Dilansir Pusat Informasi Palestina, Senin (1/12/2025) sedikitnya 174 pemukim melakukan penyerbuan berturut-turut ke halaman Al-Aqsa. Mereka melakukan ritual Talmud secara terbuka di dekat pilar barat yang berdekatan dengan Kubah Batu/Kubah Shakhrah, disertai tur provokatif ke beberapa titik di dalam kompleks. Penyerbuan itu berlangsung sejak dini hari, diiringi nyanyian, tepuk tangan, dan ritual keagamaan lainnya.
Ritual Publik yang Semakin Berani
Eskalasi terbaru ini terjadi setelah preseden berbahaya pekan lalu, ketika tiga pemukim dari sekte yang dikenal sebagai “Lewi” melakukan ritual Talmud langsung di dalam kompleks Al-Aqsa. Tindakan itu menandai perubahan signifikan: penyerbuan yang selama ini bersifat simbolik kini beralih menjadi ritual keagamaan publik di salah satu situs paling sensitif di dunia.
Media Israel melaporkan bahwa para pemukim menampilkan apa yang mereka sebut sebagai “nyanyian hari ini” sebagai bagian dari upaya menghidupkan kembali ritual kuno yang mereka sebut “Menyanyikan Orang Lewi.” Organisasi pemukim kemudian memanfaatkan momentum tersebut untuk mengajak lebih banyak pemukim mengikuti tur serupa, menggambarkannya sebagai langkah menuju “memperbarui nyanyian orang Lewi” di lokasi suci tersebut.
Pembatasan Ketat terhadap Warga Palestina
Sementara pemukim diberi akses luas, polisi pendudukan terus memberlakukan pembatasan yang semakin ketat terhadap warga Palestina yang ingin beribadah. Petugas memeriksa kartu identitas jamaah secara selektif di gerbang-gerbang kompleks dan menahan beberapa orang, sehingga banyak jamaah terhalang memasuki masjid.
Kebijakan diskriminatif ini semakin membebani warga Yerusalem yang setiap hari berjuang mempertahankan hak mereka untuk beribadah di masjid yang menjadi jantung spiritual mereka. Warga menggambarkan situasi ini sebagai upaya sistematis untuk mengosongkan Al-Aqsa dari kehadiran Muslim, sekaligus memberi ruang bagi ritual kelompok ekstremis Yahudi.
Kecaman Internasional Menguat
Penyerbuan berulang dan ritual provokatif ini memicu kecaman dari berbagai negara dan organisasi internasional. Mereka menilai tindakan pemukim, yang dilakukan dengan dukungan penuh aparat Israel, sebagai pelanggaran serius terhadap status quo historis serta ancaman terhadap stabilitas di seluruh kawasan.
Para analis mengingatkan bahwa Al-Aqsa adalah titik sensitif yang dapat memicu ketegangan luas. Dunia internasional mendesak Israel menghentikan provokasi, mengingat tindakan semacam ini tidak hanya mengusik perasaan jutaan umat Muslim, tetapi juga melanggar hukum internasional yang mengatur perlindungan situs-situs suci di wilayah pendudukan. []

