Pesantren Al-Anwariyah Al-Idrus: Menjaga Tradisi Ilmu, Adab, dan Spiritualitas di Banten

Redaksi
Desember 19, 2025 | Desember 19, 2025 WIB Last Updated 2025-12-19T05:08:30Z
Banten,detiksatu.com -- Di tengah hiruk-pikuk modernisasi yang melanda Provinsi Banten, terdapat sebuah oase spiritual yang tetap teguh mempertahankan warisan leluhur: Pondok Pesantren Al-Anwariyah Al-Idrus.

Berlokasi di Kampung Pajagan, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, pesantren ini bukan sekadar lembaga pendidikan, melainkan mercusuar yang memancarkan cahaya ilmu, adab, dan tazkiyatun nafs (pemurnian jiwa).

Nama “Al-Anwariyah” sendiri berarti “cahaya” atau “nur”, sementara “Al-Idrus” merujuk pada garis silsilah keilmuan dari Pesantren Al-Idrus Rancagawe, pesantren induk yang legendaris di Lebak.

Pesantren ini didirikan pada 1982 M, bertepatan dengan 5 Rabiul Tsani 1402 H, oleh seorang ulama kharismatik yang dikenal luas sebagai KH. Nunung Anwarudin, atau akrab disapa “Bapak Haji” oleh para santri dan masyarakat sekitar.

Beliau adalah alumni Pondok Pesantren Al-Idrus Rancagawe, yang pada masa itu dipimpin oleh Abuya H. Idrus. Sebagai murid teladan, KH. Nunung Anwarudin mewarisi tradisi keilmuan Idrusiyah yang kaya akan tasawuf, fiqih, dan akhlak mulia.

Dengan visi membangun generasi berilmu dan bertakwa, beliau memulai pesantren ini di Desa Kebonjati, sebelum akhirnya “hijrah” ke lokasi saat ini di Kampung Pajagan pada 29 Februari 2012 (7 Rabiul Tsani 1433 H) untuk pengembangan yang lebih luas.
KH. Nunung Anwarudin atau Bapak Haji, pendiri Ponpes Al-Anwariyah Al-Idrus.

Hijrah tersebut bukan sekadar pindah tempat, melainkan simbol perjuangan memperluas dakwah. Di lokasi baru, pesantren berkembang pesat dengan pendirian Yayasan Al-Anwariyah Al-Idrus pada 2013, melalui akta notaris dan pengesahan Kemenkumham.

Legalitas ini memperkuat posisi pesantren sebagai lembaga pendidikan formal yang terakreditasi, dengan program Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Namun, inti tetap pada pendekatan salafiyah: pengajaran kitab kuning klasik seperti Fathul Qarib, Fathul Mu’in, Alfiyah Ibnu Malik, Tafsir Jalalain, dan Ihya Ulumuddin, yang diajarkan melalui metode sorogan, bandongan, dan wetonan.

KH. Nunung Anwarudin, atau Bapak Haji, adalah figur sentral yang membuat pesantren ini bersinar. Beliau bukan hanya pengajar, tapi juga pembimbing spiritual yang menekankan keseimbangan antara ilmu, adab, dan spiritualitas.

Dalam tradisi pesantren Banten, ilmu tanpa adab ibarat pohon tanpa akar—mudah tumbang. Bapak Haji sering mengingatkan santri bahwa adab kepada kiai, guru, dan sesama adalah kunci berkah ilmu. Spiritualitas, melalui praktik dzikir, shalat malam, dan tazkiyatun nafs, menjadi fondasi untuk membentuk insan kamil: pribadi yang tawadhu, sabar, dan bermanfaat bagi umat.

Keseharian santri di Al-Anwariyah Al-Idrus penuh dengan rutinitas yang mendisiplinkan jiwa dan raga. Pagi hari dimulai dengan shalat subuh berjamaah, dilanjutkan pengajian kitab kuning.

Siang hari, santri mengikuti pelajaran formal di madrasah, mencakup mata pelajaran nasional seperti matematika, bahasa Indonesia, dan ISAD, yang diintegrasikan dengan nilai Islam.

Sore hingga malam dipenuhi kegiatan spiritual: halaqah zikir, muhadharah (latihan pidato), dan musyawarah santri. Kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, seni hadrah, dan olahraga turut membentuk karakter mandiri dan gotong royong.

Pesantren ini menjadi “cahaya” bagi masyarakat Lebak karena perannya sebagai benteng moral di era digital. Di tengah maraknya degradasi akhlak remaja, Al-Anwariyah Al-Idrus menawarkan pendidikan holistik yang menjauhkan santri dari pengaruh negatif, sambil membekali mereka keterampilan hidup.

Banyak alumni yang kini menjadi ulama, guru, pengusaha, dan tokoh masyarakat, membuktikan bahwa tradisi salaf tidak ketinggalan zaman, malah semakin relevan.

Hingga kini, pesantren terus berkembang dengan pembangunan fasilitas seperti asrama putri bertingkat dan masjid yang lebih representatif. Masyarakat sekitar turut mendukung, melihat pesantren sebagai pusat dakwah dan sosial. Di bawah kepemimpinan penerus, warisan Bapak Haji KH. Nunung Anwarudin tetap terjaga: menjaga tradisi ilmu yang berkah, adab yang mulia, dan spiritualitas yang mendalam.

Pesantren Al-Anwariyah Al-Idrus adalah teladan nyata bagaimana sebuah lembaga kecil bisa menjadi cahaya besar bagi Banten. Di sini, santri tidak hanya belajar agama, tapi juga menjadi manusia utuh yang siap menghadapi tantangan zaman sambil tetap berpijak pada akar tradisi Islam Nusantara.

Bagi yang mencari pendidikan berkarakter, pesantren ini layak menjadi pilihan. Semoga cahayanya terus bersinar, menerangi generasi mendatang. Amin.[]
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Pesantren Al-Anwariyah Al-Idrus: Menjaga Tradisi Ilmu, Adab, dan Spiritualitas di Banten

Trending Now