Ustadz Ismail Asso: Kita Sering Lupa.

Redaksi
Oktober 16, 2025 | Oktober 16, 2025 WIB Last Updated 2025-10-15T21:26:00Z
Pengalaman pribadi

Jakarta,detiksatu.com ,_ Seorang gadis muda usia belasan Tahun memegang kotak amal berdiri di jalan keluar, menanti sedekah, uang recehan, sisa kembalian orang-orang habis isi bensin di pintu jalan keluar POM Bensin.

Spontan: Saya masuk antri mau mengisi bensin persiapan perjalanan panjang dari Jakarta menuju Bogor tujuan akhir Gunung Pokor Leuwiliang Bogor Barat.

Sambil membuka jok motor tanpa sengaja saya melihat gadis itu memegang kotak amal dengan dua tangan persis dekat orang keluar habis mengisi bensin.

Saya secara spontan tanpa sadar punya pikiran terencana sebelum mengisi bensin berbisik ke mba yang menjaga pom Bensin, sambil berbisik isi full sambil mencabut dompet dari saku belakang celana training yang saya pakai.

Saya mengambil dompet dari saku belakang, lalu buka dompet dan isinya ada uang recehan Lima (5.000+2.000 an beberapa lembar kalau dihitung mungkin 10.000 lebih, yang ada didompet, satu lembar 50 ribuan.

Apa yang terjadi tanpa disengaja tanpa direncanakan tapi terjadi secara spontan, perbuatan ini muncul secara spontan adalah, ketika saya sebelum menyerahkan uang bayar biaya bensin, saya lebih dulu memanggil perempuan pembawa kotak amal.

Kelihatan dia kaget bercampur gembira, ternyata saya masukkan semua uang recehan didompet tanpa hitung ke dalam kotak amal yang dia bawa terlebih dahulu sebelum saya serahkan uang untuk membayar ke kaka penjaga POM Bensin yang mengisi full bensin motor yang saya bawa.

Kelihatan dia terharu, gembira bercampur, kagum, seolah dia tidak percaya dengan apa yang terjadi, kali ini dia lebih dihormati karena didahulukan ketimbang penyerahan uang bensin diterima penjaga dan pengisi pom bensin. 

Sesuatu yang mungkin tidak dia alami, selain kebiasaan terima uang koin recehan sisa kembalian isi bensin orang keluar sambil pergi menghilang itupun jarang ada yang ngasih.

Logika Terbalik

Atas semua sikap dan perasaannya bisa saya baca, sambil pergi meninggalkan tempat itu, muncul pertanyaan di benak saya, mengapa dia terharu, mengapa dia merasa kecil, mengapa dia harus merasa hina, mengapa harus merasa mengemis meminta sedekah?

Begini faktanya: Dalam Hadits Nabi SAW, memberi petunjuk dan nasehat kepada umatnya, bahwa, semua anak cucu Adam (berarti kita semua manusia tanpa kecuali), mati akan meninggalkan semua.

Hanya ada tiga hal yang akan menemani manusia mati, yakni tiga keutamaan (fadhilah) perbuatan manusia selama hidup kedalam alam kematian.

Pertama: Sedekah Jariah yang pahala dan kebaikannya terus mengalir selama manusia hidup mengambil manfaat darinya seperti air sumur, wakaf tanah untuk mesjid dan kebaikan sejenisnya digunakan untuk kebutuhan hidup kehidupan orang lain.

Kedua; Ilmu yang bermanfaat dan ilmu itu digunakan untuk terus membawa kebaikan secara berjenjang antar generasi seperti temuan Lampu Listrik atau ilmu agama mengajarkan Al Qur’an berikut hukum perintah dan larangan agama dipatuhi pengamalnya secara berjenjang kebaikannya tanpa putus.

Ketiga; anak yang sholeh, yang selalu mendoakan kedua orgtuanya, guru-gurunya dan mendoakan sesama manusia untuk kebaikan. 

Dari tiga amal kebaikan inilah yang menurut Nabi Muhammad SAW didalam Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim.

Kembali ke cerita gadis pembawa kotak amal pengumpul sedekah diatas tadi, bahwa sesungguhnya yang mengemis dan yang butuh bukan dia, tapi yang butuh orang yang bersedekah, orang siapa saja diantara manusia lalai, lupa mati dan tak punya persiapan, begitu selesai isi bensin keluar dijalan raya ditabrak mati ditempat, yang rugi orang yang lupa bersedekah. Berarti siapa yang sesungguhnya butuh dan membutuhkan? 

Menurut logika konsep sedekah ini yang butuh bukan gadis pembawa kotak amal tapi orang-orang pengisi bensin di POM Bensin, termasuk penulis-lah yang membutuhkan gadis pembawa kotak amal betapa sangat berharga dan tertinggi nilai kemuliannya. Tanpa dia mengorbankan waktu dan energi orang termasuk penulis lalai tak ingat bekal persiapan kematian sebagai orang yang percaya (beriman).

Memberi sedekah amal jariah untuk sesama hakekatnya menolong diri sendiri, bukan merugi, tapi menabung kebaikan untuk persiapan sesudah kematian tanpa disadari, yang rendah terhina bila tak ingat bekal mati, adalah orang yang lalai berbagi untuk sesama yaitu melakukan perbuatan kebaikan berbagi (sedekah).


Singkat dan sekian #sorotan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Ustadz Ismail Asso: Kita Sering Lupa.

Trending Now

Iklan

iklan