Nurhayati:Luka Tak Terlihat di Balik Seragam Sekolah Akibat Dibully

Redaksi
Sabtu, Juni 21, 2025 | Sabtu, Juni 21, 2025 WIB Last Updated 2025-06-20T22:32:15Z
Jakarta, detiksatu.com || Masa remaja adalah fase yang sangat krusial dalam kehidupan. Masa ini menjembatani antara dunia anak-anak yang masih sangat naif menuju dunia dewasa yanh begitu kompleks. Dalam fase remaja, mereka menghadapi perubahan fisik, emosi yang kadang belum bisa dikontrol stabil, dan pemikiran yang luas terhadap dunia luar.

Mencoba mencari jati diri dan menguatkan ketika tekanan terus menimpa di lingkungan mereka. Sifat ingin diakui, ingin diterima sudah mulai muncul, bahkan banyak juga yang terjerumus dalam perilaku menyimpang sehingga merugikan diri sendiri maupun orang lain. Salah satu bentuk penyimpangan yang saat ini memprihatinkan adalah perundungan atau bullying


Kasus bullying bukanlah sebuah kenakalan yang biasa. Dengan adanya ini dapat menghancurkan rasa percaya diri seseorang secara berlahan, baik itu kekerasan secara fisik maupun verbal. Mirisnya, fenomena ini sudah menjadi makanan setiap hari di lingkungan sekolah.

Seseorang yang mem-bully sering tidak sadar atas perbuatan serta dampak yang didapatkan akibat sikap mereka. Hinaan, ejekan, olok-olokan, bahkan perilaku kasar mereka anggap sebagai candaan biasa. Padahal sebagai korbanya merasakan luka yang dalam, tak terlihat oleh mata, dan hanya membekas di dalam hatinya.
Menurut Komnas HAM (Hak Asasi Manusia), perundungan atau bullying adalah kekerasan fisik dan mental jangka panjang yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok terhadap seseorang yang tidak mampu membela diri, dalam keadaan itu terdapat keinginan untuk menyakiti atau mengintimidasi orang lain atau melakukan perampasan. Sehingga dapat menimbulkan depresi, trauma atau tertekan. Banyak dari korban yang merasa seperti itu, tetapi mereka memilih diam karena takut atau bahkan mereka tidak menyadari kalau menjadi korban.

Kenyataannya, di sekolah banyak anak yang merasa bahwa dirinya lebih kuat, lebih kaya, lebih pintar, atau mungkin lebih lainnya. Mereka yang merasa di atas itu menindas teman yang mereka pandang lebih lemah, miskin, pendiam, berbeda pemikiran, atau mungkin yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Perbedaan yang seharusnya menjadi sebuah keunikan antara satu dengan yang lainnya, justru menjadi alasan untuk mem-bully dan mengucilkan. Mereka lupa bahwa Allah menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku yang berbeda supaya saling mengenal, menyayangi, menghargai, bukan untuk saling merendahkan.

Fenomena bullying bukan hanya masalah hubungan individu, tetapi pada masalah krisisnya moral. Mereka krisis empati dan kepedulian. Ketika ada orang menangis mereka malah tertawa. Ada orang yang kesusahan malah mengejeknya. Hal itu menandakan mulai lunturnya nilai-nilai kemanusiaan. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat belajar paling nyaman dan menyenangakan bagi anak-anak justru menjadi tempat paling menakutkan dan membuat batinnya terluka.

Lalu, bagaimana Islam memandang fenomena ini?

Islam bukan hanya agama yang mengatur hubungan dengan Tuhan, tetapi Islam juga mengatur hubungan dengan sesama. Islam adalah agama yang sangat cinta perdamaian, menjunjung tinggi martabat setiap individu tanpa memandang apapun.

Nabi Muhammad Saw bersabda: “Barangsiapa yang membela kehormatan saudaranya maka Allah akan menjauhkan api neraka dari wajahnya pada hari kiamat.” (HR. Ahmad).

Dalam hadis ini mengandung pesan yang sangat kuat untuk saling menghormati antara satu dengan yang lainnya. Tidak merendahkan, mempermalukan, atau bahkan mengolok-olok orang lain.

Lebih jauh lagi, Islam menempatkan kehormatan dan perasaan seorang mukmin pada posisi yang sangat mulia. Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa yang menyakiti seorang mukmin maka sungguh ia telah menyakitiku, dan barang siapa yang menyakitiku, sungguh ia telah menyakiti Allah.” (HR. Thabrani).

Hadis tersebut menunjukkan betapa besarnya nilai dan kedudukan seorang Muslim di mata Allah dan Rasul-Nya. Menyakiti seorang mukmin selain menyakiti terhadap orang tersebut, juga dapat menyakiti Rasulullah Saw, bahkan juga Allah. Ini adalah peringatan keras jika tidak ingin menyakiti Rasul dan Allah, maka jangan sampai menyakiti orang lain, termasuk dalam bentuk perundungan atau bullying tersebut.

Al-Qur’an pun secara eksplisit melarang tindakan menghina dan meremehkan sesama. Dalam Surat Al-Hujurat ayat 11, Allah SWT berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim.”

Allah melarang kaum mukmin mencela kaum mereka sendiri karena kaum mukmin semuanya harus dipandang satu tubuh yang diikat dengan kesatuan dan persatuan. Dalam ayat tersebut bukan hanya perintah untuk tidak mengolok-olok ataupun menghina, tetapi juga menjadi pengingat bahwa di hadapan Allah semua manusia itu saman yang membedakan hanyalah ketakwaanya saja. Seseorang yang merasa dirinya lebih unggul dan dia merasa pantas menghina orang lain, maka sebenarnya mereka sedang menunjukkan kelemahan budi pekertinya sendiri.

Maka dari itu, perlunya mengaarahkan anak-anak dan remaja untuk bisa mencintai dirinya sendiri dan juga orang lain. Berani bersuara ketika menjadi korban dan tidak merasa bangga menjadi seorang pelaku. Mereka harus dibimbing untuk menjadi pribadi yang berani tetapi lembut, tegas tetali tetap santun, dan kuat tanpa harus menyakiti.

Menghentikan bullying bukan hanya mencegah adanya kekerasan, namun juga supaya menyelamatkan generasi yanh akan datang. Generasi yang mentalnya sehat, jiwanya kuat, dan luhur budi pekertinya. Generasi yang selalu ingin tumbuh menjadi lebih baik dalam keadilan, bukan dalam penindasan.

Islam mengajarkan kepada kita bahwa menjaga kehormatan orang lain berarti kita juga menjaga kehormatan diri sendiri. Merendahkan, menghina, mempermalukan, mengolok-olok bukan hanya mengakiti orang lain, tetapi juga menyakiti Rasulullah Saw dan melukai nilai-nilai Islam itu sendiri. Semoga kita selalu dimampukan dalam menjaga perkataan, perbuatan, serta selalu menebarkan kebaikan di manapun kita berada.[]

Sumber:Nurhayati 
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Nurhayati:Luka Tak Terlihat di Balik Seragam Sekolah Akibat Dibully

Trending Now