Teknologi Ibarat Motor Kita Adalah Pembelanya.

Redaksi
September 21, 2025 | September 21, 2025 WIB Last Updated 2025-09-21T08:42:53Z
Jakarta,detiksatu.com _Teknologi ibarat motor balap. Diciptakan dengan presisi, disusun dari banyak komponen, dan penuh potensi untuk mengantarkan pembalapnya menuju garis juara. Namun motor secanggih apapun tak akan berarti tanpa pembalap yang cakap. Begitulah manusia dengan teknologi: alat hanyalah alat, nilai sejatinya ditentukan oleh cara manusia mengendalikannya.

Valentino Rossi menjadi legenda bukan semata-mata karena motornya, melainkan karena insting, strategi, dan keahliannya. Sama halnya dengan kita, bukan sekadar memiliki teknologi, tetapi bagaimana kita memanfaatkannya dengan arah yang jelas dan tujuan yang luhur.

Tidak semua orang harus menjadi perancang teknologi. Ada yang cukup jadi pengguna, asalkan tahu cara mengendarai dengan benar. Motor tetap bisa melaju cepat di lintasan, selama ada visi yang jelas dan tangan yang kokoh di stang.

𝗧𝗲𝗸𝗻𝗼𝗹𝗼𝗴𝗶 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗦𝗶𝘀𝘁𝗲𝗺 𝗗𝗲𝗺𝗼𝗸𝗿𝗮𝘀𝗶 𝗦𝗲𝗸𝘂𝗹𝗲𝗿 – “𝗞𝘂𝗱𝗮 𝗟𝘂𝗺𝗽𝗶𝗻𝗴”

Hari ini, kita melihat bagaimana sistem demokratis sekuler melahirkan teknologi yang cacat arah. Mereka tampak bising dengan jargon, seperti penari kuda lumping yang menari dengan semangat tinggi, namun tanpa kesadaran penuh. Teknologi yang dihasilkan lahir dari kepentingan pasar, nafsu kapital, dan syarat politik sesaat.

Akibatnya, teknologi bukan diarahkan untuk kemandirian bangsa, melainkan digadaikan kepada asing. Rakyat hanya jadi konsumen, penonton di tribun, sementara keuntungan dibawa lari oleh mereka yang mengendalikan panggung global.

Motor yang dihasilkan sistem ini memang terlihat mewah, tapi rawan kecelakaan. Karena ia dibangun tanpa arah moral, tanpa nilai, dan tanpa tujuan selain keuntungan jangka pendek.

𝗧𝗲𝗸𝗻𝗼𝗹𝗼𝗴𝗶 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗦𝗶𝘀𝘁𝗲𝗺 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 – “𝗠𝗼𝘁𝗼𝗿 𝗣𝗿𝗲𝘀𝗶𝘀𝗶”

Berbeda halnya dengan sistem Islam. Teknologi di bawah kepemimpinan Islam tidak lahir dari nafsu politik sesaat, melainkan dari 𝘃𝗶𝘀𝗶 𝗽𝗲𝗿𝗮𝗱𝗮𝗯𝗮𝗻: 𝗺𝗲𝗻𝗷𝗮𝗱𝗶𝗸𝗮𝗻 𝗺𝗮𝗻𝘂𝘀𝗶𝗮 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝗸𝗵𝗮𝗹𝗶𝗳𝗮𝗵 𝗱𝗶 𝗯𝘂𝗺𝗶. Motor yang lahir dari sistem Islam adalah mesin yang paling presisi, setiap komponennya diatur dengan tujuan jelas: membawa manusia menuju kemaslahatan, kemandirian, dan kejayaan.

Allah ﷻ berfirman:
“𝘋𝘢𝘯 𝘋𝘪𝘢-𝘭𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘬𝘩𝘢𝘭𝘪𝘧𝘢𝘩-𝘬𝘩𝘢𝘭𝘪𝘧𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘣𝘶𝘮𝘪, 𝘥𝘢𝘯 𝘋𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨𝘨𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘪𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘪𝘢𝘯 (𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘪𝘯) 𝘣𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘱𝘢 𝘥𝘦𝘳𝘢𝘫𝘢𝘵, 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘫𝘪𝘮𝘶 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯-𝘕𝘺𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶.” (QS. Al-An’ām: 165)

Di tangan pemimpin yang amanah, teknologi bukan alat untuk menggadai negeri, tapi instrumen untuk membangun negeri. Bukan sekadar alat bersaing di pasar, tetapi senjata untuk melindungi umat, alat untuk mengentaskan kemiskinan, dan jembatan menuju peradaban gemilang.

Sejarah pun mencatat: dari sistem Islam lahirlah inovasi besar – dari ilmu kedokteran Ibnu Sina, optik Ibnu Haytham, hingga astronomi Al-Battani. Semua bukan sekadar motor balap, tapi motor peradaban yang melesat jauh meninggalkan bangsa lain.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“𝘚𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘮𝘢𝘮 𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘦𝘳𝘪𝘴𝘢𝘪, 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢 𝘶𝘮𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨, 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘭𝘪𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨.” (HR. Muslim)

𝗣𝗮𝘀𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 – 𝗠𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴 𝗠𝗲𝘀𝗸𝗶 𝗧𝗮𝗸 𝗦𝗲𝗶𝗺𝗯𝗮𝗻𝗴

Sejarah Islam menunjukkan bagaimana sistem yang presisi menghasilkan kekuatan luar biasa, meski secara jumlah tidak seimbang.

Perang Badar (2 H) – 313 Muslim menghadapi 1000 Quraisy. Dengan iman, strategi, dan pertolongan Allah, umat Islam menang telak.

Allah ﷻ berfirman:
“𝘚𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘱𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘉𝘢𝘥𝘢𝘳, 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘩𝘢𝘭 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘬𝘦𝘢𝘥𝘢𝘢𝘯 𝘭𝘦𝘮𝘢𝘩.” (QS. Ali Imran: 123)

Perang Uhud (3 H) – 700 Muslim menghadapi 3000 Quraisy. Pelajaran besar: kemenangan sejati lahir dari ketaatan penuh, bukan sekadar jumlah.

Perang Khandaq (5 H) – 3000 Muslim menghadapi 10.000 pasukan sekutu Quraisy. Strategi cerdas menggali parit membuat musuh gagal menembus Madinah.

Yarmuk (636 M) – 40.000 pasukan Islam menghadapi 200.000 Romawi. Strategi Khalid bin Walid membawa kemenangan besar, membuka jalan kejayaan Islam di Syam.

Semua ini membuktikan bahwa kemenangan bukan ditentukan oleh jumlah, tetapi oleh keteguhan iman, strategi presisi, dan sistem Islam yang menata barisan.

𝗣𝗘𝗟𝗔𝗝𝗔𝗥𝗔𝗡 𝗣𝗘𝗥𝗔𝗡𝗚 𝗨𝗛𝗨𝗗 – 𝗞𝗘𝗧𝗔𝗔𝗧𝗔𝗡 𝗔𝗗𝗔𝗟𝗔𝗛 𝗞𝗘𝗠𝗘𝗡𝗔𝗡𝗚𝗔𝗡

Perang Uhud menjadi pelajaran besar bagi umat Islam. Pada awalnya kaum Muslim unggul, namun ketika sebagian pasukan pemanah melanggar perintah Rasulullah ﷺ dan turun dari bukit, celah itu dimanfaatkan musuh untuk menyerang balik.

Rasulullah ﷺ terluka: gigi beliau patah, wajah berdarah, bahkan helm besi menancap di pipi. Sekitar 70 sahabat gugur, termasuk paman beliau, Hamzah bin Abdul Muthalib. Namun pasukan Quraisy tidak berhasil menghancurkan umat Islam ataupun menaklukkan Madinah. Mereka akhirnya mundur, karena khawatir kaum Muslimin bangkit kembali.

Allah ﷻ berfirman:
“𝘋𝘢𝘯 𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘱𝘢𝘵𝘪 𝘫𝘢𝘯𝘫𝘪-𝘕𝘺𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶, 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘯𝘶𝘩 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘪𝘻𝘪𝘯-𝘕𝘺𝘢, 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘭𝘦𝘮𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘦𝘭𝘪𝘴𝘪𝘩 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘶𝘳𝘶𝘴𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘶𝘳𝘩𝘢𝘬𝘢𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩 (𝘙𝘢𝘴𝘶𝘭) 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘦𝘳𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘴𝘶𝘬𝘢𝘪...” (QS. Ali Imran: 152)

Pelajaran Uhud menegaskan: 𝗸𝗲𝗺𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗷𝗮𝘁𝗶 bukan sekadar pada hasil duniawi, tetapi 𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗸𝗲𝘁𝗮𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗻𝘂𝗵 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗥𝗮𝘀𝘂𝗹𝘂𝗹𝗹𝗮𝗵 ﷺ 𝗱𝗮𝗻 𝘀𝘆𝗮𝗿𝗶𝗮𝘁 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵 𝗦𝘂𝗯𝗵𝗮𝗻𝗮𝗵𝘂 𝗪𝗮 𝗧𝗮'𝗮𝗹𝗮.

👉 Maka, jika dulu pasukan Islam bisa menang meski tak seimbang, tentu hari ini umat pun bisa bangkit dengan teknologi. Syaratnya: teknologi harus lahir dari sistem Islam, bukan dari demokrasi sekuler kuda lumping yang hanya menari tanpa arah.

𝗦𝗘𝗥𝗨𝗔𝗡

🌐Sebarkan pemahaman ini, jangan biarkan umat terus ditipu 𝗱𝗶𝘁𝗶𝗽𝘂 𝗼𝗹𝗲𝗵 𝗮𝘁𝗿𝗮𝗸𝘀𝗶 𝗸𝘂𝗱𝗮 𝗹𝘂𝗺𝗽𝗶𝗻𝗴 𝗱𝗲𝗺𝗼𝗸𝗿𝗮𝘀𝗶. Saatnya kita 𝗸𝗲𝗺𝗯𝗮𝗹𝗶 𝗽𝗮𝗱𝗮 𝘀𝗶𝘀𝘁𝗲𝗺 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗽𝗿𝗲𝘀𝗶𝘀𝗶, 𝗹𝘂𝗿𝘂𝘀, 𝗱𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝘄𝗮 𝗸𝗲𝗷𝗮𝘆𝗮𝗮𝗻: 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝗷𝗮𝗹𝗮𝗻 𝗵𝗶𝗱𝘂𝗽 𝗱𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗿𝗮𝗱𝗮𝗯𝗮𝗻.

#IslamPresisi #KhilafahSolusi #TeknologiUntukUmat #BukanKudaLumping #TolakSekulerDemokrasi #PasukanIslamTakTerkalahkan
#SejarahMembuktikan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Teknologi Ibarat Motor Kita Adalah Pembelanya.

Trending Now

Iklan

iklan