Jakarta,detiksatu.com || Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri. Kita saling membutuhkan, saling berinteraksi, dan saling melengkapi. Namun, seringkali kita merasakan kekosongan, seperti ada ruang dalam hati yang hampa, seakan cinta itu kering. Mengapa hal itu terjadi?
Cinta, pada dasarnya, adalah energi yang menggerakkan kehidupan. Ia bukan hanya soal romansa, tetapi juga kasih sayang antar sesama, kepedulian terhadap orang lain, dan rasa empati terhadap dunia sekitar. Islam pun mengajarkan bahwa cinta yang sebenarnya adalah dimulai dari cinta kepada Allah SWT, lalu mengalir kepada makhluk-Nya. Allah SWT, berfirman:
وَمَآ أَرْسَلْنَـٰكَ إِلَّا رَحْمَةًۭ لِّلْعَـٰلَمِينَ
“Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107).
Ayat tersebut menegaskan bahwa misi utama Nabi Muhammad Saw adalah menebar rahmat atau cinta kasih kepada seluruh makhluk. Jika kita merasa cinta kita kering, itu pertanda tangki cinta yang kita punya perlu diisi dengan kembali pada sumber kasih sayang itu sendiri, yaitu Allah SWT.
Bayangkan hati kita seperti sebuah tangki. Bila tangki itu kosong, kita akan sulit memberi cinta. Orang yang merasa tidak dicintai akan mudah marah, tersinggung, atau iri. Sebaliknya, ketika tangki cinta kita penuh, kita lebih lapang hati, sabar, dan mau memaafkan. Rasulullah Saw bersabda:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari & Muslim).
Hadits tersebut menunjukkan bahwa iman dan cinta itu saling terkait. Kita tidak bisa memisahkan kesalehan dari kasih sayang kepada sesama. Mengisi tangki cinta tidak cukup hanya dengan kata-kata. Ia butuh praktik nyata. Dalam Islam, ada beberapa cara sederhana yang bisa kita lakukan, di antaranya adalah
Pertama, memulai dengan hati yang bersih. Kebencian, dendam, dan iri seperti racun yang menguras tangki cinta. Bersihkan hati dengan memaafkan orang lain, bahkan jika mereka tidak meminta maaf. Allah SWT berfirman:
وَلْيَعْفُوا۟ وَلْيَصْفَحُوٓا۟ ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ ٱللَّهُ لَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌۭ رَّحِيمٌۭ
“Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu?” (QS. An-Nur: 22).
Kedua, memberi tanpa mengharap balasan. Memberi tidak selalu dalam bentuk materi. Senyum, perhatian, dan doa adalah bentuk hadiah paling sederhana. Cinta bertumbuh saat kita memberi, bukan saat kita menghitung balasan. Rasulullah Saw bersabda:
تَهَادُوا تَحَابُّوا
“Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad)
Ketiga, menguatkan silaturahmi. Silaturahmi tidak harus menunggu hari raya atau momen besar. Sekadar mengirim pesan tulus atau menanyakan kabar sudah cukup mengalirkan energi cinta. Silaturahmi adalah pengisi tangki cinta paling efektif. Rasulullah Saw, bersabda, “Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.” (HR. Bukhari & Muslim).
Keempat, mendengarkan dengan empati. Banyak orang hanya butuh didengarkan, bukan dinasihati. Mendengarkan dengan sepenuh hati adalah cara mengisi tangki cinta orang lain. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT mengajarkan Nabi Musa untuk berbicara lembut pada Fir’aun:
فَقُولَا لَهُۥ قَوْلًۭا لَّيِّنًۭا لَّعَلَّهُۥ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS. Thaha: 44).
Kelima, berdoa agar cinta itu diridhai Allah SWT. Dengan cinta yang tertaut pada Allah SWT kita tidak akan kehabisan energi, karena sumbernya tak terbatas. Doa Rasulullah Saw ini layak kita panjatkan:
اللَّهُمَّ اجْعَلْ حُبَّكَ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي وَأَهْلِي وَمِنَ الْمَاءِ الْبَارِدِ
“Ya Allah, jadikanlah cinta-Mu lebih aku cintai daripada diriku sendiri, keluargaku, dan daripada air yang dingin.” (HR. Ahmad).
Cinta bukan sekadar kata, melainkan perbuatan yang menghidupkan. Ketika kita menebar cinta, hati menjadi lapang, dan hubungan sosial menjadi harmonis. Tangki cinta kita akan penuh jika kita rajin mengisinya dengan kebaikan, kepedulian, dan doa.
Tanyakan pada dirimu, kapan terakhir kali kau mengucapkan kata “Terima kasih” atau “Aku peduli padamu”? Seringkali, hal-hal kecil seperti ini mampu menambah isi tangki cinta seseorang.
Mengisi tangki cinta adalah upaya yang tidak pernah selesai. Ada hari-hari di mana tangki kita bocor karena luka, kecewa, atau kelelahan. Namun, kita selalu punya cara untuk mengisinya kembali. Ya, dengan berzikir, bersyukur, dan menebar kebaikan.
Cinta sejati adalah cinta yang membebaskan, bukan yang mengikat. Ia memberi energi positif, bukan mengurasnya. Ketika kita memulai dengan mencintai Allah Swt., semua hubungan akan terasa lebih ringan.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, kelak Allah Yang Maha Pengasih akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (QS. Maryam: 96).
Maka, mari kita ukur kembali, sudahkah tangki cinta kita terisi penuh hari ini? []
Husnul Khotimah