Nduga, detiksatu.com || Pasca longsor dan banjir yang terjadi sejak awal pada tanggal 01 Desember 2025, 8 (delapan) warga dari Distrik Mebarok menjadi korban. Tim Solidaritas Mahasiswa dan Pemerintah Daerah berencana melakukan upaya pencarian jasad di lokasi TKP, namun terkendala keamanan dan jarak yang sulit dijangkau, hingga pemerintah daerah tidak melakukan kunjungan ke tempat TKP pada Jumat, 19/12/2025.
Posko Pintas Bencana Longsor dan Banjir secara resmi ditutup pada Jumat, 19 Desember 2025. Awalnya, Solidaritas Mahasiswa dan Tim Bencana Longsor dan Banjir mendesak Pemerintah untuk segera menyikapi bencana ini.
Ketua DPRP Provinsi Papua Pegunungan, Yos Elopere, menyuarakan keprihatinan, namun akses ke lokasi TKP terhambat oleh pihak Aparat TNI karena daerah tersebut rawan konflik antara TNI dan TPNPB.
Pihak keluarga korban melakukan kunjungan ke lokasi TKP, namun hanya menemukan satu jasad korban, sementara lainnya belum ditemukan.
"Kami mempertanyakan, apakah Pemerintah Daerah dalam hal dinas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) memiliki aset peralatan penanganan bencana longsor dan banjir? Kami tidak melihat adanya upaya serius dari Pemerintah Daerah untuk menyediakan peralatan yang memadai," ujar keluarga korban.
Meski Pemerintah Daerah telah memfasilitasi bahan bantuan berupa uang dan sembako di posko untuk memenuhi kebutuhan keluarga korban, namun upaya kunjungan ke lokasi TKP tidak mencapai target yang diharapkan.
"Kami merasa bahwa Pemerintah Daerah tidak serius dalam menangani bencana ini. Tidak ada peralatan yang memadai, tidak ada upaya evakuasi yang efektif. Kami berharap agar Pemerintah Daerah tidak lagi terulang," tambah keluarga korban.
Pihak korban menilai Pemerintah Indonesia gagal dalam penanganan kemanusiaan di Papua, khususnya di Nduga.
Sementara itu, Ketua DPC-IPMNI Oinggen Wirengge menyatakan bahwa, kecewa terhadap pemerintah pusat dan pemerintah daerah atas insiden tersebut karena tidak tangani secara serius. "Bencana alam tidak terkait paut dengan keamanan karena bencana tersebut musibah," ujarnya, ketua
Oinggen juga berharap pemerintah daerah dan seluruh berbagai elemen Suku Nduga evaluasi atas kejadian tersebut, agar tidak lagi berulang longsor dan banjir di daerah Nduga.
Ketua posko longsor dan banjir distrik Mebarok, Nonus Gwijangge, menyampaikan terima kasih kepada pemerintah daerah atas distribusi bama dan uang kepada keluarga korban. "Uang yang telah bantu oleh pemerintah dan berbagai solidaritas kami telah gunakan kegiatan dalam duka bersama keluarga korban. Hari ini, saya sebagai ketua posko longsor dan banjir bacakan pertanggungjawaban uang telah habis tidak ada saldo," katanya.
Gwijangge menambahkan, "Semua yang di berikan uang maupun sembako kami pihak korban tidak dapat balas, tetapi semua yang relah berikan adalah karunia yang bapak/ibu saudara-saudari miliki. Tuhan akan memberkati."
Acara penutupan duka longsor dan banjir diakhiri dengan masak bakar batu bersama keluarga korban, yang diawali dengan doa dan sesi pengumuman terkait pasca bencana longsor dan banjir di distrik Mebarok kab Nduga.
Reporter : Saranus kogoya

