Gubernur Papua Pegunungan Dinilai Tidak Mampu Tampil Untuk Rakyat Bahkan Menunjukkan Sikap Dingin Terhadap Rakyat Papua

Iklan

Gubernur Papua Pegunungan Dinilai Tidak Mampu Tampil Untuk Rakyat Bahkan Menunjukkan Sikap Dingin Terhadap Rakyat Papua

Redaksi
Jumat, Juni 27, 2025 | Jumat, Juni 27, 2025 WIB Last Updated 2025-06-27T04:56:21Z
Wamena,detiksatu.com || Sejak awal dilantik, Jhon Tabo tidak pernah tampil sebagai pemimpin rakyat Papua Pegunungan. Yang ditunjukkan hanyalah keakraban dengan kekuasaan pusat, ketidakmampuan membaca jeritan rakyat, dan sikap dingin terhadap nasib generasi muda Papua. 

Dalam sambutannya, Gubernur John Tabo menekankan pentingnya profesionalisme, integritas, dan semangat pelayanan publik dalam membangun Papua Pegunungan sebagai provinsi yang maju, berkeadilan, dan berpihak kepada rakyat, itu semua omong kosong.

Di mata banyak orang, ia bukan pemimpin, tapi pelayan kekuasaan—julukan “anjing Jakarta” muncul bukan tanpa alasan. Ini bukan sekadar hinaan emosional, melainkan potret kekecewaan yang dalam dari rakyat yang merasa dikhianati.
Sikapnya yang otoriter, tertutup terhadap kritik, dan anti dialog membuat masyarakat merasa jauh dari pemimpinnya sendiri. Ketika rakyat menyuarakan keluhan, JT membungkam. 

Ketika masyarakat meminta keadilan, ia menghindar. Sikap arogan ini menunjukkan bahwa ia lebih mengutamakan relasi politik ke atas, daripada tanggung jawab moral ke bawah. Bukannya menjadi pengayom, ia lebih mirip penguasa yang melihat rakyat sebagai beban.

Contoh paling jelas terlihat dalam isu formasi CPNS. Hingga kini, Jhon Tabo belum mampu memastikan kuota CPNS untuk anak-anak asli Papua Pegunungan. Tak ada manuver politik, tak ada tekanan kepada pusat, bahkan tak ada penjelasan tegas kepada rakyat. 

Sebaliknya, rakyat disuguhi jawaban datar dan kosong: “masih menunggu”, “belum waktunya”, dan “tunggu petunjuk pusat.” Padahal, ribuan anak muda Papua Pegunungan tengah menggantungkan harapan mereka pada kesempatan ini. Tapi pemimpinnya justru absen dalam perjuangan.

Bandingkan dengan Gubernur Papua Tengah, Meki Nawipa. Ia berani bersuara lantang, menekan pusat, dan memperjuangkan formasi CPNS 100% untuk rakyatnya. 

Meki Nawipa menunjukkan keberanian, kecerdasan strategi, dan komitmen moral sebagai pemimpin sejati. Ia tidak peduli jika harus berhadapan dengan pusat, selama itu untuk membela hak anak Papua.

Hal ini mengingatkan kita pada sosok mendiang Lukas Enembe—seorang pemimpin besar yang disegani bukan karena kekuasaan, tapi karena keberpihakan. 

Lukas bukan manusia sempurna, tapi wibawa dan karismanya tumbuh karena satu hal: ia hadir untuk rakyat. Ia merangkul, mendengarkan, dan tak pernah ragu memperjuangkan apa yang menjadi hak orang Papua. Ia tidak tunduk, dan tidak menjilat kekuasaan. Ia tahu siapa yang ia wakili.

Hari ini, figur seperti Lukas Enembe telah hilang dari panggung kekuasaan Papua. Yang tersisa hanyalah pejabat-pejabat kosong tanpa kompas moral. Jabatan mereka besar, tapi keberpihakan mereka kecil. Rakyat tidak butuh boneka, rakyat butuh pemimpin.

Maka kritik ini bukan sekadar luapan emosi—ini adalah bentuk perlawanan moral terhadap gaya kepemimpinan yang tidak berpihak. Jika Jhon Tabo tetap memilih tunduk dan membisu, maka rakyat Papua Pegunungan berhak untuk menolak dan melawannya.

Pemimpin bukan mereka yang hanya duduk di kursi kekuasaan. Pemimpin sejati berdiri di tengah rakyat dan berjalan bersama mereka, meski harus menantang arus. Sayangnya, itu bukan Jhon Tabo.

Sumber: _Erwin Kuan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Gubernur Papua Pegunungan Dinilai Tidak Mampu Tampil Untuk Rakyat Bahkan Menunjukkan Sikap Dingin Terhadap Rakyat Papua

Trending Now