Jakarta , detiksatu.com || Film horor folklore KUYANK resmi meluncurkan official trailer dan official poster dalam konferensi pers yang digelar di Signature Park Grande, Jakarta, Senin (22/12/2025). Peluncuran ini menjadi pintu masuk bagi publik untuk mengenal KUYANK, sebuah film horor yang menempatkan emosi manusia, cinta, dan tekanan sosial sebagai fondasi utama terornya.
Berbeda dari horor konvensional yang mengandalkan kejutan visual, KUYANK membangun ketegangan secara perlahan melalui konflik rumah tangga, tuntutan keluarga, serta kepercayaan adat yang kian mempersempit ruang pilihan. Momentum peluncuran yang bertepatan dengan peringatan Hari Ibu memperkuat pesan film tentang perjuangan seorang perempuan mempertahankan martabat dan cintanya di tengah tekanan lingkungan terdekat.
Official trailer menampilkan bagaimana konflik personal tumbuh menjadi horor yang tak terhindarkan. Ketika tekanan adat dan tuntutan keluarga memuncak, teror hadir sebagai konsekuensi, bukan sekadar gimmick.
Sementara itu, official poster mempertegas identitas KUYANK sebagai horor folklore yang kelam, dengan visual sosok Kuyank yang muncul dari gentong di rumah kayu berkabut—sebuah simbol dari rahasia yang disimpan terlalu lama hingga akhirnya meledak menjadi petaka. Penanda “Saranjana The Prequel” turut menguatkan keterhubungan film ini dengan semesta cerita yang lebih luas.
Dalam konfrensi Press nya Victor G. Pramusinto yang bertugas sebagai Produser film "Kuyank" menegaskan bahwa horor dalam KUYANK dibangun dari konflik manusia yang nyata.
“Di KUYANK, teror tidak datang mendadak. Ia tumbuh dari cinta yang ditekan, dari keputusan yang makin sempit, sampai akhirnya berubah menjadi kutukan. Kami ingin penonton peduli dulu pada manusianya, karena dari situlah rasa takutnya terasa nyata.”
Senada dengan itu, Johansyah Jumberan selaku Sutradara menyebut bahwa folklore menjadi akar cerita, namun emosi yang diangkat bersifat universal.
“Yang kami angkat adalah folklore sebagai akar, tapi emosinya universal. KUYANK bicara tentang cinta dan tekanan, tentang keluarga, dan tentang batas yang ketika dilampaui bisa mengubah segalanya.”
Sementara itu, Rio Dewanto, yang memerankan karakter Badri, mengungkap tantangan tersendiri selama proses syuting, terutama dalam penggunaan bahasa Banjar.
“Kesulitannya bukan cuma di menghafal dialog, tapi bagaimana beradaptasi dengan bahasa Banjar sebagai cara berpikir dan bereaksi. Ritme emosinya berbeda, dan itu menuntut kami untuk benar-benar menyelami karakternya supaya terasa jujur di layar,” ujar Rio.
Ia menambahkan bahwa proses adaptasi tersebut justru membantu membangun kedalaman emosi karakter yang terhimpit antara cinta dan tekanan sosial.
Sinopsis seputar film "Kuyank"
Tujuh tahun sebelum gerbang kota gaib Saranjana terbuka, KUYANK mengisahkan cinta terlarang yang perlahan berubah menjadi kengerian.
Rusmiati, gadis kampung sederhana, dan Badri, lelaki terpandang, nekat menikah meski ramalan menyebut pernikahan mereka akan membawa kesialan. Rumah tangga yang awalnya bahagia mulai goyah ketika mereka tak kunjung dikaruniai anak. Tekanan kian memuncak saat ibu mertua yang sejak awal menolak Rusmiati mendesak Badri untuk menikah lagi demi mendapatkan keturunan, guna mematahkan ramalan buruk tersebut.
Terhimpit rasa takut kehilangan suami dan martabatnya, Rusmiati mengambil jalan gelap dengan mempelajari ajian Kuyang—ilmu hitam kuno yang diyakini mampu memberikan kecantikan dan keabadian. Namun keputusan itu justru memicu rangkaian teror. Bayi dan perempuan hamil mulai menjadi korban misterius, sementara batas antara cinta dan kutukan semakin kabur.
Ketika jati diri Rusmiati akhirnya terbongkar, kemarahan warga tak terbendung. Di tengah ancaman amuk massa dan kegelapan yang kian merenggut segalanya, Badri dihadapkan pada pilihan paling pahit: melindungi perempuan yang ia cintai, atau menyerah pada tekanan masyarakat yang menuntut pengorbanan.
Film KUYANK dijadwalkan tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia mulai 29 Januari 2026, dan digadang-gadang menghadirkan pengalaman horor folklore yang lebih emosional, relevan, serta dekat dengan realitas sosial masyarakat Indonesia.
Red-Ervinna

