Jakarta, detiksatu.com || Sebuah video yang beredar luas di berbagai platform media sosial mengundang keprihatinan publik. Video tersebut memperlihatkan dugaan aksi intimidasi terhadap keluarga seorang pendeta berinisial JS, yang terjadi menjelang pelaksanaan ibadah perayaan Natal. Aksi tersebut diduga melibatkan Alpriado Osmond, yang diketahui merupakan mantan terpidana percobaan kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada tahun 2024, bersama sejumlah orang tak dikenal.
Peristiwa tersebut dilaporkan terjadi pada Sabtu, 13 Desember 2025, di Jakarta Utara. Saat itu, Pendeta JS bersama istrinya dan seorang anak balita hendak berangkat ke gereja untuk melayani ibadah Natal. Namun, keberangkatan mereka terhambat akibat adanya sekelompok orang yang menghadang dan diduga melakukan tindakan intimidatif di depan rumah.
Dalam rekaman video yang viral, tampak seorang pria yang diduga kuat adalah Alpriado Osmond, bersama seorang pria bernama Diori Ambarita, serta beberapa orang lain yang mengaku sebagai wartawan. Mereka terlihat menghalangi Pendeta JS untuk masuk ke dalam mobil, bahkan melakukan aksi tarik-menarik pintu kendaraan.
Situasi tersebut memuncak ketika anak balita pendeta JS terlihat menangis histeris akibat ketakutan. Teriakan keras, nada bicara yang dinilai tidak pantas, serta tindakan fisik berupa penghalangan kendaraan dinilai telah menciptakan trauma, kepanikan, dan ketidaknyamanan, tidak hanya bagi keluarga pendeta, tetapi juga warga sekitar.
Berdasarkan keterangan sejumlah saksi, sejak sekitar pukul 06.26 WIB, Alpriado Osmond sudah berada di depan rumah keluarga dengan membawa beberapa orang tak dikenal. Sejak saat itu, suasana di lingkungan sekitar menjadi mencekam. Setiap orang yang keluar atau masuk rumah dilaporkan mengalami intimidasi, direkam menggunakan ponsel, difoto, bahkan diteriaki dengan suara keras sambil diajukan berbagai pertanyaan yang bernada interogatif.
Aksi tersebut diduga berlangsung hampir seharian dan baru dapat dibubarkan sekitar pukul 16.50 WIB, setelah aparat kepolisian dari Polres Metro Jakarta Utara dan Polsek Tanjung Priok mendatangi lokasi kejadian. Kehadiran aparat keamanan berhasil meredam ketegangan serta mengembalikan situasi lingkungan ke kondisi kondusif.
Tindakan yang diduga dilakukan oleh mantan terpidana percobaan KDRT tersebut menuai kecaman luas dari masyarakat. Publik menilai aksi tersebut tidak hanya membahayakan keselamatan anak, tetapi juga merupakan bentuk intimidasi, perbuatan tidak menyenangkan, serta dugaan premanisme yang mengganggu ketertiban umum dan kebebasan menjalankan ibadah.
Atas kejadian itu, Pendeta JS bersama keluarga menyatakan telah menempuh jalur hukum dengan melaporkan peristiwa tersebut kepada pihak kepolisian. Warga sekitar pun menyampaikan keprihatinan mendalam.
“Negara tidak boleh kalah dari cara-cara premanisme seperti ini. Apalagi yang menjadi korban adalah anak kecil dan keluarga yang hendak beribadah,” ujar P, salah satu warga setempat.
Sementara itu, pihak keluarga yang diwakili oleh seorang kerabat berinisial C mengungkapkan bahwa mereka telah mengantongi sejumlah bukti, termasuk dugaan keterlibatan pihak ketiga yang diduga menjadi aktor di balik aksi intimidasi tersebut. Pihak keluarga menegaskan bahwa tindakan semacam itu tidak dapat dibenarkan dalam negara hukum dan harus diproses sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi maupun klarifikasi dari pihak terduga pelaku terkait tudingan tersebut. Aparat kepolisian juga masih melakukan pendalaman guna mengungkap fakta-fakta hukum yang sebenarnya.
Kasus ini menambah daftar panjang keprihatinan publik terhadap perlindungan korban KDRT, keselamatan anak, serta jaminan rasa aman bagi masyarakat dalam menjalankan aktivitas keagamaan. Masyarakat pun berharap aparat penegak hukum bertindak tegas agar kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari.
👉 Tautan video terkait:
https://vt.tiktok.com/ZSPm5JRBj/
https://vm.tiktok.com/ZSHwcEqAhH68k-2ECqn/
Red-Ervinna
