Menurutnya, persoalan tersebut tidak bisa lagi dibiarkan dan memerlukan langkah bersama semua pihak, termasuk pemuda desa dan pemerintah daerah.
“Maraknya kasus pencabulan dan persetubuhan pada anak di bawah umur di Morotai, itu menunjukkan lemahnya pengawasan dan kurangnya peran semua stakeholder. Sosialisasi sudah mesti menjadi agenda rutin di sekolah-sekolah dan masyarakat,” tegas Jhulkifli.
Ia menilai bahwa minuman keras menjadi salah satu faktor pemicu kekerasan seksual terhadap anak. Karena itu, pengawasan terhadap peredaran dan konsumsi miras perlu diperketat.
“Apalagi motif pelaku kekerasan adalah minuman keras, itu artinya yang harus diperkuat ialah pengawasan dan sosialisasi,” tambahnya.
Sebagai Ketua KNPI yang baru terpilih, Jhulkifli menyatakan kesiapannya membantu pemerintah dalam mengedukasi masyarakat, khususnya generasi muda desa, mengenai bahaya kekerasan terhadap anak.
“Kami siap kerja sama, lebih khusus lagi pemuda-pemuda desa sudah harus diberi pemahaman tentang bahaya kekerasan pada anak. Meskipun kriteria pelaku itu berbeda-beda, ada yang orang tua tiri, paman, bahkan saudara kandung sendiri,” ungkapnya.
Menurutnya, keterlibatan pemuda di tingkat desa merupakan langkah awal yang krusial untuk mencegah semakin tingginya angka kekerasan anak.
“Langkah pencegahan harus dimulai dari pemuda desa. Mereka harus menjadi garda depan dalam menciptakan lingkungan yang aman dan ramah anak,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan bahwa isu kekerasan terhadap anak akan masuk dalam program kerja utama KNPI Morotai selama kepemimpinannya ke depan. Ia berharap ada dukungan nyata dari pemerintah daerah agar program kerja tersebut bisa berjalan secara optimal dan berkelanjutan.
“Kasus kekerasan anak di Morotai nantinya juga masuk dalam program kerja saya. Saya berharap ada dukungan dari pemerintah daerah agar program kerja KNPI ke depan dapat disupport,” pungkasnya.
Dengan meningkatnya perhatian publik terhadap isu perlindungan anak, Ketua KNPI Morotai berharap pemuda dapat menjadi agen perubahan di lingkungan masing-masing untuk menghentikan lingkaran kekerasan yang menyasar anak-anak.
Penulis: Akas
