Seni Jalani Kehidupan: Sabar dan Syukur hingga Ajal Menjemput

Redaksi
Rabu, Juli 23, 2025 | Juli 23, 2025 WIB Last Updated 2025-07-23T12:53:31Z
Jakarta,detiksatu.com || Dalam kehidupan seorang mukmin, tak ada satu hela napas pun yang mengalir sia-sia. Tak ada duka yang datang tanpa sebab, dan tak ada bahagia yang hadir tanpa hikmah. Semua telah dituliskan oleh Allah SWT sejak zaman azali

Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.” (QS. Al-Hadid: 22)

Ayat ini merupakan deklarasi teologis yang sangat kuat tentang konsep takdir dalam Islam. Tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Setiap kejadian baik berupa nikmat atau musibah adalah bagian dari rencana agung Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Banyak manusia berharap hidup berjalan sesuai rencana: pendidikan lancar, karier cemerlang, pernikahan bahagia, anak-anak sehat. Namun, realitas seringkali tak seindah harapan. Sakit datang tiba-tiba. Rezeki tersendat. Cita-cita tertunda. Doa belum kunjung dijawab.

Di titik ini, banyak orang merasa gelisah, bahkan mempertanyakan keadilan Tuhan. Padahal, justru inilah ladang untuk menumbuhkan iman: bagaimana seorang hamba belajar menerima dengan sabar dan bersyukur atas segala ketetapan-Nya.

Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang terletak pada ridha terhadap takdir Allah, bukan pada seberapa lancar kehidupan yang dijalani.

Dalam menghadapi realitas kehidupan yang telah ditetapkan, Islam tidak mengajarkan sikap pasif, apalagi menyerah. Sebaliknya, Islam mengajarkan dua sikap aktif yang membentuk karakter mukmin sejati: sabar dalam ujian dan syukur dalam kelapangan.

Nabi Muhammad Saw bersabda: “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin! Semua urusannya adalah kebaikan baginya. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar, maka itu baik baginya.” (HR. Muslim)

Sabar bukan berarti menahan diri dalam ketidakberdayaan. Ia adalah ekspresi keteguhan hati, usaha maksimal, lalu menyerahkan hasil kepada Allah. Syukur pun bukan sekadar ucapan “alhamdulillah”, tapi juga perwujudan rasa terima kasih dalam tindakan nyata: memperbaiki diri, berbagi kepada sesama, dan terus berada dalam jalan-Nya.

Allah tidak menciptakan hidup ini untuk menjadi surga yang sempurna. Dunia adalah tempat ujian. Kebahagiaan, kesedihan, kekayaan, kemiskinan, semua hanyalah instrumen untuk menilai siapa yang benar-benar mencintai Allah, bukan hanya mencintai karunia-Nya.

Ketika kita menerima ketetapan-Nya dengan lapang dada, sejatinya kita sedang melatih diri untuk menjadi hamba yang sejati. Dan puncak dari semua itu adalah kesadaran bahwa kehidupan dunia hanyalah fase singkat menuju kehidupan abadi.

“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukannya.” (QS. Al-A’raf: 34)

Tugas kita bukan menebak kapan ajal itu tiba, melainkan menyiapkan diri menyambutnya dengan jiwa yang tenang, hati yang sabar, dan hidup yang penuh syukur. Mereka yang hidup dalam ridha terhadap takdir akan wafat dalam keadaan yang tenang dan dicintai Allah.

Setiap episode dalam hidup adalah ketetapan dari Allah. Kita tak bisa memilih jalan cerita, tapi kita bisa memilih bagaimana cara meresponnya. Dalam sabar, kita belajar bertahan. Dalam syukur, kita belajar menghargai. Dalam keduanya, kita mengasah diri menjadi hamba yang layak untuk surga.

Maka, biarlah hidup berjalan sebagaimana ditulis oleh Sang Penulis Kehidupan. Tugas kita adalah tetap setia menjalani peran sebagai hamba, dengan harapan bahwa di akhir bab, kita wafat dalam husnul khatimah: wafat dalam iman, wafat dalam cinta kepada-Nya.[]

Fakhurrazi Al Kadrie., S.HI, M.Pd, Penyuluh Agama Islam di Kota Pontianak.
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Seni Jalani Kehidupan: Sabar dan Syukur hingga Ajal Menjemput

Trending Now

Iklan

iklan