Anies mengakui bahwa menerjemahkan nilai adil di bidang infrastruktur lebih menantang, dibandingkan dengan sektor lain seperti pendidikan dan kesehatan
JAKARTA | DETIKSATU.COM – Tokoh perubahan Anies Baswedan menyampaikan pandangannya tentang kepemimpinan dalam sebuah diskusi publik yang diunggah di kanal YouTube pribadinya.
Dia menekankan bahwa ketika jumlah orang yang dipimpin terlalu besar, namun membuat organisasinya dan Standard Operating Procedure (SOP) tidak lagi cukup, maka yang harus dibutuhkan adalah nilai.
Kalau saya memimpin orang sebanyak ini, tapi kalau saya memimpin 200 ribu orang, tidak bisa lagi saya bikin struktur organisasi dan SOP-nya enggak bisa. Apalagi kalau saya memimpin 200 juta orang enggak bisa. Lalu memimpinnya pakai apa? Nilai,” kata Anies dikutip detiksatu Rabu, 19 November 2025.
Menurut Anies, pentingnya nilai sebagai panduan utama dalam kepemimpinan, terutama ketika mengelola jumlah orang yang besar.
“Di situ bedanya nilai, begitu pakai nilai. Nilai ini jadi pegangan dan nilai ini diterjemahkan oleh pemimpin 200 orang. Lalu pemimpin 200 orang itu menerjemahkan ke pemimpinan 20 orang. Nah nilai tadi adil,” tuturnya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menegaskan bahwa nilai adil harus menjadi panduan utama dalam kepemimpinan, terutama ketika struktur organisasi dan SOP tak lagi memadai untuk mengelola jutaan orang.
“Begitu sampai adil, dia akan diterjemahkan di setiap sektor. Saya pernah coba ini di Jakarta. Adil. Tapi banyak yang bingung, ketika dikasih tahu, bahwa kita mimpin pakai adil. Kenapa?” tuturnya.
Inisiator Aksi Bersama memberikan contoh konkret bagaimana nilai adil dapat diterapkan di berbagai sektor pemerintahan.
“Misalnya nih, Anda Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota. Pak, Adil ini bagaimana caranya? Saya mengurusinya taman, biasanya mengurus soal milih tanaman, mengatur landscape. Terus why adil? Anda memimpin Dinas public works? Binamarga atau Pekerjaan Umum (PU) terus ditanya adil? Bagaimana ya kita nerjemahin adil dalam Binamarga ya? Bagaimana Anda menerjemahkannya?,” ujar Anies.
Anies mengakui bahwa menerjemahkan nilai adil di bidang infrastruktur lebih menantang, dibandingkan dengan sektor lain seperti pendidikan dan kesehatan.
“Kalau adil untuk kesehatan mudah menerjemahkannya, adil untuk pendidikan kita mudah. Tapi adil untuk infrastruktur keras itu menantang,” tegas Anies.
Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 yakin bahwa nilai adil harus menjadi pegangan dalam semua aspek, bukan hanya keberlanjutan.
“Tapi saya tetap berkeyakinan, ini tetap menjadi pegangan bukan hanya urusan keberlanjutan, tapi semua aspek. Ketika bicara adil pertamanan,” tuturnya.
Selain itu Anies membagikan kisah nyata seorang yang memimpin pertamanan bertanya kepada dirinya bagaimana menjemahkan keadilan dalam perusahaan pertamanan.
“Lalu ini, ini kisah nyata yang memimpin pertamanan tanya bagaimana menjemahkan keadilan dalam perusahaan pertamanan,” ujarnya.
“Saya tanya balik, bisa enggak bikin peta taman di Jakarta? Terus tunjukkan apakah taman kita ada di semua wilayah atau kawasan yang miskin kekurangan taman. Begitu terbuka, ya betul,” tambah Anies.
Kemudian dia mencontohkan upaya pemetaan taman di Jakarta, yang menunjukkan ketimpangan antara kawasan makmur dan miskin. Berdasarkan temuan itu, pemerintah meluncurkan 400 taman baru, sehingga dalam radius 800 meter setiap warga dapat menemukaan ruang hijau.
“Akhirnya kita bikin 400 taman tuh sekarang. Sekarang kalau anda datang ke Jakarta dalam jarak 800 meter pasti akan ketemu satu taman. Karena itu kita bicara tentang keadilan, jadi menerjemahkan gitu,” tutupnya.

