Kajian Program Nutrisi Berbasis Kearifan Lokal Melalui Pemberdayaan Perempuan di Siak, Riau

Redaksi
Desember 08, 2025 | Desember 08, 2025 WIB Last Updated 2025-12-08T02:59:00Z
Oleh : Novita sari yahya 

Ketika saya membaca laporan bahwa di Tiongkok pelajar diwajibkan untuk belajar menanam, berkebun, bahkan memasak sebagai bagian dari pendidikan sekolah, ingatan saya langsung kembali ke sebuah kajian yang saya susun pada tahun 2018. Kajian itu membahas sebuah program nutrisi berbasis kearifan lokal di Kabupaten Siak, Riau. Program yang difokuskan pada pemberdayaan perempuan. Setelah sekian tahun, saya menyadari bahwa gagasan dalam kajian tersebut ternyata sangat relevan, terutama bila dibandingkan dengan praktik pendidikan dan ketahanan pangan di Tiongkok.

Latar Belakang Kajian

Kajian ini awalnya disusun atas permintaan Ketua Serikat Buruh Bersatu Riau, yang melihat bahwa masalah gizi di kalangan keluarga buruh tidak bisa dilepaskan dari persoalan ketahanan pangan rumah tangga. Banyak keluarga buruh hidup di lingkungan dengan potensi pangan lokal yaitu lahan pekarangan, bahan pangan alami tetapi mereka tidak memiliki akses maupun kemampuan untuk mengolahnya menjadi makanan bergizi. Keadaan inilah yang diduga berkontribusi pada tingginya kasus gizi buruk dan stunting.

Naskah kajian itu kemudian dipublikasikan ke publik, karena dianggap memiliki relevansi lebih luas yakni tentang bagaimana keluarga atau komunitas kecil bisa membangun ketahanan pangan secara mandiri, tanpa selalu tergantung pada intervensi eksternal.

Empat alasan utama yang membuat kajian ini penting dan tetap relevan hingga kini:

1. Perempuan mengendalikan makanan di rumah tangga. Dalam banyak keluarga di Indonesia, ibu bertanggung jawab memilih bahan pangan, mengolah makanan, dan menyusun menu harian.

2. Perempuan menjadi penghubung antara sumber pangan lokal dan konsumsi sehari-hari. Bila perempuan diberi pengetahuan dan keterampilan, maka sumber pangan lokal dapat berubah menjadi pangan bergizi bagi keluarga.

3. Perempuan sebagai motor pelestarian lingkungan melalui pertanian pekarangan. Dengan bercocok tanam di pekarangan — menanam sayur, memelihara tanaman lokal, memelihara ikan air tawar — mereka tidak hanya menyuplai pangan, tetapi juga menjaga keberlanjutan lingkungan.

4. Analog dengan pendekatan di Tiongkok yang menjadikan bercocok tanam bagian dari pendidikan karakter dan ketahanan pangan. Ini menunjukkan bahwa kegiatan menanam bukan sekadar soal produksi pangan, tetapi juga soal pembentukan karakter, kemandirian, dan kesadaran ekologis.

Empat poin di atas membuat saya semakin yakin bahwa program pemberdayaan perempuan melalui kearifan lokal bisa menjadi jawaban bagi persoalan gizi dan ketahanan pangan di Indonesia khususnya di komunitas rentan seperti keluarga buruh di Siak.

Masalah Gizi dan Ketahanan Pangan di Indonesia

Masalah gizi di Indonesia bersifat kompleks dan multidimensional. Bahkan sebelum pandemi, kasus seperti stunting, gizi kurang, dan anemia pada ibu hamil sudah menjadi isu serius. Salah satu dokumen penting menunjukkan bagaimana situasi pandemi memperburuk masalah ini: UNICEF melaporkan bahwa pandemi COVID-19 telah mengganggu akses keluarga terhadap makanan bergizi, layanan kesehatan dan gizi, serta meningkatkan risiko anak kekurangan gizi. 

Gangguan ekonomi akibat kehilangan pekerjaan, memburuknya akses ke layanan kesehatan, serta terganggunya distribusi pangan membuat banyak keluarga kesulitan menyediakan makanan sehat. Bagi keluarga buruh, tantangan ini lebih berat karena pendapatan tidak menentu, sementara anggota keluarga besar dan kebutuhan pangan tinggi. Dalam situasi seperti ini, ketergantungan pada pangan instan atau murah dengan nutrisi rendah meningkat, sementara makanan lokal bergizi terabaikan.

Pendekatan intervensi gizi melalui pelayanan kesehatan dan suplementasi memang penting, tetapi tidak cukup jika akar permasalaha akses pangan, pengetahuan gizi, dan keberlanjutan pangan tidak disentuh. Di sinilah pentingnya memperkuat ketahanan pangan melalui pemberdayaan keluarga dan komunitas, serta memanfaatkan potensi lokal.

Menggali Kearifan Lokal: Pangan, Pekarangan, dan Ketahanan

Masyarakat Melayu di Siak sebenarnya memiliki tradisi panjang dalam pengelolaan pangan lokal: menanam sayur di pekarangan, memelihara tanaman obat keluarga, memanfaatkan tanaman dan sumber pangan lokal seperti ubi, atau ikan air tawar. Sayangnya, tradisi ini banyak terlupakan karena modernisasi, urbanisasi, dan perubahan gaya hidup.

Program nutrisi berbasis kearifan lokal yang saya kajukan pada 2018 bertujuan menghidupkan kembali tradisi tersebut, melalui:

Pelatihan pemanfaatan pekarangan bagi perempuan.

Pengenalan pola makan sehat berbasis pangan lokal: sayur, umbi-umbian, daun-daunan, protein nabati/hewani lokal.

Pembentukan kebun komunitas perempuan.

Pelatihan memasak dengan bahan pangan lokal dan bergizi.

Revitalisasi budaya gotong royong dan saling membantu dalam komunitas.

Pendekatan berbasis kearifan lokal ini lebih mudah diterima oleh masyarakat, karena tidak bertentangan dengan budaya setempat dan menggunakan sumber daya yang sudah ada. Dengan cara ini, ketahanan pangan keluarga bisa dibangun secara mandiri, berkelanjutan, dan kontekstual.

Mengaktifkan Perempuan sebagai Agen Perubahan

Dalam kajian lapangan, saya menemukan bahwa ketika perempuan diberi pelatihan dan pendampingan:

Pekarangan yang dahulu kosong mulai ditanami sayuran dan tanaman pangan.

Ibu menjadi lebih selektif dalam memilih bahan makanan bagi anak dan keluarga.

Konsumsi sayur dan pangan sehat meningkat, tanpa perlu pengeluaran besar.

Anak-anak lebih sering mendapatkan makanan rumah dibanding makanan instan.

Selain itu, aktivitas berkebun dan memasak bersama memunculkan rasa kebersamaan, saling membantu, dan memperkuat jaringan sosial di komunitas. Ibu-ibu saling bertukar bibit, berbagi hasil panen, dan bahkan membuat jadwal bersama untuk memasak serta pendampingan gizi di posyandu.

Dengan demikian, perempuan menjadi penggerak utama, tidak hanya dalam rumah tangga, tetapi juga dalam ketahanan pangan komunitas.

Pelajaran dari Tiongkok: Menanam sebagai Pendidikan Karakter dan Ketahanan Pangan

Beberapa laporan internasional dan nasional menunjukkan bahwa Tiongkok kini menjalankan program besar-besaran penanaman hutan untuk memperbaiki kualitas lingkungan, distribusi air, dan mengurangi polusi. Namun lebih dari itu, Tiongkok juga memasukkan kegiatan menanam dan berkebun ke dalam kurikulum sekolah — pelajar diajarkan bercocok tanam, merawat tanaman, memanen, bahkan memasak hasil panen mereka sendiri. Hal ini tidak hanya membentuk keterampilan praktis, tetapi juga menanamkan kesadaran ekologis, penghargaan terhadap makanan, kecintaan terhadap alam, serta tanggung jawab terhadap lingkungan.

Praktik ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya soal akademik, tetapi juga soal membentuk karakter: kemandirian, rasa tanggung jawab, kerja keras, dan rasa syukur terhadap hasil bumi. Anak-anak yang sejak kecil terbiasa menanam dan mengolah hasil panen kemungkinan besar akan tumbuh menjadi generasi yang peduli lingkungan dan lebih menghargai pangan.

Analogi ini sangat relevan bagi masyarakat Siak. Jika generasi muda di Siak melalui keluarga dan komunitas dibiasakan mengenal, mengolah, dan menghargai pangan lokal, maka ketahanan pangan, gizi, dan lingkungan bisa terjaga secara berkelanjutan.

Implementasi Program di Siak: Skema dan Kolaborasi

Untuk mewujudkan gagasan tersebut, program yang saya usulkan melibatkan berbagai aktor:

Penanggung jawab / Koordinator: sebuah yayasan filantropi lokal — Yayasan Filantropi Masyarakat Siak Riau.

Pendukung dana: perusahaan perkebunan lokal melalui skema CSR, BUMD/BUMN, atau lembaga filantropi.

Pelaksana lapangan: kader perempuan lokal, PKK, serta organisasi perempuan di komunitas buruh.

Pendamping dan perencanaan: institusi akademis/universitas yang menyediakan pengetahuan gizi, agrikultur rumah tangga, dan monitoring.

Koordinasi kebijakan: pemerintah daerah bersama instansi kesehatan, pendidikan, dan lembaga terkait.

Kegiatan utama meliputi:

1. Pelatihan bercocok tanam di pekarangan atau kebun komunitas.

2. Pelatihan memasak makanan bergizi dengan bahan lokal.

3. Pendampingan gizi untuk ibu hamil dan balita.

4. Penyuluhan tentang pentingnya gizi, sanitasi, dan pola hidup sehat.

5. Penguatan jaringan filantropi lokal dan pengelolaan donasi CSR.

Mengapa Pendekatan Ini Penting

Karena masalah gizi dan stunting di Indonesia bersifat kompleks dan multidimensional bukan hanya soal kekurangan makanan, tetapi juga soal akses, pengetahuan, budaya makan, dan keberlanjutan pangan.

Karena intervensi medis saja tidak cukup jika keluarga tidak memiliki akses pangan sehat secara reguler.

Karena kearifan lokal menyediakan sumber daya dan cara hidup yang bisa dijadikan solusi kontekstual dan berkelanjutan.

Karena pemberdayaan perempuan memberdayakan rumah tangga dan komunitas dan ini lebih efektif jangka panjang dibanding intervensi top-down semata.

Karena analogi dari Tiongkok menunjukkan bahwa pendidikan terhadap pangan dan lingkungan bisa dimulai sejak usia dini, dan membawa dampak besar terhadap kesadaran kolektif.

Penutup

Kajian ini mengajak kita untuk menata ulang cara pandang terhadap ketahanan pangan, gizi, dan peran perempuan di masyarakat. Apa yang ditawarkan bukan sekadar program bantuan atau intervensi sesaat, tetapi sebuah model ketahanan pangan berbasis masyarakat yang berakar pada budaya, kearifan lokal, dan partisipasi perempuan.

Dengan dukungan dari sektor swasta (melalui CSR), pemerintah daerah, komunitas perempuan, dan pendamping akademis, program ini punya potensi besar untuk menjadi bagian dari solusi nasional terhadap masalah gizi dan stunting sekaligus memperkuat kesadaran ekologis dan ketahanan lingkungan.

Ketika perempuan diberdayakan, bukan hanya gizi keluarga yang meningkat, tetapi juga ikatan sosial, rasa tanggung jawab, dan kecintaan terhadap alam bisa tumbuh. Gagasan sederhana: menanam di pekarangan bisa jadi langkah besar untuk masa depan yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Daftar Pustaka

(Menambahkan referensi resmi terkait gizi, stunting, dan dampak COVID-19 di Indonesia, serta dokumen kebijakan penanganan stunting)

UNICEF. (2020). COVID-19 dan Anak-Anak di Indonesia: Agenda Tindakan untuk Mengatasi Tantangan Sosial Ekonomi dan Gizi. https://www.unicef.org/indonesia/sites/unicef.org.indonesia/files/2020-05/COVID-19-dan-Anak-anak-di-Indonesia-2020_1.pdf 

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2023). Insentif Fiskal bagi Daerah yang Berhasil Turunkan Angka Stunting. https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-utama/insentif-fiskal-stunting 

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. (2017). Buku Saku Stunting Desa 2017. https://stunting.go.id/wp-content/uploads/2020/08/Kemendesa_Buku_Saku_Stunting_Desa_2017.pdf 

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Riskesdas 2018 – Riset Kesehatan Dasar. https://layanandata.kemkes.go.id/katalog-data/riskesdas/ketersediaan-data/riskesdas-2018 

Media Center Riau. (2020). Data lokus stunting Provinsi Riau.

Antaranews. (2024). China tanam hampir 4,45 juta hektare hutan pada 2024. https://www.antaranews.com/berita/4708197/china-tanam-hampir-445-juta-hektare-hutan-pada-2024

DetikInet. (2025). China gencar tanam pohon massal berdampak perubahan siklus air nasional. https://inet.detik.com/science/d-8245750/china-gencar-tanam-pohon-massal-berdampak-perubahan-siklus-air-nasional

English.news.cn. (2025). China’s forest expansion and ecological restoration progress. https://english.news.cn/20250313/64ee0db28aad45169c0806f326632db6/c.html

Kamadeva. (2025). China wajibkan siswa belajar memasak dan berkebun. https://www.kamadeva.com/web/page/view/china-wajibkan-siswa-belajar-masak-dan-berkebun-orang-tua-indonesia-wajib-tahu-alasannya.htm

Kompas.com. (2025). China menanam begitu banyak pohon hingga mengubah distribusi air seluruh negeri. https://www.kompas.com/sains/read/2025/12/04/081736523/china-menanam-begitu-banyak-pohon-hingga-mengubah-distribusi-air-seluruh

Merdeka.com. (2025). Berkat tanam pohon besar-besaran, siklus air di China berubah total. https://www.merdeka.com/teknologi/berkat-tanam-pohon-besar-besaran-siklus-air-di-china-berubah-total-503910-mvk.html

People’s Daily Online. (2025). [Judul artikel sesuai halaman]. https://en.people.cn/n3/2025/0406/c90000-20298324.html

Popmama.com. (2025). Alasan China memasukkan keterampilan memasak dalam kurikulum sekolah. https://www.popmama.com/big-kid/10-12-years-old/belajar-mandiri-alasan-china-masukkan-memasak-dalam-kurikulum-sekolah-00-97q4x-bjhgsx
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Kajian Program Nutrisi Berbasis Kearifan Lokal Melalui Pemberdayaan Perempuan di Siak, Riau

Trending Now

Iklan

iklan