Dokter yang merawatnya mengatakan kemungkinan besar ia tidak akan pernah bisa melihat lagi dengan mata kirinya, sementara penduduk Jalur Gaza yang terkepung dan dibombardir terus mengalami kelaparan paksa.
Dalam wawancaranya dengan Al Jazeera, Abdul Rahman Abu Jazar mengatakan para tentara Israel terus menembak dirinya meski ia telah terkena peluru.
“Saat itu aku pikir ini adalah akhir. Kematian sudah dekat,” ujarnya.
“Aku pergi karena kami benar-benar tidak punya makanan”
Berbicara dari ranjang rumah sakit dengan perban putih menutupi salah satu matanya, Abu Jazar menceritakan kejadian mencekam yang dialaminya. Ia pergi ke titik distribusi bantuan sekitar pukul 2 pagi (23.00 GMT).
“Itu pertama kalinya aku ke sana,” katanya. “Aku ke sana karena aku dan saudara-saudaraku tidak punya makanan. Kami tidak menemukan apa pun untuk dimakan.”
Ia mengatakan dirinya bergerak bersama kerumunan hingga mencapai Taman al-Muntazah di wilayah Kota Gaza sekitar lima jam kemudian.
“Saat kami berlari, mereka mulai menembaki kami. Aku bersama tiga orang lain; semuanya terkena tembakan. Begitu kami mulai lari, mereka menembak. Lalu aku merasakan seperti ada listrik mengalir ke tubuhku. Aku roboh ke tanah. Rasanya seperti tersengat listrik… Aku tidak tahu di mana aku berada, aku langsung pingsan. Ketika sadar, aku bertanya kepada orang-orang, ‘Aku di mana?’”
Orang-orang di sekitarnya memberi tahu bahwa ia tertembak di kepala. “Mereka masih terus menembak. Aku ketakutan dan mulai membaca doa-doa.”
Seorang dokter di rumah sakit menyoroti matanya dengan senter ponsel dan bertanya apakah ia bisa melihat cahaya. Ia tidak bisa. Dokter mendiagnosis luka tembak menembus bola mata.
Abu Jazar telah menjalani operasi dan berkata, “Aku berharap penglihatanku bisa kembali, insyallah.”
Rumah sakit terus menerima jenazah pencari bantuan
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan pada Ahad pagi bahwa 119 jenazah — termasuk 15 yang ditemukan di bawah reruntuhan bangunan — serta 866 warga Palestina yang terluka telah dibawa ke rumah sakit di seluruh Gaza dalam 24 jam terakhir. Setidaknya 65 warga Palestina terbunuh saat mencari bantuan, dan 511 lainnya terluka.
Menurut sumber rumah sakit kepada Al Jazeera, sejak fajar pada Ahad, sebanyak 92 orang dibunuh oleh tembakan tentara Israel, termasuk 56 orang yang sedang mencari bantuan kemanusiaan.
Pasukan Israel secara rutin menembaki warga Palestina yang mencoba mendapatkan makanan di titik distribusi bantuan yang dijalankan oleh GHF di Gaza. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa lebih dari 1.300 pencari bantuan telah dibunuh sejak GHF mulai beroperasi pada bulan Mei.
Kelaparan di Gaza semakin parah
Krisis kelaparan dan malnutrisi di Gaza semakin memburuk setiap harinya. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, setidaknya 175 orang — termasuk 93 anak-anak — telah meninggal akibat kelaparan buatan manusia yang disebabkan oleh blokade Israel yang kejam.
Lebih dari 6.000 anak Palestina kini sedang menjalani perawatan karena malnutrisi akibat blokade, menurut Global Nutrition Cluster, sebuah koalisi yang mencakup lembaga kesehatan dan pangan PBB.
“Warga Palestina kelaparan meskipun ada jeda kemanusiaan”
Hind Khoudary, jurnalis Al Jazeera yang melaporkan dari Deir el-Balah, mengatakan bahwa “hanya ada sangat sedikit truk bantuan yang masuk ke Gaza — mungkin hanya 80 sampai 100 truk setiap hari — meskipun jeda kemanusiaan ini seharusnya memungkinkan lebih banyak bantuan masuk.”
“Warga Palestina berjuang keras hanya untuk mendapatkan satu kantong tepung gandum. Mereka kesulitan mendapatkan satu paket makanan. Hal ini membuktikan bahwa jeda kemanusiaan dan semua klaim Israel itu tidak benar, karena di lapangan, warga Palestina benar-benar kelaparan,” katanya.
Khoudary menambahkan bahwa seluruh penduduk Gaza bergantung pada badan-badan PBB dan mitra kemanusiaan lainnya untuk mendapatkan makanan.
“Setiap hari lebih banyak warga Palestina meninggal karena kelaparan paksa dan malnutrisi,” katanya. “Sejak blokade dimulai, titik-titik distribusi bantuan tidak lagi beroperasi, dan sekarang pun semuanya belum kembali normal. Warga Palestina masih berjuang — bahkan lebih dari itu, mereka kini dibunuh hanya karena mencoba mendekati truk bantuan, mendekati GHF, karena mereka ingin makan.”
Kantor Media Pemerintah di Gaza mengatakan bahwa Israel secara sengaja menghalangi lebih dari 22.000 truk bantuan kemanusiaan — sebagian besar milik PBB dan organisasi internasional lainnya — untuk masuk ke wilayah tersebut, menyebutnya sebagai bagian dari kampanye sistematis berupa “kelaparan, pengepungan, dan kekacauan.” []