Zona Mematikan’ Pencari Bantuan yang Diciptakan Israel di Gaza

Redaksi
Rabu, Juli 23, 2025 | Juli 23, 2025 WIB Last Updated 2025-07-23T15:20:46Z
Ratusan warga Palestina yang kelaparan di Gaza tewas akibat agresi Israel atau kelaparan

Gaza,detiksatu.com || Warga Gaza kelaparan, dan salah satu cara yang tersisa bagi mereka untuk mendapatkan makanan adalah dengan mempertaruhkan nyawa di titik distribusi bantuan yang dijalankan oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF) – sebuah lembaga yang didukung Israel dan Amerika Serikat.

Agensi Sanad milik Aljazeera menganalisis citra satelit pusat distribusi bantuan GHF di daerah Shakoush, Rafah, yang diambil pada 13 Juli.

Bagaimana orang-orang bisa masuk ke pusat distribusi?

Tidak sesederhana “datang dan mengambil.” Warga hanya diizinkan membawa kendaraan atau gerobak sampai titik tertentu, setelah itu mereka harus turun.

Titik ini berjarak setidaknya 1,5 km dari pusat distribusi, yang berarti mereka harus berjalan kembali sejauh itu sambil membawa karung atau kotak makanan yang mereka dapatkan.

Agar bisa mendapatkan jatah, banyak orang tiba berjam-jam bahkan berhari-hari sebelum pusat distribusi dibuka. Mereka tidak meninggalkan tempat karena takut kehilangan antrean, terutama bagi yang sudah berjalan jauh.

Apa itu ‘al-Joura’?

Untuk menghindari menunggu di ruang terbuka, warga bergegas sejauh sekitar 560 meter melewati barikade Israel menuju “al-Joura,” sebuah cekungan pasir di antara bukit-bukit kecil, untuk berlindung dari tembakan Israel dan menunggu sinyal tidak pasti.

Kesulitan fisik diperparah oleh panas yang menyengat dan waktu tunggu panjang, di mana keluarga-keluarga tiba 12 hingga 24 jam sebelumnya demi mendapat “sinyal jalan” untuk mengambil makanan.

Apa yang terjadi saat ‘sinyal jalan’ datang?

Biasanya, “sinyal jalan” – yang berasal dari drone – menandakan bahwa orang-orang boleh mendekati titik distribusi, yang masih sekitar 1 km jauhnya.

Namun sering kali hal itu tidak berjalan lancar, dan risiko ditembak meningkat tajam.

Selain penguasaan militer total atas Rafah, tentara Israel memiliki barikade dan banyak kendaraan militer yang mengepung titik distribusi bantuan.

Saksi mata mengatakan pos penembak jitu, drone, dan pos militer Israel memperketat pengawasan ini.

Warga Palestina yang mengungsi menunggu sinyal dari militer Israel yang memberi tahu kapan aman untuk bergerak ke titik distribusi. Namun, laporan saksi menyebutkan bahwa orang-orang ditembak bahkan ketika mereka menunggu “sinyal jalan” tersebut.

Video yang dipublikasikan aktivis Palestina pada 14 Juli menunjukkan tembakan Israel ke arah kerumunan di al-Joura, sesaat sebelum mereka mendekati gerbang distribusi.

Pada 12 Juli, pasukan Israel menewaskan 34 orang yang sedang menunggu bantuan makanan di lokasi GHF.

Apakah orang yang berhasil sampai ke pusat distribusi selamat?

Tidak selalu.

Selain perlakuan kasar dari tentara Israel, ada rekaman video yang menunjukkan tentara menyemprotkan gas merica ke warga Palestina saat mereka mendekati pusat distribusi.

Seperti apa proses mendapatkan bantuan?

Bagi mereka yang berhasil mencapai pintu pusat distribusi, perjuangan belum selesai.

Jurnalis Muhannad Qeshta, yang juga mengungsi dari Rafah, menggambarkan proses distribusi bantuan sebagai kekacauan yang dipicu oleh buruknya koordinasi, tidak adanya jadwal distribusi yang jelas, dan ketiadaan sistem untuk mengatur antrean.

Orang-orang berebut masuk ke dalam pusat distribusi, di mana paket bantuan ditumpuk di atas meja secara sembarangan. Situasi berubah menjadi adu fisik, dengan warga yang putus asa saling dorong untuk mendapatkan makanan.

Sebagian besar akhirnya pulang dengan tangan kosong karena permintaan sangat besar sementara pasokan sangat terbatas, tanpa ada sistem yang mengatur siapa yang mendapat bantuan.

Mereka yang berhasil mendapatkan makanan harus kembali melalui jalur yang sama, melewati ratusan atau ribuan orang yang masih mencoba masuk ke pusat bantuan. Perkelahian sering terjadi karena orang-orang yang putus asa mencoba merebut makanan satu sama lain.

Siapa korban di pusat bantuan?

Pada Ahad, Kementerian Kesehatan Palestina merilis laporan di Telegram tentang “korban di pusat bantuan.”

Kementerian mengatakan dalam 24 jam terakhir, 31 orang meninggal dan lebih dari 107 terluka saat tiba di rumah sakit. Ini menambah total kematian “korban bantuan” menjadi 922 orang dengan 5.861 luka-luka.

Pada 16 Juli, sedikitnya 21 warga Palestina tewas dalam insiden desak-desakan saat mencoba menerima jatah makanan.

Menurut penilaian yang didukung PBB pada Mei, satu dari lima orang di Gaza saat ini menghadapi kelaparan akibat blokade Israel atas makanan dan bantuan, sementara 93 persen penduduk mengalami kekurangan pangan parah.

Mengapa GHF disebut ‘terkenal buruk’?

Di bawah tekanan internasional untuk membiarkan bantuan masuk ke Gaza, dan untuk menyingkirkan lembaga PBB maupun organisasi internasional yang sudah ada, Israel mengajukan GHF dengan alasan untuk mencegah bantuan dialihkan ke kelompok Hamas.

Namun Israel tidak pernah menunjukkan bukti bahwa bantuan makanan dan medis dialihkan untuk pejuang atau digunakan selain untuk tujuan kemanusiaan.

PBB dan organisasi kemanusiaan berpendapat bahwa rencana GHF melanggar prinsip dasar kemanusiaan.

Kepala kemanusiaan PBB, Tom Fletcher, mengatakan di Dewan Keamanan pada Mei bahwa GHF “hanya menyalurkan bantuan ke sebagian Gaza, sementara kebutuhan di tempat lain diabaikan.”

Ia menegaskan bahwa GHF menjadikan bantuan sebagai alat tawar politik dan militer, mengubah kelaparan menjadi senjata, dan berfungsi sebagai “kedok sinis” serta “daun ara untuk kekerasan dan pengusiran lebih lanjut.”

Sebelas organisasi kemanusiaan dan hak asasi manusia menandatangani pernyataan yang menyebut GHF sebagai “proyek yang dipimpin oleh figur-figur keamanan dan militer Barat dengan koneksi politik, yang berkoordinasi dengan pemerintah Israel.” []
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Zona Mematikan’ Pencari Bantuan yang Diciptakan Israel di Gaza

Trending Now

Iklan

iklan