Protes yang dipicu oleh isu-isu digital di kalangan populasi muda yang melek teknologi dapat memobilisasi massa dan mengalami eskalasi dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Walaupun kondisi filosofi, prosedural dan sistem penanganan Dalmas yang bersifat “Crowd Control” di Nepal tidak sama dengan indonesia (Indonesia memiliki prosedur, dokumentasi, dan rantai komando yang jauh lebih efektif dan terukur untuk tingkat eskalasi sebagaimana yang diatur dalam Perkap berlapis—meski dalam implementasi sering kali terjadi tindak represif yang berlebihan), namun demikian aparat keamanan harus mampu mengadaptasi strategi intelijen, komunikasi, dan respons mereka terhadap realitas baru ini.
Pendekatan respon yang represif, seperti yang dilakukan pemerintah Nepal, terbukti dapat menjadi lebih provokatif dan berbahaya daripada konten yang ingin dibendungnya.
Respons yang semata-mata bersifat kinetik (mengandalkan kekuatan fisik) tidak lagi memadai dan seringkali menjadi kontraproduktif dalam menghadapi gelombang protes modern yang terdesentralisasi dan digerakkan oleh media sosial.
Diperlukan pendekatan yang lebih canggih yang memadukan penegakan hukum yang proporsional dengan dialog politik yang tulus untuk mengatasi akar penyebab ketidakpuasan publik.
Sumber: naz-lira
