Sejarah dunia menunjukkan pola yang berulang dan konsisten:
ketika umat Islam melemahkan identitasnya demi toleransi, justru saat itulah mereka paling rentan disingkirkan.
Bukan karena Islam mengajarkan kebencian,
tetapi karena hilangnya batas identitas membuat umat kehilangan daya lindung sosial, politik, dan solidaritas.
Berikut data dan fakta sejarahnya.
1. Andalusia (Spanyol Islam) – 711–1492
Selama hampir 8 abad, Muslim hidup berdampingan dengan Kristen dan Yahudi.
Muslim memberi kebebasan beragama
Banyak Muslim melebur budaya, bahasa, dan adat setempat
Identitas Islam makin tidak ditampakkan demi harmoni sosial
Namun ketika kekuasaan Islam runtuh:
Terjadi Inkuisisi Spanyol
Muslim yang sulit dibedakan identitasnya justru lebih mudah diburu
Dipaksa murtad, dibantai, diusir, atau dibakar hidup-hidup
Fakta sejarah:
Tak peduli seberapa “Spanyol”-nya seorang Muslim,
saat kekuasaan berganti, ia tetap dibunuh karena Islamnya.
2. Bosnia – 1992–1995
Sebelum perang Balkan:
Muslim Bosnia dikenal sangat liberal
Natal dirayakan bersama
Pergaulan lintas agama nyaris tanpa sekat
Identitas Islam dianggap urusan privat
Namun saat Yugoslavia runtuh:
Nasionalisme Serbia Ortodoks bangkit
Muslim Bosnia ditetapkan sebagai target pembersihan etnis
Akibatnya:
±100.000 Muslim dibantai
±2 juta mengungsi
Genosida Srebrenica (1995): >8.000 Muslim pria & anak laki-laki dieksekusi
Ironinya:
Toleransi tidak menjadi perisai.
Hilangnya identitas justru membuat mereka terlambat bersatu dan melawan.
3. Ambon – Indonesia (1999–2002)
Sebelum konflik:
Muslim dan Kristen hidup bercampur
Identitas agama sering disamarkan
Banyak yang bangga berkata “sudah tidak ada sekat agama”
Namun ketika:
Krisis nasional 1998
Provokasi politik dan milisi masuk
Isu agama dimobilisasi
Maka:
Kampung Muslim dibakar
Ribuan Muslim dibunuh
Wilayah dipisah secara paksa
Fakta lapangan:
Banyak korban awal adalah Muslim yang paling cair identitasnya, sehingga tidak siap menghadapi konflik agama.
4. Rohingya – Myanmar
Selama puluhan tahun:
Muslim Rohingya hidup berdampingan
Tidak menonjolkan identitas Islam
Mengikuti budaya mayoritas
Namun saat:
Nasionalisme Buddha ekstrem bangkit
Rohingya dicap “asing” dan “pendatang”
Terjadilah:
Pembantaian massal
Pemerkosaan sistematis
Pengusiran lebih dari 1 juta Muslim
Pelajaran pahit:
Asimilasi budaya tidak pernah menjamin keselamatan ketika identitas agama dijadikan kambing hitam.
5. Xinjiang (Uighur) – Tiongkok
Awalnya:
Muslim Uighur hidup damai
Identitas Islam ditekan atas nama “harmoni”
Kini:
Masjid dihancurkan
Al-Qur’an dibakar
Jutaan Muslim dipenjara di kamp “re-edukasi”
Fakta penting:
Yang ditarget bukan kekerasan,
tetapi identitas Islam itu sendiri.
Benang Merah Sejarah (Ini Intinya)
Di semua peristiwa ini, polanya sama:
Toleransi tanpa batas
Identitas Muslim dikaburkan
Sulit dibedakan mana Muslim, mana kafir
Kekuatan politik berubah
Muslim menjadi target pertama
Sejarah membuktikan:
yang tidak menjaga batas, akan mudah dihapus.
Penutup (Bukan Provokasi)
Islam tidak mengajarkan kebencian.
Islam mengajarkan:
Berlaku adil
Hidup berdampingan
Toleran tanpa meleburkan akidah
Karena sejarah telah berkali-kali menjawab:
Saat keadaan normal, toleransi dipuji.
Saat keadaan berubah, identitaslah yang menentukan siapa yang diselamatkan dan siapa yang dikorbankan.

