” oleh pemerintah Inggris.
Kepolisian Metropolitan mengatakan, 365 pengunjuk rasa telah ditangkap di Parliament Square hingga pukul 18.00 waktu setempat (17.00 GMT) pada Sabtu (09/08) “karena mendukung organisasi terlarang”.
“Akan butuh waktu, tetapi kami akan menangkap siapa pun yang menyatakan dukungan terhadap Palestine Action,” kata pihak kepolisian dalam unggahan sebelumnya di X.
Video yang beredar di media sosial memperlihatkan polisi mengevakuasi demonstran yang duduk di alun-alun sambil membawa poster bertuliskan, “Saya menentang genosida. Saya mendukung Palestine Action.”
Kelompok advokasi Defend our Juries, penyelenggara aksi tersebut, menulis di X bahwa “rakyat secara kolektif menentang genosida di Gaza dan pelarangan Palestine Action.”
Penangkapan ini adalah yang terbaru dari serangkaian protes menentang larangan pemerintah terhadap Palestine Action — kebijakan yang menurut para pengkritik melanggar kebebasan berpendapat, hak untuk berdemonstrasi, serta bertujuan membungkam protes terhadap perang Israel di Jalur Gaza.
Berdasarkan Undang-Undang Terorisme 2000, menjadi anggota atau mendukung kelompok tersebut kini menjadi tindak pidana dengan ancaman hukuman hingga 14 tahun penjara.
Melaporkan dari Parliament Square pada Sabtu, jurnalis Al Jazeera Sonia Gallego mengatakan ancaman penangkapan atau hukuman “tidak membuat para pendukung Palestine Action gentar” untuk menyatakan dukungan.
“Hal sesederhana memakai kaus bertuliskan ‘Saya mendukung Palestine Action’, atau bahkan menulisnya di selembar kertas” dapat menyebabkan penangkapan, ujar Gallego.
Sebelum aksi hari Sabtu, lebih dari 200 orang telah ditahan dalam gelombang demonstrasi di seluruh Inggris sejak larangan diberlakukan pada Juli.
Lebih dari 350 akademisi dari seluruh dunia minggu ini menandatangani surat terbuka yang memuji “kampanye pembangkangan kolektif yang terus berkembang” terhadap keputusan Menteri Dalam Negeri Yvette Cooper melarang Palestine Action.
Para penandatangan “menyayangkan konsekuensi represif yang sudah ditimbulkan oleh larangan ini, dan sangat khawatir akan dampaknya terhadap universitas di seluruh Inggris dan di luar negeri.”
Sejumlah tokoh ternama menandatangani surat itu, termasuk sejarawan Israel dan profesor University of Exeter Ilan Pappe, profesor Goldsmiths Eyal Weizman, serta pemikir politik Michael Hardt dan Jacqueline Rose.
Sementara itu, aksi pawai terpisah yang diselenggarakan oleh kelompok Palestine Coalition juga digelar di London pada Sabtu.
Kepolisian Metropolitan mengatakan satu orang ditangkap dalam pawai tersebut — dari Russell Square ke Whitehall — karena membawa spanduk yang mendukung Palestine Action.
Amnesty International UK mengutuk penangkapan para demonstran damai hanya karena membawa poster, dan menyebut tindakan itu “melanggar kewajiban internasional Inggris untuk melindungi hak kebebasan berekspresi dan berkumpul secara damai.”
Anggota parlemen dari Partai Buruh, John McDonnell, juga mengecam penangkapan di Parliament Square pada Sabtu.
“Memalukan bahwa orang-orang ditangkap hanya karena mempertahankan hak demokratis kita,” tulisnya di X.
Palestine Action selama ini sering menargetkan perusahaan-perusahaan di Inggris yang terkait dengan Israel, antara lain dengan menyemprotkan cat merah, memblokir pintu masuk, atau merusak peralatan.
Kelompok ini menuduh pemerintah Inggris terlibat dalam kejahatan perang Israel di Gaza, di mana sejak Oktober 2023, bombardir dan blokade Israel telah menewaskan puluhan ribu warga Palestina.
Pemerintah Inggris memberlakukan larangan setelah pada Juni lalu Palestine Action menerobos masuk ke sebuah pangkalan udara militer dan merusak dua pesawat Airbus Voyager yang digunakan untuk pengisian bahan bakar di udara.
Juru bicara Palestine Action, Manaal Siddiqui, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pesawat tersebut “dapat digunakan dan telah digunakan untuk mengisi bahan bakar jet tempur Israel.”
Menurut kelompok tersebut, pesawat dari pangkalan Brize Norton juga terbang ke pangkalan Angkatan Udara Inggris di Siprus, kemudian diberangkatkan untuk mengumpulkan intelijen yang dibagikan kepada pemerintah Israel. []