Jakarta, detiksatu.com - Influencer asal Aceh, Sherly Annavita menyampaikan bahwa dirinya diduga menjadi korban teror setelah menyuarakan pandangan terkait penanganan bencana yang terjadi di wilayah Sumatera.
Informasi tersebut ia sampaikan melalui akun Instagram pribadinya, @sherlyannavita. Dalam unggahan itu, Sherly menyebut teror dialaminya di kediaman tempat ia tinggal di Jakarta.
Ia mengungkapkan, selama beberapa hari terakhir menerima berbagai pesan bernada ancaman yang dikirimkan ke nomor telepon pribadi serta melalui media sosial.
Sherly menyatakan, intensitas tekanan yang dirasakan semakin meningkat pada malam hari menjelang unggahan tersebut dipublikasikan.
Selain ancaman tertulis, Sherly juga mengaku mengalami bentuk intimidasi lain berupa perusakan dan gangguan fisik. Kendaraan miliknya dicoret, rumahnya dilempari telur busuk, hingga ditemukannya secarik kertas berisi ancaman.
“Malam tadi teror jadi semakin jelas ditunjukkan. Kendaraan Sherly diberi tanda oleh pihak-pihak tertentu, tempat tinggal Sherly dilempari sekantung telur busuk & tulisan bernada ancaman,”tulis Sherly dalam unggahannya.
Menurutnya, rangkaian peristiwa tersebut tidak dapat dipandang sebagai kejadian yang terjadi secara kebetulan.
“Sulit untuk dibilang ini tidak diorkestrasi atau tidak ada yang memerintahkan,” ujarnya.
Sherly menduga teror tersebut mulai terjadi setelah dirinya aktif menyampaikan kondisi masyarakat Aceh yang terdampak bencana di Sumatera, termasuk saat menyampaikan pendapat dalam sejumlah program televisi nasional.
Ia menuturkan bahwa pengalaman ini mengingatkannya pada kejadian serupa yang pernah dialaminya pada 2019, saat dirinya mengkritik rencana pemindahan ibu kota negara.
Sherly pun meminta pihak-pihak yang melakukan intimidasi maupun pihak di balik aksi tersebut agar menghentikan perbuatannya.
Ia menegaskan bahwa dirinya serta para kreator lain yang berbicara mengenai penanganan bencana tidak memiliki maksud untuk merugikan negara.
Sebagai informasi, bencana banjir bandang dan tanah longsor melanda wilayah utara Pulau Sumatera sejak akhir November 2025 dan berdampak luas di sejumlah daerah.
Peristiwa tersebut tercatat terjadi di 52 kabupaten dan kota yang berada di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Selasa, 30 Desember 2025, jumlah korban meninggal dunia mencapai 1.141 orang, sementara 163 orang lainnya masih dinyatakan hilang.
Selain menimbulkan korban jiwa, bencana tersebut juga memaksa sekitar 399.200 warga mengungsi serta menyebabkan kerusakan pada lebih dari 166 ribu rumah dan berbagai fasilitas umum, seperti sarana kesehatan, pendidikan, dan jembatan.
(Evan detiksatu.com)

