Nduga,detiksatu.com || Dalam lembaran Negara Republik Indonesia Telah tercatat bahwa wilayah Yuguru Distrik Mebarok kabupaten Nduga merupakan tempat dimana terjadinnya tempat penyerahan pilot Asal News zealand kepada tim negosiator dalam keadaan sehat.
Tokoh gereja bersama masyarakat setempat telah menyerahkan pilot dengan secara baik, dengan dalam keadaan sehat kepada Negara Republik Indonesia, Melalui tim negosiator . kata Anggota DPRK Leri Gwijangge saat wawancara awak media 12/10/2025
dibalik itu harus ada ucapan terima kasihnya, tetapi ia melihat, setelah menyerahkan pilot, beberapa minggu kemudian terjadi pendropan militer melalui jalur udara (helicopter) di daerah Yuguru Distrik Mebarok kabupaten Nduga.
operasi-operasi cartenz damai sebelumnya penyanderaan ataupun pelepasan pilot itu memang aparat sering mendarat di lapter yuguru singgah berangkat. tetapi setelah menyerahkan pilot ada pendropan militer dalam jumlah besar bahkan menjadi tempat perang di yuguru.
sebenarnya, daerah ini daerah penampungan pengungsi yang datang dari distrik, mam mugi yal, mapnduma, kagayem, paro dan sekitarnya tertampung disitu sehingga pihak TNI/POLRI maupun TPNPB menjaga bersama.
" kedua Kombatan perlu mengedepankan hukum humaniter dan humanis terhadap warga sipil".
mobilisasi militer sekarang ini lebih dari sebelumnya. Hampir sebagian besar Distrik yang ada di kabupaten Nduga itu ada anggota TNI dengan bangunan pos-pos militer perdekatan.
sementara warga sipil pemilik negeri mengungsi keluar ke kabupaten tetangga hingga saat ini belum balik:
" penduduk disana 13 distrik telah kosong yang ada di kampung disana hanya TNI polri".pungkas Leri
sejak 2018 sampai hari ini rumah-rumah masyarakat sipil, gereja bangunan sekolah, bangunan kesehatan, kantor pemerintahan distrik dan lainnya sudah dibakar oleh oknum TNI POLRI.
sebenarnya, TNI sebagai instisusi yang menjaga Negara tidak boleh melakukan tindakan-tindakan meresahkan masyarakat sipil yang tidak ada kombatan dari TNI.
"pembakaran rumah, gedung gereja, gedung pendidikan dan kantor pelayanan pemerintahan dan penangkapan dan penyiksaan warga sipil itu sejarah tahun 1996- hingga 2025". Kata anggota DPRD fraksi Perindo
Menurut Leri Gwijangge aparat tni/polri itu sudah dibekali dengan pendidikan, aturannya untuk penanganan bagaimana menghadapi kombatan dari TNI, bagaimana menangani terhadap masyarakat sipil itu telah diterima oleh pimpinan TNI ataupun POLRI.
tetapi kami melihat praktek anggota di lapangan sangat gagal betul, masih ada melakukan tindakan penyiksaan, penangkapan dan pembunuhan terus terjadi di daerah Yuguru distrik Mebarok kabupaten nduga
Pangkodap wilayah III turun di lapangan lapter Yuguru kemudian memberikan benderah merah putih dan alkitab sebagai symbol bahwa mereka adalah warga Negara Indonesia yang harus dilindugi oleh Negara serta menciptakan kedamaain ditengahnya masyarakat dan masyarakat yakin akan hidup dalam kebebasan seperti yang pernah ada.
tetapi setelah beberapa minggu kemudian di kampung warindwom distrik mebarok TNI/POLRI menangkap salah satu warga sipil alm Abral wandikbo (27) dari kampung warindwom.
"alm ditangkap 21 maret 2025 dan bawah dalam grobol ke pos lapter yuguru, menyiksa dia hingga 24 maret 2025 alm dibunuh disertai mutilasi lalu jenasanya buang dibawa ujung kali merame sekitaran kebun raya warga disana, 27 maret 2025 temukan jenaza dalam kondisi tak bernyawa dan tak manusiawi "
kejadian ini membuat warga sipil panik dan takut tinggal disana sebab aparat yang droping disana itu tidak tetap namun suatu waktu roaling pasukan dengan cerita yang berbeda membuat semua masyarakat distrik mebarok mengungsi ke kabupaten tetangga, (Lannyjaya, jayawijya ibu kota kenyam, timika dan jayapura).
sabtu 12 Juli 2025 penembakan terhadap warga sipil (anak dengan bapa) yang sedang gali ubi petatas/jalar di kebun dapat serangan dari TNI dampaknya anak yang berinisial E.G (9) dapat tembak di bagian kaki patah hancur tulang-tulangnya".
"Anak tersebut selanjutnya evaluasi melalui jalan darat rujukan ke RSUD wamena pada akhirnya anak itu selamat kondisi sedang pemulihan, sementara bapaknya tidak kena tembakan".
masyarakat distrik mebarok kab. nduga telah mengungsi sejak alm abral wandikbo(27) dibunuh, saat ini di lapter yuguru dan sekitarnya dikuasai oleh militer namun sebagian masyarakat juga yang sisip di bagian pigiran daerah yuguru:
"sepanjang kali yuguru dari hulu sampai hilir itu ada masyarakat 50 an kk masih disana"
Tangal 3 Oktober 2025 terjadi penangkapan terhadap warga sipil nduga Mumak Nirigi (35) di kampung wisigi perbatasan distrik Paro dan distrik Mebarok kabupaten Nduga
“ menurut keterangannya jam 7 pagi Mumak Nirigi ke kebun cari bahan makanan hingga tidak balik-balik pada akhirnya istirnya mencari ke kebun namun yang ditemukan hanya bekas baju, topi petei, makanan sisa yang digali selain itu bekas sepatu lars TNI saat di tangkap hingga hilangkan jejak belum ditemukan”.
hilang jejak seorang warga sipil Mumak Nirigi telah di tangkap oleh pelaku TNI yang pos di wisigi dan sekitaran itu.
laporan kronogis dari keluarga telah melaporkan kepada pimpinan pemerintah daerah nduga
"Kami terima informasi lalu sudah menyampaikan informasi ini kepada pak Dandim dan Kapolres nduga jika ada anggota yang menangkap Mumak Nirigi diminta kembalikan dalam kondisi hdup, namun belum ada respon positif" .kata Leri
anggota DPRD fraksi Perindo mendesak kepada semua pihak untuk mencari informasi keberadaan Mumak Nirigi, jika dibunuh tinggal TNI POLRI mengakui jika ditahan kembalikan dalam kondisi hidup karena Mumak Nirigi murni warga sipil. Kata Leri
Kepada pimpinan panglima TNI dan POLRI juga menteri Pertahanan, pangdam XVII cenderawasih, pangkodap wilayah III yang menangani pendropan pasukan ke daerah segera sampaikan kepada komandan lapangan di pos-pos.
Yang berada di Distrik Paro Mapnduma, Mebarok dan sekitar mengungkap kejujuran terhadap penangkapan terhadap warga sipil itu dikembalikan dalam keadaan hidup.
“warga sipil yang ditangkap diminta mengantarkan ke kabupaten melalui pemerintah daerah dalam keadaaan hidup”.
Fraksi perindo mendesak pemerintah kabupaten nduga duduk bicara :“ kita harus kolaborasi antara pemerintah eksekutif legislative kemudian instisusi TNI dadim kapolres nduga perlu dilakukan untuk bagaimana kita kembalikan masyarakat itu ke kampung halaman mereka masing-masing."
"kami tahu bahwa persoalan keamanan merupakan urusan pemerintah pusat (absolut) namun perlu memperhatikan aparatnya atas nama keamanan mengirim ke papua ini melakukan tindakan-tindakan itu tak terpuji terhadap warga sipil"
kami mendesak bapak presiden RI Prabowo subiyanto untuk segera menarik pasukan dari wilayah nduga:
“hari ini pak presiden mengirim militer di seluruh tanah papua pada khusus nduga menambah persoalan diatas tanah Nduga “.
konflik bersenjata di papua rata-rata warga sipil yang dibunuh, ketemu dihutan pegang anah pana, parang kapak menjadi korban pada hal mereka itu warga sipil yang mencari makan areal di hutan :
“kebanyakan masyarakat yang mengungsi ke kota dan banyak juga yang memilih tinggal dihutan dan itu murni sipil".
Selaku wakil rakyat penyelenggara pemerintahan didaerah sejak 2018 hingga saat ini mendesak pasukan di tarik namun sampai sejauh ini tidak pernah ada respon. Justru dibalik itu pendropan demiliterisasi
Selain itu, ia mendesak DPR Papua pegunungan bahkan kabupaten duduk dan perlu bicara wilayah papua pegunungan terutama nduga, pendropan dan mobilisasi militer ini menjadi ancaman masa papua pegunungan akan hancur perlu membuat suatu kebijakan yang arahnya kepentingan rakyat.
"Pemerintah ada karena rakyat, provinsi/kabupaten kota ada karena rakyat, rakyat akan menikmati pembangunan kesejahteraan jika semuanya di kembalikan pada semula". anggota DPRD Leri Gwijangge
Selain itu persoalan kehidupan ekonomi, pendidikan kesehatan berjalan mulus. sejak tahun 2018 hingga 2025 pengungsian Nduga yang terlama ini tidak ada perhatian khusus dari pemerintah kabupaten nduga maupun pemerintah provinsi papua dan papua pegunungan.
”yang ada hanya memberikan bantuan sembako untuk jangka pendek itu ada, tetapi perhatian untuk tempat tinggal, kesehatan mereka, pendidikan sampai hari ini tidak ada dari pemda ”. Kata Leri
bahkan pemerintah pusat sangat tidak pentingkan rakyat nduga justuru Negara mobilisasi militer untuk membunuh, menyiksa, menangkap dan membantai warga sipil ditanah ndugama || tutup Leri Gwijangge
Reporter: inggi Kogoya