Kupang, detiksatu.com || Aula Gedung Pramuka Kupang mendadak jadi panggung gagasan brilian saat Ikatan Kaum Intelektual Fatuleu (IKIF) menggelar Dialog Publik bertajuk “Resolusi Pulau Kera”. Acara ini mengangkat subtema tajam: “Kontribusi Kaum Intelektual Terhadap Polemik Pulau Kera,pada (22/5/25)
Dua narasumber utama hadir membakar semangat diskusi: Yefta Sabaat, S.Ip., M.Ip., dosen FISIP UNDANA Kupang, dan Fadly Anetong, S.Sos., Koordinator AGRA NTT, dipandu oleh moderator energik Fathur Dopong, S.Pd..
Dialog ini dibuka langsung oleh Ketua Umum IKIF, Asten Bait, yang menyampaikan pesan kuat soal peran intelektual dalam perjuangan sosial. “Dialog ini bukan sekadar forum wacana, tapi ajakan untuk turun gelanggang dan menjadi bagian dari solusi atas persoalan nyata yang dihadapi masyarakat Pulau Kera,” tegas Asten penuh semangat.
Menurutnya, Pulau Kera bukan hanya tentang hamparan pasir dan ombak, tapi juga tentang identitas, hak hidup, dan budaya yang kini makin terjepit oleh arus pembangunan yang abai terhadap dimensi sosial dan ekologi. “Masalah di Pulau Kera tidak bisa disapu bersih dengan pendekatan birokratis semata. Dibutuhkan keberanian bersikap dan pemikiran kolaboratif lintas sektor,” lanjutnya.
Ia menutup sambutannya dengan kalimat yang memukul kesadaran: “Mari hadir sebagai bagian dari solusi. Persoalan Pulau Kera adalah tanggung jawab kolektif kita sebagai anak bangsa.”
Dialog Publik ini menjadi bukti bahwa kaum intelektual muda tidak hanya bisa berpikir, tapi juga bergerak. IKIF membuka ruang diskusi yang segar, kritis, dan membumi, membuktikan bahwa suara dari ruang aula bisa menggema sampai ke ruang kebijakan.***
Penulis: Djohanes Bentah