Firaun merasa dirinya Tuhan. Ia merasa mampu berbuat apapun yang ia mau. Tidak ada yang bisa mencegah apapun yang ia lakukan. Ia mampu membunuh siapapun orang yang ia bunuh. Kapanpun dimanapun.
Begitulah Trump dan Netanyahu. Keduanya merasa menjadi Tuhan. Mereka merasa bisa berbuat apapun di Timur Tengah, khususnya di Palestina. Mereka dan pasukannya membunuh anak-anak, wanita, rakyat sipil, petugas medis dan anak-anak tidak ada yang bisa mencegahnya.
Jutaan orang di dunia berdemonstrasi mengecamnya, mereka tidak peduli. Kaum intelektual, mahasiswa, tokoh LSM, para pemimpin dunia menyuarakan agar Netanyahu (dan Trump) menghentikan pembantaiannya di Gaza, mereka tidak mendengar.
Trump adalah Kristen dan Netanyahu adalah Yahudi radikal. Keduanya, karena merasa ‘kitab sucinya’ tidak bisa menjadi panduan hidup dan politiknya, maka keduanya bersikap pragmatis dan sekuler. Mereka mengandalkan fikiran dan hawa nafsunya dalam mengambil keputusan.
Mereka senang bergelimang dalam kemaksiyatan atau dosa besar. Berzina, menenggak minuman keras dan lain-lain. Jiwa yang telah kotor atau kusam itu tidak ragu-ragu untuk membunuh manusia berapapun jumlahnya.
Hatinya dipenuhi dengan dendam, dengki, ujub (ketakjuban terhadap diri sendiri) dan sombong. Sifat Iblis yang ganas telah bersemayam pada dirinya. Ketika Iblis sudah menguasai hatinya, maka yang benar jadi salah, yang salah jadi benar. Membunuh manusia menjadi kenikmatan dirinya. Melihat kesengsaraan manusia, tidak sedikitpun merasa kasihan. Lenyap perasaan empati dalam hatinya.
Hati Iblisnya bergejolak : mereka adalah musuhku, harus aku bunuh sebanyak-banyaknya. Aku buat sengsara, sesengsara-saranya. Begitulah yang bergejolak dalam hatinya.
Bagaimana kalau manusia lain mengetahui kejahatanmu? Hatinya menjawab : Gampang. Kepada pers aku nanti katakan Hamas itu penjahat. Hamas itu teroris. Dia pembunuh dan pemerkosa wanita. Dia tidak punya sifat kemanusiaan. Dia ingin melenyapkan semua manusia selain dirinya. Dia membahayakan bukan hanya Israel, tapi membahayakan umat manusia sedunia.
Begitulah jiwa yang kotor (munafik) Trump dan Netanyahu berkata. Mereka menumpahkan semua kejelekan kepada Hamas. Padahal keduanya dan pasukannya yang penuh dengan sifat buruk itu. Keduanya tidak peduli ribuan orang Palestina mati kelaparan, akibat blokade bantuan makanan. Keduanya tidak peduli ribuan anak-anak, wanita, petugas medis, rakyat sipil, meninggal.
Mengapa keduanya ingin melenyapkan Hamas dari bumi Palestina? Jelas. Mereka tahu bahwa Hamas adalah kelompok yang kuat imannya. Kelompok yang berpegang teguh pada Al-Qur’an. Kelompok yang tidak takut pada kematian. Kelompok yang bisa membangun negara atau peradaban yang hebat. Mereka takut Hamas akan membuat negara Palestina menjadi hebat seperti Iran (negara yang diblokade Amerika puluhan tahun, tapi berkembang ilmu dan teknologinya, termasuk teknologi militernya).
Israel takut, kalau Hamas memerintah Palestina, negara itu di masa depan bisa bekerjasama dengan Iran dan Turki (serta beberapa negara Arab) untuk melenyapkan Israel. Israel takut adanya ayat Al-Qur’an yang menyatakan bahwa suatu saat Israel akan lenyap negaranya.
Maka Israel dan Amerika memilih kerjasama dengan Fatah, bukan dengan Hamas. Karena Fatah adalah anak manis mereka. Fatah adalah kelompok ‘pak Turut’. Bukan kelompok pemimpin, seperti Hamas. Bila Fatah memerintah Palestina, maka Palestina akan menjadi negara ‘pak Turut’ Amerika-israel, sebagaimana negara-negara Arab lain saat
Indonesia, Amerika, Eropa, Afrika dan lain-lain.
Rasulullah Saw bersabda,
«إِنَّ اللَّهَ زَوَى لِيَ الْأَرْضَ، فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا، وَإِنَّ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مُلْكُهَا مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا»
“Sesungguhnya Allah telah melipat bumi untukku, lalu aku melihat bagian timur dan baratnya. Dan kekuasaan umatku akan sampai ke daerah yang telah diperlihatkan kepadaku.” (HR Muslim)
«لَيَبْلُغَنَّ هَذَا الْأَمْرُ مَا بَلَغَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، وَلَا يَتْرُكُ اللَّهُ بَيْتَ مَدَرٍ وَلَا وَبَرٍ إِلَّا أَدْخَلَهُ اللَّهُ هَذَا الدِّينَ، بِعِزِّ عَزِيزٍ، أَوْ بِذُلِّ ذَلِيلٍ، عِزًّا يُعِزُّ اللَّهُ بِهِ الْإِسْلَامَ، وَذُلًّا يُذِلُّ اللَّهُ بِهِ الْكُفْرَ»
“Agama ini pasti akan mencapai (seluruh wilayah) sejauh mana malam dan siang menjangkaunya. Allah tidak akan membiarkan rumah dari batu (bangunan permanen) maupun rumah dari bulu (tenda/kampung nomaden) melainkan Allah akan memasukkan agama ini ke dalamnya, dengan memuliakan orang yang mulia atau menghinakan orang yang hina: kemuliaan yang Allah muliakan dengan Islam, dan kehinaan yang Allah hinakan dengan kekufuran.” (HR Ahmad)
Wallahu azizun hakim.[]