Menurut Kiai Muhyiddin, rencana Menag tersebut secara nyata dan vulgar melawan Fatwa MUI tahun 2005 tentang keharaman Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalisme (Sepilis). Perayaan natal bersama dinilai bagian dari praktik Pluralisme, paham yang meyakini semua agama sama.
“Padahal beliau juga adalah salah satu Wakil Ketua Wantim MUI Pusat yang secara organisatoris tunduk pada aturan main dan wajib mematuhi semua produk fatwa yang dikeluarkan MUI. Fatwa itu mengikat dan morally binding (mengikat secara moral) khusus bagi para pimpinan MUI dan ormas serta umat Islam secara umum. Dengan kata lain sikap Menag melecehkan MUI dan mencederai perasaan umat Islam Indonesia yang sudah terbukti sangat istiqomah dalam menjaga toleransi beragama,” jelas Kiai Muhyiddin dalam keterangan tertulisnya kepada Suara Islam, Rabu (10/12/2025).
Kiai Muhyiddin menilai, sikap Menag memang semakin gamang dan absurd setelah ia mengikuti serangkaian Short Courses atas undangan American Jewish Committee (AJC) di Amerika Serikat (AS) tahun lalu.
“Publik semakin yakin tentang tuduhan dan rumor yang berkembang bahwa kampanye global tentang prinsip Abrahamic Accords yang diinisiasi Presiden AS Donald Trump dengan berbagai tekanan dan iming-iming politik ternyata sedang digarap di Indonesia,” ujarnya.
Saat ini, kata Kiai Muhyiddin, seharusnya Menag atas nama kemanusiaan dan toleransi mempelopori seruan kepada bangsa Indonesia agar membantu para korban bencana dahsyat di Aceh, sumut dan Sumbar yang sampai saat ini masih sangat menderita.
“Bahkan Menag punya tanggung jawab moral menuntut semua pihak yang terlibat dalam kerusakan alam, terutama hutan, deforestasi dan ilegal mining diproses secara hukum karena mereka sudah melakukan kejahatan dan extra ordinary crime terhadap kemanusiaan,” tegasnya.
Sementara itu, di kalangan internal umat Islam, Menag yang juga merangkap jabatan Imam Besar Masjid Istiqlal, mengizinkan kelompok sesat dan pembegal nasab Abah Gaos, untuk melakukan kegiatan dakwah sinkretisme kepada publik di Istiqlal. “Biasanya kelompok tersebut mengadakan kegiatan ritual sinkretisme dengan atribut agama Iain dalam masjid. Kelompok tersebut dipelihara dan difasilitasi untuk melakukan kerusakan akidah atas nama merawat kebersamaa. Jika dibiarkan tanpa koreksi total, maka Kemurkaan Allah akan cepat menimpa bangsa Indonesia,” tandas Kiai Muhyiddin.
Seperti diketahui, Kemenag RI akan menggelar perayaan Natal bersama untuk pertama kalinya. Langkah ini disebut sebagai wujud nyata merawat kerukunan dan kebersamaan di tengah keberagaman bangsa. Hal itu disampaikan Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar saat menghadiri acara Jalan Sehat Lintas Agama yang digelar di Kantor Kemenag Thamrin, Jakarta, Ahad (23/11/2025).lalu.

