Seruan itu ia sampaikan dalam konferensi bertajuk “Perjanjian untuk Yerusalem: Menuju Pembaruan Tekad Bangsa dalam Menghadapi Likuidasi dan Pemusnahan” yang dibuka di Istanbul, Sabtu (7/12/2025).
Dalam pidatonya, Mashaal memaparkan 10 proyek strategis prioritas yang menurutnya perlu segera dijalankan demi menghadapi fase paling kritis dalam sejarah perjuangan Palestina.
Pembebasan Yerusalem sebagai Proyek Pertama
Mashaal menegaskan bahwa kini adalah saatnya bangsa Arab dan umat Islam “membebaskan Yerusalem sebagai simbol pembebasan Palestina, pemurnian Masjid Al-Aqsa, serta pemulihan seluruh tempat suci.”
“Perjanjian untuk Yerusalem adalah pembebasannya,” ujarnya, menekankan kembali bahwa Al-Quds merupakan pusat identitas, kehormatan, dan masa depan bangsa Palestina.
Seruan Menguatkan Gaza: Mengakhiri Perang, Memulihkan Kehidupan
Mashaal meminta seluruh dunia memusatkan perhatian pada Gaza yang menurutnya masih berada dalam bayang-bayang penghancuran sistematis Israel.
Ia menyerukan:
penghentian perang sepenuhnya,
pemulihan layanan dasar dan kesejahteraan,
penyediaan bantuan serta tempat berlindung,
rekonstruksi jalur Gaza,
pembukaan seluruh penyeberangan,
penolakan terhadap setiap upaya penggusuran atau rekayasa ulang Gaza sesuai kepentingan Israel.
“Gaza—yang menghunus pedangnya untuk Yerusalem pada tahun 2021, dan yang rakyat serta perlawanannya menunjukkan ketangguhan menakjubkan—adalah kehormatan bangsa dan hati nurani umat manusia. Mereka layak mendapatkan banyak dari kita,” kata Mashaal.
Meski fase paling brutal perang telah berlalu, ia menegaskan bahwa kelaparan, pengepungan, penutupan penyeberangan, pencegahan bantuan, dan hukuman kolektif terhadap warga Gaza masih berlangsung hingga kini.
Menolak Perwalian dan Mandat Asing atas Palestina
Mashaal menegaskan penolakan total terhadap seluruh bentuk perwalian, mandat, atau pendudukan ulang atas Gaza, Tepi Barat, maupun Palestina secara keseluruhan.
“Rakyat Palestina adalah mereka yang memerintah diri mereka sendiri. Mereka memutuskan masa depannya sendiri. Tidak ada perwalian, tidak ada mandat, dan tidak ada pendudukan kembali,” tegasnya.
Menurut Mashaal, dunia harus menyadari bahwa rakyat Palestina membutuhkan perlindungan, bukan dikendalikan; dan mendambakan kemerdekaan, bukan mandat asing.
Segala upaya memutarbalikkan tujuan kami tidak dapat diterima. Kami yang memutuskan, kami bangsa yang tak tergoyahkan,” katanya.
Melindungi Perlawanan, Menyelamatkan Tepi Barat dari Yudaisasi
Mashaal menekankan pentingnya melindungi proyek perlawanan dan persenjataannya, yang ia sebut sebagai “kehormatan bangsa.”
Ia memperingatkan bahwa Tepi Barat saat ini menghadapi pertempuran besar melawan Yudaisasi, perluasan permukiman, dan penggusuran paksa.
“Rencana-rencana itu terungkap satu demi satu. Ini tanggung jawab bangsa Arab, Muslim, dan komunitas internasional. Dunia mendukung kita setelah menyaksikan kejahatan Zionis di Gaza,” katanya.
Membebaskan Tahanan Palestina
Mashaal juga menyerukan pembebasan seluruh tahanan Palestina yang menurutnya mengalami bentuk-bentuk penyiksaan paling kejam di penjara Israel.
Pemenjaraan, katanya, adalah kejahatan yang semakin memburuk dua tahun terakhir di bawah Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, termasuk adanya rancangan undang-undang yang membuka peluang eksekusi tahanan.
Persatuan Nasional sebagai Syarat Kemenangan
Ia menekankan urgensi membangun persatuan nasional, baik di dalam maupun luar Palestina, serta memperkuat semangat perjuangan dalam politik dan pengambilan keputusan.
“Tidak ada kemenangan tanpa persatuan, tidak ada pencapaian tanpa kemitraan. Kita semua saling membutuhkan dan kekuatan kita tumbuh bersama,” kata Mashaal.
Ia memperingatkan bahwa sejumlah proyek internasional bertujuan menghapus Gaza, Tepi Barat, Otoritas Palestina, dan faksi-faksi perlawanan dari peta politik.
Karena itu, ia menyerukan pembentukan strategi Arab dan Islam untuk melindungi kawasan dari agresi Israel, sekaligus menolak segala bentuk normalisasi dengan entitas yang ia sebut “kriminal”.
Memboikot Israel dan Memanfaatkan Sikap Dunia yang Kian Mengecam
Mashaal mengatakan bahwa sebagian besar negara kini memandang Israel sebagai entitas kriminal dan “paria internasional” yang harus dihukum.
Menurutnya, momentum global yang mengecam kejahatan Israel di Gaza harus dimanfaatkan untuk memperkuat energi pembebasan dan isolasi diplomatik terhadap Tel Aviv.
Menghidupkan Mobilisasi Politik dan Aksi Publik
Mashaal menyerukan penguatan mobilisasi politik, aksi rakyat, dan gerakan mahasiswa di dunia Arab maupun internasional sebagai dukungan terhadap Gaza dan Palestina.
Ia menilai gelombang aktivisme global yang menuntut penghentian genosida Israel merupakan kesempatan penting yang harus dirawat.
Di bagian awal pidatonya, Mashaal memperingatkan bahwa Palestina tengah menghadapi bahaya eksistensial yang mengancam Gaza, Yerusalem, Masjid Al-Aqsa, tempat-tempat suci Islam dan Kristen, serta stabilitas kawasan.
“Kita menghadapi tantangan eksistensial; Gaza menghadapi upaya rekayasa ulang, termasuk aspek geografisnya,” katanya.
sumber: infopalestina

