Kesepakatan ini diumumkan pada hari Rabu, menyusul gelombang protes besar-besaran di kampus-kampus terhadap perang Israel di Gaza selama musim semi dan musim panas 2024 yang menuai kritik karena dianggap menjurus ke arah antisemitisme.
Latar Belakang Kesepakatan
Pada Februari 2025, pemerintah memotong pendanaan riset federal senilai $400 juta ke Universitas Columbia untuk memaksa pihak administrasi merespons dugaan pelecehan terhadap mahasiswa dan staf Yahudi.
Kesepakatan ini menandai kemenangan besar bagi Trump dalam usahanya mengendalikan dunia pendidikan tinggi, termasuk aktivisme kampus, dan bisa menjadi cetak biru untuk kesepakatan serupa dengan universitas-universitas lain.
Apa Isi Kesepakatannya?
Columbia sepakat untuk:
Membayar $200 juta kepada pemerintah dalam jangka waktu tiga tahun.
Membayar tambahan $21 juta untuk menyelesaikan klaim dari Equal Employment Opportunity Commission (EEOC).
Sebagai gantinya:
Sebagian besar dari $400 juta dana federal yang dibekukan akan dikembalikan.
Columbia akan kembali memiliki akses ke hibah-hibah senilai miliaran dolar, baik yang sedang berjalan maupun di masa depan.
Columbia juga diwajibkan:
Menunjuk seorang administrator dalam 30 hari yang akan bertanggung jawab kepada presiden universitas untuk mengawasi pelaksanaan kesepakatan ini.
Menghentikan program-program yang mendorong “upaya ilegal untuk mencapai hasil berbasis ras, kuota, dan target keberagaman”.
Selain itu:
Kurikulum Timur Tengah di Columbia harus ditinjau ulang agar “komprehensif dan seimbang”.
Columbia harus merekrut staf baru untuk Institute for Israel and Jewish Studies.
Bart Schwartz dari perusahaan kepatuhan Guidepost Solutions ditunjuk sebagai pemantau independen yang akan melapor ke pemerintah setiap enam bulan.
Columbia wajib menyusun laporan berkala untuk memastikan bahwa program-program mereka “tidak mendorong tujuan DEI (keragaman, kesetaraan, dan inklusi) yang melanggar hukum”.
Mengapa Kesepakatan Ini Disetujui?
Columbia menyatakan bahwa kesepakatan ini meresmikan reformasi yang sebelumnya sudah diumumkan untuk mengatasi pelecehan terhadap mahasiswa dan staf Yahudi. Reformasi tersebut termasuk:
Merekrut personel keamanan tambahan.
Mengubah prosedur disipliner.
Upaya menciptakan “lingkungan belajar yang inklusif dan penuh rasa hormat”.
Perselisihan antara Columbia dan pemerintahan Trump dimulai setelah sejumlah mahasiswa dan staf Yahudi mengeluhkan pelecehan oleh pengunjuk rasa pro-Palestina. Di sisi lain, para pendukung Palestina menuduh para pengkritik seringkali secara keliru menyamakan penentangan terhadap Israel dengan kebencian terhadap Yahudi.
Presiden sementara Columbia, Claire Shipman, menyebut kesepakatan ini sebagai “langkah penting ke depan setelah periode pengawasan federal yang ketat dan ketidakpastian institusional”.
“Kesepakatan ini disusun dengan hati-hati untuk melindungi nilai-nilai kami dan memungkinkan kemitraan riset penting kami dengan pemerintah federal kembali berjalan. Yang paling penting, kesepakatan ini menjaga independensi kami – sesuatu yang penting bagi keunggulan akademik dan eksplorasi ilmiah,” ujar Shipman.
Trump menyambut kesepakatan ini sebagai “bersejarah” di platform Truth Social miliknya: “Banyak institusi pendidikan tinggi lain yang telah merugikan begitu banyak orang, berlaku tidak adil, dan menyalahgunakan dana federal dari pemerintah kita – akan menyusul,” tulisnya.
Bagaimana Reaksi Mahasiswa dan Aktivis?
Kelompok aktivis mahasiswa Columbia University Apartheid Divest (CUAD) mengecam kesepakatan ini sebagai “suap”. “Bayangkan menjual mahasiswamu sendiri hanya untuk membayar Trump $221 juta dan terus mendanai genosida,” tulis CUAD di X.
Mereka juga menyebut bahwa hukuman disipliner terhadap mahasiswa, termasuk skorsing dan pengeluaran, sangat berlebihan dibanding demonstrasi lainnya yang tidak berkaitan dengan Palestina.
Organisasi non-pemerintah Palestine Legal menuduh Columbia menggunakan tuduhan antisemitisme sebagai senjata untuk menghukum mereka yang menyuarakan kebebasan bagi rakyat Palestina.
“Jelas bahwa keinginan Columbia untuk menciptakan komunitas ‘di mana semua merasa diterima’ tidak mencakup mahasiswa yang menyerukan diakhirinya genosida Israel,” tulis mereka di X.
Aktivis kiri dan komentator politik Hasan Piker mengatakan bahwa Trump tengah terpuruk dalam banyak hal namun Columbia “masih menyerah kepada Trump dalam segala hal”. Ia menambahkan: “Tampaknya beberapa institusi memang sedang mencari alasan untuk berpindah ke kanan.”
Langkah Apa Saja yang Sudah Diambil Columbia?
Pada Maret, Columbia menyetujui berbagai tuntutan dari pemerintahan Trump demi memulai negosiasi pemulihan dana federal senilai $400 juta, yang dicabut sebulan sebelumnya.
Langkah-langkah tersebut termasuk:
Melarang penggunaan penutup wajah dalam demonstrasi.
Menambah 36 petugas kampus yang memiliki wewenang khusus untuk menangkap mahasiswa.
Awal bulan ini, Columbia juga mengadopsi definisi antisemitisme dari International Holocaust Remembrance Alliance (IHRA), yang dikritik karena dianggap menyamakan kritik terhadap Israel dan Zionisme dengan antisemitisme.
Dalam surat ke PBB tahun 2023, 60 organisasi hak asasi manusia dan sipil menolak definisi tersebut karena dikhawatirkan digunakan untuk membungkam protes damai dan kebebasan akademik.
Pada Selasa, Columbia juga mengumumkan akan:
Menskors, mengeluarkan, atau mencabut gelar hampir 80 mahasiswa yang ikut dalam demonstrasi di Perpustakaan Butler pada 7 Mei 2025 dan aksi “Revolt for Rafah” pada 31 Mei 2024 selama akhir pekan alumni.
Para mahasiswa dalam protes tersebut menuntut agar dana abadi Columbia senilai $14,8 miliar tidak lagi diinvestasikan pada perusahaan produsen senjata atau yang mendukung Israel.
Salah satu pengorganisasi protes, Mahmoud Khalil (29 tahun), adalah orang pertama yang ditahan dalam upaya Trump mendeportasi aktivis pro-Palestina non-warga negara AS.
Columbia juga menyatakan tidak akan lagi menjalin hubungan dengan kelompok pro-Palestina CUAD.
Universitas Mana Lagi yang Jadi Target Trump dan Mengapa?
Pemerintahan Trump saat ini menargetkan 10 universitas utama untuk membasmi antisemitisme, termasuk:
Columbia
George Washington University
Harvard
Johns Hopkins
New York University
Northwestern
University of California (Berkeley dan Los Angeles)
University of Minnesota
University of Southern California
Columbia adalah yang pertama menerima pemotongan dana, tetapi beberapa universitas Ivy League juga telah mengalami hal serupa. Lebih dari $2 miliar dibekukan untuk Cornell, Northwestern, Brown, dan Princeton.
April lalu, pemerintah mengancam akan membekukan $510 juta untuk Brown University atas dugaan pelanggaran terkait diskriminasi antisemit.
Harvard menjadi satu-satunya universitas besar yang menolak tuntutan Trump dan menggugat balik di pengadilan federal.
Minggu ini, Harvard menyatakan dalam pengadilan bahwa pemotongan $2,6 miliar oleh Trump adalah tindakan bermotif politik untuk membentuk ulang universitas secara sepihak.
Apakah akan Ada Kesepakatan Lainnya dengan Universitas Lain?
Beberapa universitas diyakini sedang bernegosiasi dengan pemerintahan Trump. Media AS melaporkan bahwa pejabat Trump dan Harvard masih berunding, meskipun kasusnya telah dibawa ke pengadilan.
Trump bahkan menulis di media sosial pada Juni: “Jika kesepakatan tercapai seperti yang sedang dibahas saat ini, itu akan menjadi SEJARAH yang sangat luar biasa dan sangat baik bagi Negara kita.” []