Genosida di Gaza Jadi Perang Paling Mematikan bagi Jurnalis

Basirun
Desember 15, 2025 | Desember 15, 2025 WIB Last Updated 2025-12-14T17:54:06Z
Gaza ,detiksatu.com– Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) menyatakan perang Israel di Gaza sebagai konflik paling mematikan bagi jurnalis sejak 1992, dengan angka pembunuhan yang terus meningkat sejak Oktober 2023.

Dilansir Pusat Informasi Palestina, Jumat (13/12), CPJ menegaskan bahwa pendudukan Israel menunjukkan pola penargetan sistematis terhadap jurnalis. Sejak 7 Oktober 2023, jumlah awak media yang tewas meningkat tajam, menunjukkan betapa berbahayanya medan liputan bagi mereka yang berusaha mengabarkan situasi kemanusiaan di Gaza secara independen.

CPJ juga menyoroti kegagalan Amerika Serikat dalam meminta pertanggungjawaban Israel atas penargetan seorang jurnalis asal AS yang tewas di Lebanon selatan. Padahal, tim penyelidik internasional telah mencapai lokasi serangan Israel yang menewaskan jurnalis tersebut. Sikap diam Washington dinilai memperkuat budaya impunitas Israel dalam menyerang pekerja media.

Dalam laporan terkait yang dirilis Selasa, Reporters Without Borders (RSF) mengungkapkan bahwa Israel kembali berada di posisi puncak daftar negara paling berbahaya bagi jurnalis pada 2025. Hal itu memperpanjang tiga tahun berturut-turut Israel menjadi negara dengan jumlah pembunuhan jurnalis tertinggi di dunia.

Menurut laporan internasional itu, terdapat 67 jurnalis yang tewas di seluruh dunia sepanjang tahun ini, dan sekitar setengahnya dibunuh oleh Israel. Di Jalur Gaza saja, perang pemusnahan Israel telah merenggut nyawa 29 jurnalis Palestina sepanjang 2025—setara 43 persen dari seluruh jurnalis yang tewas tahun ini.

RSF mencatat bahwa sejak dimulainya perang Israel di Gaza pada Oktober 2023, total jurnalis yang tewas telah melebihi 220 orang, di samping 20 jurnalis Palestina yang masih ditahan di penjara Israel. Angka tersebut menegaskan bahwa jurnalis di Gaza berada dalam risiko terbesar di dunia, meski dilindungi hukum humaniter internasional.

Laporan itu juga menyoroti bahwa perang pemusnahan yang dilakukan Israel—dengan dukungan Amerika Serikat—mengakibatkan lebih dari 70.000 warga Palestina gugur dan lebih dari 171.000 lainnya terluka dalam dua tahun terakhir, berdasarkan data resmi Palestina. Korban tewas dan luka-luka sebagian besar merupakan perempuan, anak-anak, dan warga sipil yang tidak memiliki tempat aman untuk berlindung.

Meskipun perjanjian gencatan senjata mulai berlaku pada 10 Oktober 2025, Israel dilaporkan terus melanggarnya setiap hari. Pelanggaran tersebut telah menyebabkan 373 warga Palestina gugur dan 970 lainnya terluka, menunjukkan bahwa agresi Israel terus berlanjut meski berada di bawah kesepakatan penghentian tembak-menembak.

Komunitas internasional semakin mengecam keras serangan Israel yang menargetkan jurnalis, lembaga media, serta warga sipil. Banyak pihak menilai bahwa pembunuhan jurnalis merupakan upaya sengaja untuk membungkam suara independen dan menghalangi dunia melihat secara langsung bukti kejahatan yang terus terjadi di Gaza. []
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Genosida di Gaza Jadi Perang Paling Mematikan bagi Jurnalis

Trending Now