Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Aji Muhawarman, menegaskan saat ini seluruh energi bangsa seharusnya diarahkan pada upaya penyelamatan nyawa dan pelayanan darurat.
"Di tengah bencana seperti ini, prioritas kita satu, membantu warga yang terdampak. Sangat disayangkan jika ada pihak yang justru membangun polemik di ruang publik," ujar Aji dalam keterangan tertulis yang diterima detiksatu.com Selasa (2/12/2025).
Aji menilai kapasitas intelektual dan pengalaman para guru besar mestinya bisa menjadi motor penguatan respons bencana, bukan menambah kegaduhan.
"Keilmuan para guru besar itu sangat berharga. Akan jauh lebih bermakna jika diarahkan untuk memperkuat kapasitas daerah dalam penyelamatan nyawa, evakuasi, hingga pelayanan medis," lanjutnya.
Masalah Dokter Spesialis: Bukan Isu Baru, Sedang Dikejar Solusinya
Terkait kritik mengenai kekurangan dokter spesialis, termasuk contoh kasus kematian ibu hamil yang kerap disebut, Kemenkes menilai hal itu justru mengonfirmasi persoalan klasik yang sudah lama menjadi tantangan nasional. Kekurangan dokter spesialis obgyn dan anestesi, terutama di wilayah timur Indonesia, menurut Aji, adalah realitas yang kini sedang dihadapi dengan langkah konkret.
"Ini bukan masalah baru. Karena itulah kami mempercepat produksi dokter spesialis melalui pendidikan berbasis rumah sakit, RSPPU. Lulusan nanti langsung disiapkan bertugas di daerah-daerah yang paling membutuhkan, termasuk DTPK," jelas Aji.
Program percepatan pemenuhan tenaga medis dilakukan melalui kerja sama erat antara Kemenkes, Kemendikti, universitas, dan rumah sakit pendidikan. Seluruh pihak disebut Aji tengah bergerak dalam satu arah, memastikan daerah kekurangan dokter spesialis segera mendapatkan tenaga yang layak.
"Distribusi dokter memang tidak merata. Dan itu harus direspons dengan kebijakan nyata, bukan hanya kritik di momen yang tidak tepat," tegasnya.
Fokus Utama: Meringankan Beban Korban BencanaDi tengah kondisi darurat, Kemenkes mengajak semua pihak, termasuk kalangan akademisi untuk turun tangan membantu. Bagi Kemenkes, menunda polemik demi mengutamakan kemanusiaan adalah sikap yang semestinya diambil bersama.
"Saat saudara-saudara kita sedang berjuang di pengungsian, kita seharusnya hadir untuk membantu mereka. Mari kedepankan empati, kolaborasi, dan kerja nyata," tutup Aji.

