Salah satu poin tuntutan aksi ini ialah mengajak seluruh komponen masyarakat dan seluruh sivitas akademika, khususnya mahasiswa untuk kembali meningkatkan dukungan materi dan non-materi kepada rakyat Palestina.
Inisiator UIN Jakarta Student for Justice in Palestine, Adi Zulfa Fauzi, menjelaskan motivasi di balik aksi solidaritas ini adalah membangkitkan kesadaran bersama bahwa tindakan genosida yang terus dilakukan oleh Israel terhadap Palestina tidak kunjung berhenti. Maka dari itu, mahasiswa dengan beragam latar belakang diharapkan dapat menyatukan suara dalam membela Palestina.
Dunia sudah membuka mata dan menjadi sorotan masyarakat internasional, termasuk mahasiswa di luar negeri seperti Columbia University dan universitas lain. Di kampus-kampus Indonesia, seperti UI, IPB, ITB juga sudah melakukan hal yang sama. Kita sebagai kampus Islam terbesar tentu harus melakukan hal serupa. Maka dari itu, kita semua menghapus latar belakang apa pun itu dan bersatu atas nama UIN Jakarta Student for Justice in Palestine,” jelasnya saat diwawancarai di depan gedung Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta,
Adi juga mengatakan UIN Jakarta mendukung penuh aksi solidaritas bela Palestina. Selain pihak kampus, Adi bersyukur di tengah keberagaman, para mahasiswa dapat bersatu dan bersama-sama menyuarakan suara Palestina.
“Kita melaksanakan audiensi di hari Senin, 13 Mei dengan Wakil Rektor 3. Beliau mendukung penuh aksi kita, memperihalkan untuk mengundang dosen-dosen dan melakukan diskusi publik, kita buat pernyataan sikap dan beliau sendiri menyampaikan akan menulis tentang Palestina. Di UIN Jakarta banyak sekali organisasi, banyak sekali latar belakang yang menjadi sekat untuk kita bergerak. Tapi, Alhamdulillah atas nama Palestina kita semua bisa bersatu dan bersama-sama menyuarakan Palestina,” ujarnya.
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Jakarta, Minsarnawati, menyatakan bahwa generasi muda, khususnya mahasiswa UIN Jakarta harus lebih menunjukkan sikap idealis dan kritis dalam menanggapi isu nasional maupun internasional sebagai bentuk karakteristik utama dari mahasiswa.
“Untuk saat ini saya mengatakan bahwa harus lebih semangat, harus menunjukkan bukti bahwa sebagai generasi muda yang punya idealisme, yang memiliki kritis lebih besar dibandingkan orang tua, mahasiswa harusnya bergerak menunjukkan karakteristiknya. Mahasiswa itu punya dua karakter, idealisme dijunjung tinggi dan memiliki daya kritis. Kalau ini hilang, maka status mahasiswanya itu dipertanyakan,” jelasnya,
Minsarnawati turut menegaskan bahwa aksi bela Palestina mencerminkan sikap idealisme dalam memperjuangkan hak asasi manusia, kedaulatan, dan kebebasan Palestina. Ia berharap aksi ini akan terus berlanjut tanpa bisa dihentikan oleh siapa pun.
“Kita mengambil bagian dari proses membela Palestina, saudara kita di sana, menunjukkan bahwa kita juga menghargai hak asasi manusia dan kedaulatan suatu bangsa. Tunjukkan bahwa kita masih punya rasa solidaritas yang tinggi, apalagi kepada saudara kita sesama muslim. Di sana bukan cuma penjajahan, ya, tapi genosida. Kita juga harus mendukung ke pengadilan internasional untuk (melaporkan) para pemimpin Israel. Jadi harapan saya jangan berhenti, terus saja bergerak. Tunjukkan hasil itu nanti dan sekarang kita berproses, ikhtiar untuk membela Palestina,” ungkapnya.
Sependapat dengan Minsarnawati, Adi menyerukan harapannya agar seluruh lapisan masyarakat dan sivitas akademika dapat meningkatkan kepedulian untuk Palestina. Ia juga menegaskan bahwa aksi ini tidak akan menjadi aksi musiman belaka, tetapi akan menjadi gerakan yang semakin meluas dan signifikan.
“Kita tidak mau aksi ini menjadi aksi musiman, mungkin kita akan berkoordinasi dengan kampus-kampus lain dan melakukan aksi yang lebih besar. Semua mahasiswa di Indonesia mungkin, tapi itu untuk scope yang lebih besar. Scope yang lebih kecilnya mungkin di kampus ini setidaknya kita terus menyuarakan lewat sosmed masing-masing dan lewat diskusi-diskusi rutin juga aksi-aksi yang rutin secara berkala,” tuturnya.