Diana Uswatun Hasanah: Misi Kapal Madleen Sudah Seharusnya Menjadi Misi Umat Islam Dunia

Redaksi
Rabu, Juni 18, 2025 | Rabu, Juni 18, 2025 WIB Last Updated 2025-06-17T19:46:57Z
Jakarta,detiksatu.com || Jagad media massa kini memberitakan serangan Israel terhadap perjuangan para pengirim bantuan yang berasal dari berbagai negara tersebut. Kapal Madleen, begitu disebutnya sebagai nama kapal yang mengangkut bantuan Gaza ini membawa 11 aktivis kemanusiaan dan seorang jurnalis dari berbagai negeri telah menjadi sasaran tantara Israel.

 Penarikan kapal yang dikatakan telah memasuki “wilayah terlarang” itu hingga dilakukan penahan kapal serta penangkapan aktivis yang berada di dalam kapal Madleen


Menanggapi penahanan tersebut Kementerian Luar Negeri Israel secara tersirat mengatakan bahwasanya bantuan seharusnya ditransfer melalui saluran kemanusiaan yang seharusnya dan tidak dikonsumsi oleh ‘para selebriti’. Sungguh telah hilang hati nurani dengan menganggap kepedulian aktivis pembawa bantuan Gaza sebagai konsumsi selebriti!

Kabar penangkapan tersebut ibarat menjadi sumbu pemantik aktivis kemanusiaan dan kaum muslimin secara umum melakukan aksi solidaritas, tak tanggung diseluruh penjuru negeri melakukan pergerakan ke perbatasan Rafah untuk menuntut penguasa bergerak.

Aksi tersebut ramai dengan hashstag #marchtogaza di jagad media sebagai bagian dari hashtag #tetapberisik untuk menyuarakan dukungan terhadap palestina dengan apapun yang mereka bisa.

Global March to Gaza menjadi event untuk menyerukan dibukanya akses kemanusiaan ke Gaza, 10 warga Indonesia juga tergabung didalamnya yang akan melakukan longmarch sejauh ±50 KM bersama dengan ribuan peserta dari sekitar 50 negara menuju gerbang Rafah. (kitabisacom, 12/6/2025)

Kepekaan yang menimbulkan aksi ini tentu merupakan hal yang patut disyukuri ditengah ketidakberdayaan manusia yang waras melihat genosida yang terjadi.

Namun, nyatanya negeri-negeri kaum muslimin justru nampak diam sebagaimana yang terjadi oleh penguasa Mesir. Penguasa negeri muslim tentu menjadi representasi sikap serta menjadi pengarahan sikap yang akan dilakukan, dengan adanya blokade sungguh tidak mencerminkan sikap kepedulian dalam konsep ukhuwah islamiyyah dan menjaga manusia dari kezaliman yang harusnya dijunjung tinggi dalam isalm dibanding dengan non-muslim yang tidak mempelajarinya.

Sungguh ini menjadi bukti bahwa ikatan persaudaraan itu telah terputus oleh kepentingan pemilik kebijakan dunia atas nama perserikatan bangsa-bangsa. Bukankah Rasul sudah mencerminkan sikap kemanusiaan terteinggi dalam kehidupannya di bawah naungan sistem Islam di Madinah? Tidakkah malu dengan gelar “muslim” itu?

Meneladani misi ukhuwah islamiyyah yang diajarkan oleh Rasulullah merupakan hal wajib yang harus dilakukan, karena kepedulian tidaklah cukup hanya sekedar dengan bebasnya penjajah zionis Israel dari bumi Gaza atau masuknya bantuan dari jalur Rafah, tidaklah cukup!

Tidakkah kita belajar bagaimana Shalahuddin al-Ayyubi mengerahkan jihad dan menerjang pasukan salib demi terjaganya bumi Syam dari kependudukan Salib? Bukankah Sultan Hamid II mengatakan dengan lantang pada Theodor Herzl bahwa tanah kaum muslimin di Palestina tidak bisa dibeli karena tanah tersebut dibebaskan dengan darah-darah para syuhada?

Maka sudah selayaknya, misi pembebasan yang utuh tanpa embel-embel two state solution adalah yang patut menjadi perjuangan kaum muslimin.

Namun, hal tersebut tidaklah mungkin selama kedigdayaan AS masih menjadi pengendali penguasa di negeri-negeri muslimin. Bagaimana mungkin militer-militer hebat kaum muslimin bisa turun menghadang tantara zionis laknatullah? Allahu A’lam bisshawab.[]

Diana Uswatun Hasanah, Pegiat Literasi, tinggal di Malang.
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Diana Uswatun Hasanah: Misi Kapal Madleen Sudah Seharusnya Menjadi Misi Umat Islam Dunia

Trending Now