Seorang anak kembali meninggal dunia di Kompleks Medis Al-Shifa karena malnutrisi parah, menyusul wafatnya dua warga lainnya—termasuk seorang penderita diabetes—karena kekurangan makanan dan obat-obatan. Total korban jiwa akibat kelaparan kini telah mencapai 117 warga Palestina, di antaranya setidaknya 81 adalah anak-anak.
Dilansir Pusat Informasi Palestina, Sabtu (26/7/2025), Kantor Media Pemerintah Palestina menyatakan bahwa situasi kelaparan telah menyebar ke seluruh wilayah Gaza.
Mereka memperingatkan bahwa informasi yang menyatakan bantuan kemanusiaan telah masuk dalam jumlah besar adalah menyesatkan dan tidak sesuai kenyataan di lapangan. Warga Gaza saat ini hidup nyaris tanpa akses terhadap makanan, air bersih, maupun layanan medis dasar.
Kelaparan yang Disengaja, Senjata Perang yang Mematikan
Amnesty International menegaskan bahwa Israel secara sistematis menggunakan kelaparan sebagai alat genosida terhadap warga sipil Palestina. Dalam pernyataannya, Amnesty menyebut bahwa sistem distribusi bantuan yang dikendalikan Israel justru digunakan sebagai instrumen penghancur.
“Israel sengaja menciptakan kelaparan massal. Genosida ini harus dihentikan sekarang juga,” tegas Amnesty.
Organisasi tersebut menyerukan pencabutan segera atas pembatasan bantuan, dan menuntut Israel untuk memberikan akses penuh dan aman kepada PBB dan lembaga kemanusiaan internasional guna mendistribusikan bantuan kepada dua setengah juta warga yang terkepung di Gaza, terutama susu formula bayi yang kini benar-benar tidak tersedia di pasaran.
WHO: Angka Kematian akan Melonjak
Hanan Balkhy, Direktur Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengingatkan bahwa dunia menghadapi ancaman lonjakan signifikan angka kematian akibat kelaparan di Gaza. Dalam wawancara dengan Al Jazeera, ia mengatakan:
“Tidak ada satu pun rumah sakit yang berfungsi penuh di Gaza. Kelaparan mengancam langsung nyawa para tenaga medis. Dua puluh persen ibu hamil di Gaza mengalami kelaparan. Anak-anak berada dalam penderitaan ekstrem.”
Anak-Anak Gaza: Terlahir dalam Kepungan, Tewas dalam Keheningan
Laporan Biro Pusat Statistik Palestina mengungkap bahwa lebih dari 39.000 anak telah kehilangan satu atau kedua orang tuanya sejak perang dimulai. Sebanyak 18.000 anak gugur dan 17.000 lainnya kini hidup tanpa orang tua. Rumah Sakit Anak di Kompleks Medis Nasser, Khan Yunis, dipenuhi anak-anak yang berada di ambang kematian akibat malnutrisi dan kekurangan susu formula.
Dr. Ahmed Al-Farra, kepala departemen anak di rumah sakit tersebut, menyebut bahwa harga susu formula di pasar gelap telah melambung hingga $150 per kaleng, dan banyak yang sudah kedaluwarsa. Bayi di bawah enam bulan dipaksa bertahan hidup dengan air, adas manis, atau kamomil, karena tidak ada alternatif yang tersedia.
Oxfam dan IRC: Krisis Kesehatan Air dan Kelaparan Terburuk
Oxfam melaporkan peningkatan 150% kasus penyakit yang ditularkan melalui air, memperparah krisis kesehatan di tengah kepungan. Sementara itu, Komite Penyelamatan Internasional (IRC) menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya laporan anak-anak yang meninggal karena kelaparan, dan menyalahkan blokade Israel sebagai penyebab utama.
Genosida yang Diabaikan Dunia
Sejak 7 Oktober 2023, Israel, dengan dukungan penuh Amerika Serikat, telah melancarkan perang pemusnahan di Gaza. Lebih dari 203.000 warga Palestina telah gugur atau terluka, lebih dari 11.000 orang hilang, dan ratusan ribu lainnya terusir dari rumah mereka. Kelaparan kini menjadi senjata perang yang nyata, membunuh anak-anak satu per satu dalam sunyi, sementara dunia memilih untuk diam. [ ]