Pengikut

Mengenal Sosok BES: Dari Aktivis HMI, Akademisi, hingga Advokat Nasional

Redaksi
Desember 25, 2025 | Desember 25, 2025 WIB Last Updated 2025-12-25T15:25:49Z
Jakarta,detiksatu.com -- Nama BES dikenal luas di ruang publik sebagai advokat, aktivis Islam, sekaligus tokoh gerakan buruh. Kiprahnya telah melintasi berbagai fase sejarah Indonesia, mulai dari pergerakan mahasiswa di era Orde Baru, dunia akademik, hingga penanganan sejumlah kasus hukum nasional yang menyita perhatian publik.

Perjalanan panjang tersebut tidak dapat dilepaskan dari latar belakang aktivisme mahasiswa yang membentuk pandangan kritis dan sikap politiknya hingga saat ini.

Aktivisme Mahasiswa dan HMI
BES mulai aktif dalam dunia pergerakan mahasiswa sejak akhir 1970-an. Ia tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Jayabaya, Jakarta, sekitar tahun 1979. Pada masa itu, ia bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), organisasi mahasiswa Islam yang dikenal vokal mengkritisi kebijakan negara, khususnya pada masa penerapan asas tunggal Pancasila di era Orde Baru.

Di lingkungan HMI, BES pernah menduduki sejumlah posisi strategis, baik sebagai pengurus maupun pimpinan cabang di Jakarta. Ia dikenal berada dalam arus kritis terhadap kekuasaan. Catatan internal pergerakan menyebutkan keterlibatannya dalam dinamika HMI menjelang dan pasca Kongres HMI 1986 di Padang, sebuah peristiwa penting yang memicu perpecahan organisasi dan melahirkan HMI Majelis Penyelamat Organisasi (MPO).

Pasca-kongres tersebut, BES disebut berperan dalam pembentukan dan penguatan HMI MPO, termasuk pada level kepemimpinan pusat pada pertengahan hingga akhir 1980-an.

 Aktivisme ini membuatnya beberapa kali berhadapan dengan aparat keamanan, termasuk pengalaman penahanan, meskipun detail resmi terkait kasus dan durasinya tidak banyak terdokumentasi dalam arsip pengadilan terbuka.

Studi Lanjut dan Pengalaman Internasional
Pada akhir 1980-an hingga awal 1990-an, BES melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Sejumlah sumber menyebutkan ia pernah menempuh studi di Jerman dengan dukungan beasiswa. Masa tersebut bertepatan dengan dinamika global pasca-Perang Dingin yang turut memengaruhi pandangan politik dan intelektualnya.

Pada 1991, BES juga tercatat melakukan perjalanan ke Mekkah yang bertepatan dengan situasi Perang Teluk. Pengalaman internasional tersebut kerap ia sebut sebagai bagian dari proses pembentukan perspektif keislaman dan kebangsaannya.

Sekembalinya ke Indonesia, BES melanjutkan pendidikan pascasarjana di Institut Pertanian Bogor (IPB). Ia menempuh program magister dan doktoral dengan fokus kajian lingkungan dan pembangunan di Program Studi PSL. 

Dalam masa akademiknya, ia disebut satu angkatan dengan sejumlah tokoh nasional, termasuk Siti Nurbaya, yang kelak menjabat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Karier Advokat dan Dunia Profesional

Sejak awal 1990-an, BES resmi berpraktik sebagai advokat. Selama kurang lebih tiga dekade, ia menangani berbagai perkara hukum, mulai dari pidana, perdata, hingga isu ketenagakerjaan. Selain praktik mandiri, ia juga terlibat dalam kegiatan riset dan advokasi kebijakan bersama Adi Sasono, tokoh ICMI, di lembaga penelitian yang berafiliasi dengan gerakan cendekiawan Muslim.

Nama BES semakin dikenal luas ketika ia memimpin dan membina Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (PPMI). Dalam organisasi tersebut, ia menjadi tokoh sentral dalam advokasi hak-hak buruh Muslim, khususnya sejak era Reformasi 1998. Ia tercatat aktif memimpin dan mengembangkan PPMI selama lebih dari dua dekade.

Kasus Nasional dan Sorotan Publik
Dalam satu dekade terakhir, BES kerap tampil sebagai kuasa hukum maupun pelapor dalam berbagai perkara yang menarik perhatian publik. Ia terlibat dalam kasus-kasus yang berkaitan dengan isu agama, kebebasan berpendapat, serta dinamika politik nasional.

Pada kontestasi politik nasional 2014 dan 2019, BES dikenal sebagai salah satu advokat yang terlibat dalam gugatan serta laporan hukum terkait pemilihan presiden. Ia juga tercatat pernah menjadi bagian dari tim pembela Prabowo Subianto pada masa pencalonan presiden. 


Dalam pembelaan Capres Prabowo Subianto, Eggi Sudjana pernah di tahan oleh mabes polri atas perintah kapolri Tito Karnavian, dijenguk langsung oleh Prabowo Subianto bersama Titik Soeharto. Namun polri melarangnya bahkan oleh oleh yang di bawah oleh Prabowo di rampas oleh polri .

BES menyebut kunjungan tersebut sebagai momen yang membekas dalam perjalanan hidupnya. Ia juga mengungkapkan rasa syukur ketika Prabowo Subianto akhirnya terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia.

Di sisi lain, BES beberapa kali berhadapan dengan proses hukum sebagai terlapor atau tersangka dalam perkara dugaan ujaran politik. Namun ia secara konsisten menegaskan bahwa langkah-langkah yang diambilnya merupakan bagian dari perjuangan konstitusional dan kebebasan berpendapat.

Figur Kontroversial dan Konsisten
Bagi para pendukungnya, BES dipandang sebagai aktivis yang konsisten memperjuangkan nilai-nilai Islam, keadilan sosial, dan hak buruh sejak masa Orde Baru hingga era Reformasi. Sementara bagi pihak yang berseberangan, ia kerap dianggap sebagai figur kontroversial karena pernyataan-pernyataannya yang dinilai keras terhadap penguasa.

Hingga kini, BES masih aktif sebagai advokat, narasumber diskusi publik, serta tokoh gerakan Islam dan buruh. Ia juga menulis sejumlah karya, salah satunya buku berjudul “OST JUBEDIL”, yang merekam perjalanan pemikiran dan pengalamannya.

Perjalanan BES mencerminkan dinamika panjang aktivisme di Indonesia—dari kampus, jalanan, ruang sidang, hingga panggung politik nasional.


BES juga pernah Menjadi Kuasa hukum terbaik Prabowo Hatta Yaitu:

Sidang perdana gugatan hasil Pemilu Presiden 2014 yang diajukan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa digelar di Mahkamah Konstitusi (MK) 2014.silam 

Dalam gugatannya, Tim Kuasa Hukum Prabowo-Hatta mengklaim terjadi kecurangan yang terstruktur, sistematis dan massif. Di mana mereka mengaku ada sebanyak 55.485 Tempat Pemungutan Suara (TPS) atau sekitar 24 juta suara bermasalah.

BES,adalah salah satu kuasa hukum Prabowo-Hatta, mengatakan yang mereka hadapi bukan Jokowi-JK tapi KPU, dalam konteks yang melakukan kecurangan. Bahkan dia menyebutnya “terencana.” 

Masyarakat Indonesia berharap Presiden Prabowo Subianto BES Menjadi Kabinet Merah putih,

(Tim red )


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Mengenal Sosok BES: Dari Aktivis HMI, Akademisi, hingga Advokat Nasional

Trending Now